Dengan sebuah ekspresi penuh cinta di wajahnya, Li Sicheng mengucapkan selamat tinggal dan menutup telepon, setelah itu dia melihat dua panggilan tak terjawab dan sebuah pesan teks. Semuanya berasal dari Tang Mengying.
"Bisakah kita bicara?"
Li Sicheng langsung mengabaikannya, melempar ponselnya ke samping, dan melanjutkan pekerjaannya.
Cedera Lu Yihan tidak fatal, tapi itu tidak bisa dianggap enteng. Setelah dioperasi, Lu Yihan tidak sadarkan diri. Mustahil bagi Su Qianci untuk meninggalkannya sendirian karena dialah yang menyebabkan Lu Yihan terluka. Namun, tidak bijaksana juga baginya untuk menghabiskan malam hanya berdua dengan Lu Yihan karena dia telah menikah. Setelah mencari-cari, Su Qianci akhirnya menemukan ponsel Lu Yihan.
Setelah menekan tombol untuk menyalakan, Su Qianci melihat seraut wajah yang sedang tersenyum. Itu adalah dirinya saat SMA, tidak memiliki selera sama sekali. Rambutnya ikal dan kukunya dicat warna-warni. Dia mengunyah permen karet hampir setiap saat. Hanya Lu Yihan yang berani mengkritiknya dari sudut pandang orang normal. Su Qianci bukan orang yang sabar pada saat itu tetapi masih bisa dipengaruhi secara positif oleh Lu Yihan. Ini adalah foto Su Qianci di tahun terakhir SMA. Dia tampak jauh lebih muda, dengan rambut diikat buntut kuda. Namun, dia tidak sedang melihat ke arah kamera. Kualitas gambarnya tidak sebagus itu. Tiga tahun yang lalu, kamera ponsel belum dibuat sebaik saat ini. Namun, kapan Lu Yihan mengambil foto ini?
Su Qianci terkejut melihat foto dirinya sendiri dan menatap Lu Yihan yang berbaring di tempat tidur. Tanpa kacamatanya, karakteristik wajahnya tampak tegas. Meskipun wajahnya terlihat pucat, Lu Yihan bernapas secara teratur. Lu Yihan memakai fotonya sebagai wallpaper1-nya …. Apa artinya itu? Su Qianci merasa dia pasti terlalu banyak menafsirkannya, menggelengkan kepalanya, dan menyentuh layar ponselnya. Namun, ada sebuah kata sandi. Jadi, dia harus menunggu sampai Lu Yihan terbangun.
Namun, pada saat menunggu, Su Qianci tiba-tiba tertidur. Ketika dia terbangun, dia sedang berbaring di sebuah tempat tidur kosong dengan selimut di atas tubuhnya. Su Qianci duduk dan melihat sekeliling. Lampunya dimatikan, tapi hari sudah pagi. Su Qianci mencari-cari ponselnya dan menemukan sudah lewat pukul 5 pagi. "Ya Tuhan!" Seru Su Qianci, membangunkan Lu Yihan yang berada di ranjang sebelah.
Lu Yihan mendongak. "Ada apa?"
"Aku tertidur di sini!" Suara Su Qianci penuh penyesalan. "Bagaimana bisa aku ketiduran?"
Lu Yihan mendesah lega. "Oh, aku pikir itu adalah sesuatu yang penting."
Su Qianci sedikit marah, tiba-tiba memikirkan sesuatu, dan bertanya, "Mengapa aku bisa tidur di tempat tidur? Apakah kau yang menggendongku?"
"Ya." Lu Yihan mencoba untuk duduk, menggodanya, "Aku tidak tahu bahwa berat badanmu bertambah. Kau hampir membunuhku."
"Apa-apaan?" Su Qianci tidak tahan untuk mengatakan, "Beratku hanya 45 kg."
"Oh, aku pikir itu dua kali lipatnya."
"Diam!" Su Qianci cepat-cepat mengenakan sepatunya dan berkata, "Kau telepon saudara-saudaramu untuk merawatmu. Aku harus pergi. Konferensi pers-nya hari ini."
"Oke," Lu Yihan mengangguk dan berkata. Namun, dia menyesalkan, "Sebuah kesempatan emas untuk membuat kerjasama baru …. Aku ingin muncul di konferensi pers-mu, tetapi sekarang aku tidak bisa pergi."
"Akan ada kesempatan lainnya," kata Su Qianci. "Suamiku akan mengadakan sebuah acara besar lagi dalam waktu dekat."
"Acara apa?"
Sebuah pesta pernikahan!
Merasa manis, Su Qianci sengaja menggantung perkataannya. "Rahasia! Aku harus pergi sekarang."
Melihat Su Qianci pergi, Lu Yihan menatap ponselnya.
Dia mengetahui bahwa Su Qianci telah melihatnya ….