webnovel

Sesuatu yang Besar

Aaaakkkkkkkkk!!!

Yasmine sampai menjatuhkan capit yang digunakannya untuk membalik cumi, begitu mendengar teriakan yang begitu melengking dan ia tahu persis itu suara teriakan siapa. Buru-buru ia mematikan kompornya kemudian mencari tahu apa yang terjadi dengan sahabatnya tersebut.

"Dia kenapa, sih? Astaga, teriakannya ke rumah tetangga pasti kedengeran banget," heran Yasmine sembari clingak-clinguk mencari keberadaan sahabatnya.

Tak lama kemudian Yasmine melihat sahabatnya, yang berlari ke arahnya sembari menutup wajahnya dengan ke dua telapak tangannya. Tentu saja hal itu semakin membuatnya heran dan penasaran.

"Heh, kamu kenapa?" tanya Yasmine begitu sahabatnya sudah duduk di ruang tengah kemudian ia mengambil duduk di sampingnya.

"Aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat, tapi dengan bodohnya mataku tetap fokus ke arah sana dan tidak mau berpaling," curhat Milea membuat Yasmine mengerutkan keningnya.

"Ini maksudnya bagaimana sih aku enggak paham? Memangnya apa yang baru saja kamu lihat?" tanya Yasmine sembari berusaha membuka telapak tangan sahabatnya yang masih menutupi wajahnya.

"Ya pokoknya aku melihatnya dan bodoh sekali aku tidak mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk," ujarnya.

"Iya, coba kamu jelaskan sama aku apa yang kamu lihat tadi? Dan kenapa wajah kamu jadi merah banget kayak gini kek kepiting rebus?" bingung Yasmine membuat Milea buru-buru menutupi ke dua pipinya yang katanya berubah warna.

Masih terngiang-ngiang dengan jelas itu dalam pikirannya Milea, di mana ia tidak sengaja melihat laki-laki telanjang bulat di dalam kamar mandi. Awalnya ia iseng membuka sedikit pintu kamar mandi yang dikiranya tidak ada siapapun di dalam, tapi ternyata dugaannya salah laki-laki yang dicarinya ternyata sedang mandi di dalamnya. Namun Milea baru mengeluarkan teriakannya begitu sudah keluar dari kamarnya Karel.

"Jadi kamu melihat Karel tidak memakai baju?" tanya Yasmine begitu mendengar cerita dari sahabatnya.

"Bukan hanya tidak memakai baju, ya gimana sih namanya orang lagi mandi pasti dibuka semuanya dong," ujar Milea membuat Yasmine melebarkan matanya.

"Berarti kamu juga lihat itunya dong?" tebak Yasmine yang diangguki oleh sahabatnya.

"Ya ampun, terus dia tahu enggak kalau kamu buka itu pintu kamar mandi?" tanya Yasmine.

"Kayaknya sih dia enggak tahu, soalnya pas tadi aku buka pintu sia lagi ngelap wajahnya sama handuk," ujar Milea.

"Besar, enggak?" tanya Widya membuat Milea tiba-tiba jadi ngelag.

"Apanya?"

"Ish ya yang tadi kamu lihat, kan katanya kamu melihat dia telanjang bulat berarti kamu melihat juga dong punya dia besar atau enggak?" jelasnya membuat Milea yang baru saja connect seperti kamu membulatkan matanya.

"Ya kenapa kamu nanya kayak, gitu? Ihh malu tau enggak kalau kita ngebicarain hal kayak gitu," protes Milea membuat Yasmine terkekeh.

"Memangnya kenapa? Kan di sini cuma ada kita berdua, lagian kita sama-sama perempuan ya wnggak apa-apa dong kalau kita ngomongin masalah kayak gitu, orangnya juga enggak ada di sini. Kita sudah sama-sama dewasa jadi biasa aja kali," ujar Yasmine.

"Ya iya sih tapi kan malu aja kalau aku mengatakannya, aku takut kalau tiba-tiba orangnya ada di sini?" Milea seketika clingak-clinguk memastikan laki-laki itu tidak keluar dari kamarnya dan menguping apa yang mereka bicarakan.

"Dia masih ada di kamarnya kok dia tidak ke mana-mana, jadi gimana aku juga penasaran punya dia besar atau enggak?" desak Yasmine yang kepo banget.

"Besar," bisik Milea membuat Yasmine yang mendengarnya langsung tercengang.

"Jujur deh sama aku, begitu kamu melihatnya secara langsung kamu nafsu atau enggak?" tanya Yasmine membuat Milea berpikir sejenak.

"Kalau nafsu atau enggak? Ya aku enggak tahu, aku tadi kan cuma terkejut aja ngelihatnya," ujar Milea membuat Yasmine mengerutkan keningnya.

"Kalau setelah kamu melihatnya dan kamu tidak merasakan nafsu sama sekali, jangan-jangan kamu tidak normal?" tuduh Yasmine yang langsung mendapat gebukan di lengannya dan siapa lagi pelakunya kalau bukan sahabatnya.

"Sembarangan saja kalau bicara, walaupun aku itu jarang banget pacaran tapi aku tuh masih normal dan aku masih suka sama cowok-cowok ganteng," ujar Milea menepis tuduhan dari sahabatnya.

"Ya udah sih kan aku cuma nanya aja, kalau kamu masih normal ya bagus dong. Sering-sering aja kamu ngelakuin hal kayak tadi berkedok tidak sengaja," ledek Yasmine membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.

"Kenapa sih kamu tidak percaya sama aku? Kalau tadi itu aku emang beneran enggak sengaja, aku bingung kok dia enggak ada di kasurnya terus pas iseng aku buka kamar mandi ternyata dia ada dalamnya, padahal dari luar aku dengar enggak ada suara orang mandi," elak Milea membuat Yasmine tertawa terbahak, karena raut wajah sahabatnya yang panik sekaligus mengemaskan di saat yang bersamaan.

"Ya sudahlah terserah kamu saja mau sengaja atau enggak, tapi yang jelas kamu sudah lihat punya dia jadi nanti kalau kalian melakukannya kamu tidak terkejut lagi dengan ukurannya yang kata kamu besar tadi hahaha," goda Yasmine dengan masih tertawa membuat milea memayunkan bibirnya.

"Siapa juga yang mau melakukan itu dengannya? Lagian aku tidak selera sama brondong," elak Milea.

"Alah boong banget, kita lihat aja nanti kalau suatu saat nanti ternyata selera yang kamu katakan tadi berubah. Siap-siap kamu traktir aku makan sama satu bulan di restoran paling mewah di Jakarta," ujar Yasmine membuat Milea melebarkan matanya.

"Gila aja satu bulan? Kalau satu minggu aku mau," protes Milea.

"Ya sudah iya satu minggu di restoran paling mewah di Jakarta, tapi sehari tiga kali lho ya tidak boleh kalau cuma sekali," ujar Yasmine membuat Milea kesal bukan main, namun ia selalu menyakinkan pada dirinya sendiri bahwa, tidak mungkin ia tertarik kepada laki-laki yang umurnya jauh di bawahnya.

"Ok good, semoga kamu tidak menyesali apa yang tadi kamu katakan sendiri. Yang namanya cinta itu tidak memandang muda atau tua, berapa selisih umurnya, kastanya, bahkan yang agamanya berbeda saja masih bisa dilibas demi menyatukan dua cinta tersebut," jelas sang sahabat.

"Oh ya ngomong-ngomong aku belum tahu loh dia itu keyakinannya apa? Kan selama ini aku enggak pernah nanyain soal keyakinan sama dia?" ujar Milea.

"Memangnya kenapa kalau dia punya keyakinan yang sama dengan kamu ataupun berbeda? Kamu mau menyatukannya kalau keyakinan kalian berbeda? Kamu mau ikut dengan keyakinannya suatu saat nanti, begitu?" tebaknya membuat Milea memutar bola matanya dengan malas.

"Apasih? Dasar enggak jelas, udah sana kamu terusin masak. Kalau kelamaan ngobrol sama kamu bisa buat aku darah tinggi," suruh Milea sembari mendorong sahabatnya untuk kembali ke tempatnya semula.

"Halah, aku disuruh balik lagi masak, biar kamu bisa leluasa mengintipnya lagi kayak tadi, kan?" ledeknya."

"Mengintip, siapa?" celetuk seseorang.