webnovel

Perkumpulan Menjangan Putih

Editor: EndlessFantasy Translation

Wilayah Kekaisaran Xia yang Agung begitu luas sehingga bisa dianggap hampir tak terbatas. Ia memiliki daerah kekuasaan yang sangat banyak dan kota-kota yang juga sangat banyak yang dikelompokkan menjadi sembilan wilayah besar, yang dikenal sebagai Sembilan Benua.

Sembilan Benua itu masing-masing dikenal sebagai: Benua Hijau, Benua Biru Langit, Benua Roh, Benua Ginkou, Benua Perang, Benua Angin, Benua Iblis, Benua Yan dan Benua Bulan.

Dari Sembilan Benua itu, empat di antaranya; Benua Hijau, Benua Roh, Benua Yan dan Benua Iblis terletak di empat penjuru terjauh Kekaisaran Xia yang Agung, sedangkan Benua Hijau adalah yang terdekat dengan Negeri Chu.

Adapun Benua Ginkou, Benua Bulan dan Benua Perang berada dalam formasi segitiga, dan lokasi segitiga itu adalah jantung Kekaisaran Xia yang Agung.

Benua Bulan juga dikenal sebagai benua yang paling makmur di antara semuanya. Di Benua Bulan, para pendekar sama banyaknya dengan awan, dan yang terkuat dari yang kuat semuanya berkumpul di sana.

Aula Kaisar Ramuan adalah salah satu kekuatan transenden yang berada di Benua Bulan yang telah melewati era sejarah yang sangat panjang dengan posisi dan status tidak pernah goyah, apa pun badai yang mengguncang Kekaisaran Xia yang Agung. Di antara semua kekuatan transenden di Kekaisaran Xia yang Agung, Aula Kaisar Ramuan menduduki peringkat kelima terkuat.

Mungkin dalam hal kekuatan alami, Aula Kaisar Ramuan tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi peringkat kelima. Tetapi karena keunikannya, ketika terjadi bentrokan antara kekuatan-kekuatan transenden, tidak ada yang mau menyerang Aula Kaisar Ramuan sebelumnya.

Aula Kaisar Ramuan berada di tengah wilayah Benua Bulan. Di sana, ada beberapa paviliun dan bangunan yang terlihat kuno dan memancarkan aura megah dan agung. Siapa saja yang lewat pasti akan mengalihkan pandangan mereka dengan ekspresi iri dan kekaguman terlihat jelas di wajah mereka.

Kadang-kadang, akan terlihat pendekar pria dan wanita berusia muda keluar dari Aula Kaisar Ramuan. Wajah mereka dipenuhi dengan kebanggaan dan sedikit kesombongan yang menunjukkan perasaan superioritas mereka terhadap yang lain.

Di dalam Aula Kaisar Ramuan, di bagian tengah gedung megah, ada panggung setinggi langit yang menjulang. Sesosok siluet yang tampak kesepian berdiri di sana, menatap cakrawala.

Siluet itu dibalut pakaian putih, dengan pembawaan sedingin es. Rautnya begitu mempesona sehingga siapapun yang menatapnya akan menahan napas. Sikapnya luar biasa, memberi kesan yang suci, seolah-olah dirinya adalah seorang dewi dan memandangnya saja akan merupakan penistaan.

Namun, di kedalaman matanya, tidak ada kesan keceriaan yang dapat ditemukan. Hanya kesedihan dan kesepian yang menusuk yang terlihat.

"Adik seperguruan, Guru memanggilmu. Ia akan memberimu Teknik Qi Bulan, agar kau dapat menggunakan qi-mu sendiri dalam mengolah pil selama proses peramuan." Saat itu, seseorang berdiri di tempat yang tidak jauh dari panggung itu memanggilnya.

"Baik," jawab kecantikan yang tiada banding itu dingin, nadanya terdengar tidak bersahabat dan dipenuhi penolakan, seakan berada ribuan mil dari yang berbicara.

Di belakangnya, perasaan Jing Yu menjadi sangat rumit setelah mendengar nada suara gadis itu. Di kedalaman matanya, tanda-tanda kekaguman dan kerinduan terlihat, namun, setelah bergaul dengan kecantikan tiada banding ini, ia perlahan belajar untuk menutupinya.

Sejak adik seperguruannya ini terbangun dari keadaan koma, sikapnya menjadi semakin beku dari hari ke hari. Bahkan temperamennya telah mengalami perubahan besar dibandingkan saat Jing Yu pertama kali melihatnya. Setelah mendapat bimbingan dari Guru mereka, seolah-olah ia telah memperoleh pencerahan, tanpa disadari ia mengeluarkan aura yang agung, begitu murni dan suci hingga melihatnya saja terasa seperti penistaan.

Ia sudah mengerti bahwa gadis di hadapannya, bukan lagi seseorang yang bisa dirayunya.

Apakah ia masih memikirkan pemuda itu? Mungkin ingatan dan cintanya pada kekasihnya itu akan memudar dan meredup seiring berlalunya waktu. Lagi pula, mereka tidak lagi berada dalam dunia yang sama.

Selama masa itu, ada banyak perwakilan dari berbagai kekuatan transenden yang menyiratkan niat mereka untuk melamar. Setiap nama yang dibawa oleh perwakilan-perwakilan itu semuanya merupakan nama besar yang bisa mengguncang Kekaisaran Xia yang Agung.

Setelah memberitahunya, Jing Yu pergi tanpa suara.

Gadis itu tetap berdiri di sana, tidak bergerak, ketika embusan angin lembut mengibaskan jubahnya. Matanya begitu indah, namun juga dipenuhi dengan kesepian yang menyayat hati.

….

Benua Bulan sangat luas, dan populasi masing-masing kota yang dikuasainya sekitar sepuluh kali lebih besar dibandingkan dengan Negeri Chu.

Di kota timur Benua Bulan, ada arus manusia yang tak berujung bergerak di jalanan. Di antara hiruk-pikuk kota, berdiri tiga siluet yang memperhatikan lingkungan sekitar dengan rasa ingin tahu yang kuat dan penuh harap.

Orang yang berada di tengah-tengah tiga sekawan itu membawa seekor anak anjing berbulu putih di tangannya. Bahkan anak anjing putih itu menatap ke sekeliling dengan penuh kegembiraan seolah-olah tidak sabar untuk segera mendapatkan pengalaman baru.

"Wah tempat ini terasa sangat makmur. Ibukota Kerajaan Chu terasa seperti sampah dibandingkan dengan tempat ini. Tidak bisa dibandingkan antara keduanya." Si Gendut berdiri di sebelah kiri dengan mata menyipit, saat ia mengamati kerumunan itu mencari sosok-sosok yang cantik.

"Memang, Negeri Chu kita tidak bisa dibandingkan dengan tempat ini." Pemuda berotot yang berdiri di sebelah kanan mengangguk setuju. Meskipun ia memiliki perasaan yang mendalam pada Negeri Chu, ia tidak punya pilihan selain mengakuinya. Perbedaan keduanya terlalu besar.

"Hei Bos, semua kecantikan di sini terlihat sangat menggemaskan. Kualitas mereka jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita-wanita cantik di Negeri Chu." Si Gendut itu dengan gembira menarik lengan pemuda yang berdiri di tengah." Lihatlah si seksi dengan rok hijau giok itu. Kakinya ramping dan panjang serasi dengan dadanya yang penuh. Sungguh makhluk yang sempurna, aku tidak keberatan umurku memendek kalau aku bisa berteman dengannya."

Qin Wentian mendelikkan matanya mendengar kata-kata itu. Si Gendut sialan ini tidak pernah berubah ….

Gadis cantik yang dimaksud si gendut itu tiba-tiba menatap ke arah mereka ketika alisnya berkerut tidak senang, tindakannya menyebabkan si Gendut menutupi mulutnya dengan tangannya lalu berbisik, "Wow, mengapa pendengarannya begitu tajam …."

"Hai Nona cantik, aku hanya memuji bahwa anda benar-benar cantik dan aku ingin berteman denganmu. Tidak ada niat lain," kata si Gendut dengan wajah datar.

"Maksudmu, kau masih berani memiliki niat lain?" Wajah gadis itu berubah tidak sedap dipandang. Tatapan mata si Gendut ini terlalu memalukan, terlalu bernafsu.

"Mohon dimaafkan, ia tidak pandai berkata-kata," Qin Wentian mengangguk meminta maaf kepada gadis itu. Si cantik itu mengalihkan pandangannya ke arah Qin Wentian dan tatapan dinginnya sedikit luluh saat memperhatikan wajahnya yang tampan, bersama dengan aura kejujuran dan sikap luar biasa yang dipancarkannya. ia menggerutu, "Aku benar-benar benci cara si Gendut ini menatapku."

Tepat saat itu, tatapan Fan Le sedang terpaku di dadanya dan tertangkap oleh gadis itu.

"Bajingan." Gadis itu menjadi merah saat dia menghentakkan kakinya dan pergi.

"Gendut, berhenti membuat masalah." Qin Wentian mendelikkan matanya. Orang ini terlalu brengsek. Dia terang-terangan menatap dadanya ....

"Bos, aku tidak bisa menahan mataku," Si Gendut sepertinya tidak merasakan penyesalan. Sebaliknya ia terus menggerutu, "Wanita itu hanya berada di tingkat kedua Yuanfu, bagaimana ia bisa mempersulit kita ...?"

"Kau ...." Qin Wentian hampir lupa bahwa Fan Le memiliki bakat untuk mengindrai tingkat kultivasi orang lain. Ia pasti sengaja memilih wanita muda itu untuk ia goda.

Saat ini, pembawaan Qin Wentian telah mengalami perubahan besar dibandingkan sebelumnya. Wajahnya yang terpahat indah tidak lagi berisi raut kekanak-kanakan remaja, dan rambutnya yang panjang dan hitam telah tumbuh hingga menutupi bahunya. Jika seseorang tidak terbiasa dengan pemuda ini, atau belum bertemu dengannya selama setengah tahun terakhir ini, mereka akan kesulitan untuk mengenalinya.

"Ayo kita beli peta dulu." Qin Wentian berjalan ke toko yang khusus menjual peta, dan mendapatkan satu yang berisi peta Benua Bulan. Setelah itu, mereka membuka peta itu dan mempelajarinya sambil terus berjalan. Pandangan mereka semua mendarat ke wilayah tengah Benua Bulan. Daerah itu adalah kawasan yang sangat luas yang ditempati oleh serangkaian aula, paviliun dan bangunan.

Di atasnya, ada tiga kata besar yang tertulis di peta - Aula Kaisar Ramuan.

"Huff ...." Tatapan Qin Wentian berbalik ke bagian tengah Benua Bulan. Jarak antara kota timur ini dan istana Kaisar Ramuan dapat dianggap pendek, namun juga tidak terlalu pendek. Dengan kekuatannya saat ini, bahkan jika ia memilih untuk pergi ke sana, tidak mungkin penjaga akan mengizinkannya masuk.

Tidak hanya itu, ia tidak ingin menarik perhatian Klan Hua. Dengan sikap dan penampilannya saat ini, bahkan jika ia bertemu Hua Xiaoyun lagi, ia mungkin akan sulit dikenali. Di dalam wilayah yang luas ini, ia tidak akan menjelajah ke kota barat tempat Klan Hua tinggal, tentu sangat mudah untuk bertemu orang-orang dari Klan Hua. Bahkan jika dia benar-benar ke sana dan bernasib sial, ia tidak akan punya pilihan selain bergantung pada Qing'er dan harus meninggalkan Benua Bulan saat itu.

Namun, ia tidak ingin pergi. Alasannya datang ke Benua Bulan hari ini, tidak lain adalah untuk Hua Xiaoyun.

"Klan Hua." Qin Wentian menatap kota barat yang digariskan di peta ketika sebuah cahaya yang menusuk tulang melintas di matanya. Ia pasti akan membuat Hua Xiaoyun membayar atas apa yang telah ia lakukan.

"Bos, kemana kita akan pergi?" Fan Le menarik peta itu saat ia bertanya.

"Tempat ini." Qin Wentian menunjuk ke sebuah ruang yang ditunjukkan pada peta itu.

"Perkumpulan Menjangan Putih!" wajah Fan Le tampak terkejut. Ia agak terkejut ketika Qin Wentian ingin pergi ke Benua Bulan. Namun, ia mengerti karakter Qin Wentian. Ia tidak akan pernah menyerah sampai Hua Xiaoyun mati.

Namun, Fan Le merasa agak bingung. Mengapa jawaban Qin Wentian tampak seolah sudah lama tahu ke mana ia ingin pergi. Tampaknya alasan di balik datang ke Benua Bulan bukan hanya karena Hua Xiaoyun saja.

Ini adalah pertama kalinya Qin Wentian datang ke Benua Bulan, bagaimana ia tahu tempat seperti apa Perkumpulan Menjangan Putih itu?

"Tempat apa itu Perkumpulan Menjangan Putih?" Fan Le bertanya.

"Aku tidak tahu," jawab Qin Wentian saat ia menghapalkan jalan di peta itu. Kali ini, giliran Fan Le mendelikkan matanya. Tidak tahu?

Apa artinya jawaban ini ...?

"Cukup, ayo kita berangkat." Qin Wentian menyimpan peta itu, ketika sedikit senyum bisa terlihat di matanya.

Ia benar-benar tidak tahu tempat apa Perkumpulan Menjangan Putih itu. Tapi ia tahu bahwa saat itu ketika Diyi memberikan lambang Kaisar Biru Langit, ada sebuah peta yang muncul setelah ditetesi darahnya.

Dan salah satu tempat yang ditandai di peta itu, tidak lain adalah Perkumpulan Menjangan Putih yang terletak di Benua Bulan.

Hal ini menunjukkan bahwa Kelompok Biru Langit dari 'Istana Kaisar Biru Langit' yang bersembunyi telah memilih Benua Bulan sebagai tempat persembunyian mereka selama bertahun-tahun. Namun dalam beberapa ribu tahun terakhir ini, tidak ada yang tahu bagaimana nasib Kelompok Biru Langit yang 'bersembunyi' itu.

Mungkin, selain sebagai pemegang lambang itu, bahkan mereka yang dari Kelompok Biru Langit yang bersembunyi di Perkumpulan Menjangan Putih tidak memiliki petunjuk di mana cabang lain Kelompok Biru Langit mereka bersembunyi, atau siapa saja anggota mereka. Lagi pula, beberapa ribu tahun adalah waktu yang lama, mereka semua sudah terbiasa dengan identitas baru mereka.

Perkumpulan Menjangan Putih akan menjadi kontak pertama Qin Wentian dengan Kelompok Biru Langit yang 'bersembunyi' itu. Tentu saja, ia harus berhati-hati!

Siguiente capítulo