Di langit itu, sepasang cahaya terlihat seperti bintang jatuh yang membelah kegelapan malam.
Wajah kakek Nalan dan Primer Tengshan menjadi semakin tegang saat mereka menatap ke arah barat laut. Tempat itu adalah kuburan keluarga kerajaan di ibukota. Biasanya, tempat itu sangat sunyi. Tetapi, malam ini, dua orang Dou Huang sedang bertarung di sana.
"Hah?" Di tengah perjalanan, ekspresi Primer Tengshan tiba – tiba berubah dan ia memperlambat laju terbangnya. Ia menatap seorang manusia yang terbang tidak jauh di belakangnya. Dengan terkejut, ia berkata, "Orang itu... Yan Xiao? Bagaimana mungkin ia dapat menggunakan sayap Dou Qi?"
Saat Primer Tengshan menoleh ke belakang, kakek Nalan di sampingnya juga merasakan pergerakan di udara. Saat ia menoleh ekspresinya tidak berbeda dengan Primer Tengshan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com