webnovel

Violet: Girl of amnesia

Tokyo... Tokyo adalah sebuah kota yang terbilang kota besar, kota yang selalu ramai disetiap harinya. Di malam hari, jika kalian pergi keluar rumah dan melewati penyeberangan jalan, kalian dapat mudahnya tersesat dalam lautan manusia. Di kota itu, seorang anak remaja yang hidup mandiri saat ini duduk di kelas 12 SMA, anak itu bernama Rey...

Bermula pada minggu pagi hari, Rey didampingi oleh seekor anjing peliharaannya sedang jalan-jalan di dekat taman yang tidak jauh dari rumahnya. Saat Rey berhenti untuk memulihkan tenaganya dengan sebotol minuman ion, anjing ya terlepas dari tali yang mengikatnya berlari menuju seorang gadis sedang berdiri di bawah pohon Sakura.

Seorang gadis cantik dengan rambutnya tertiup angin lembut membuat dirinya semakin menarik dimata laki-laki manapun di dunia ini. Seorang gadis dengan Amnesia yang merantainya. Tentu saja Rey tidak mengetahuinya. Rey menghampiri gadis itu dan memberikan beberapa pertanyaan kepada gadis itu, tapi gadis itu memasang wajah lagu dan selalu terdiam. Tak lama gadis itu bertanya. "apa kamu sedih?" Rey tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang dia berikan itu. Rey memberikan satu susu kotak yang telah dia bawa dari rumahnya, kemudian Rey meninggalkannya di bawah pohon itu. Rey tidak sadar bahwa dia diikuti oleh gadis itu. Saat Rey telah sampai di rumahnya, Rey baru menyadarinya. Rey bertanya kepada gadis itu. "sejak kapan kamu berada di sini?... Apa yang kamu lakukan di sini? Pulangnya!" tetapi gadis itu hanya menundukan kepalanya. Rey memberikan pertanyaan lagi kepadanya, "apa kamu dengar?! Kupingmu rusak ataukah kamu tidak memiliki tempat tinggal?!... Bercanda, aku hanya bercanda."Rey tidak menduganya, gadis itu menganggukan kepalanya dua kali. Rey tidak menduga bahwa gadis itu benar-benar tidak memiliki tempat tinggal. Rey merasa risih jika berbicara di depan rumah. Rey membawanya masuk kedalam rumahnya untuk mendengar penjelasan detail darinya. Setelah gadis itu menceritakan semuanya, Rey tidak mendapatkan informasi apapun, ternyata gadis itu telah kehilangan semua ingatan tentang dirinya. Apa ini yang namanya Amnesia? Baru pertama kali aku menemukan seseorang yang terkena Amnesia secara langsung. Biasanya aku hanya melihatnya diacara televisi Indosiar di tempat tinggalku dulu. Sekejap Rey berpikir. Apakah baik jika aku meninggalkannya di luar?... Untuk memenuhi hidupku sendiri ajh sudah sulit dan juga harus ditambah dengan orang yang baru saja aku temui. Pertanyaan itu beberapa kali terlintas di benakku. Rey hanya memiliki dua pilihan. Membiarkannya diluar atau membiarkan dia tinggal beberapa hari di rumahku, mungkin membiarkan dia tinggal untuk beberapa hari lebih baik jika membiarkan dia di luar dan memungkinkan dia dapat mengingat kembali semua ingatan dia tentang masa lalunya dengan aman dirumah ini. "baiklah... Kamu aku izinkan tinggal dirumahku. Tapi hanya untuk beberapa hari saja."aku lega dapat memilih jawaban yang terbaik dari dua pilihan itu. Tapi kenapa aku merasa kesal ya? Disaat aku berfikir untuk dirinya, Rey melihatnya tertidur pulas dalam mimpinya. Yah, biarkan saja deh. Aku pergi ke kamarku untuk mengambil selembar selimut yang cukup hangat dan menyelimuti gadis itu.

Waktu berjalan cepat tanpa Rey sadari. Sudah cukup lama rumah itu selalu sepi setelah beberapa tahun lalu. Tidak ada suara tawa dan kehangatan. Tapi rasanya cukup menyeramkan kalau rumah itu tiba-tiba terdengar suara tawa, jadi mengingatkanku dengan Kuntianak. Sekarang suasana rumah itu telah berubah. Semenjak kehadiran gadis itu rumah ini jadi terasa hangat. Rey telah melupakan janjinya tiga tahun lalu bahwa gadis itu hanya diizinkan untuk tinggal beberapa hari saja. Sekarang janji itu sudah rusak dan tidak berlaku lagi. Dirinya sudah merasa nyaman dengan kehadiran gadis itu. "hei sebentar! Bagaimana ya? Aku merasa tidak enak jika aku baru menanyakan hal ini. Aku harus memanggilmu dengan nama apa?..." gadis itu tersenyum di hadapanku dan berkata. "beri saja aku nama!" aku tidak tahu harus apa. Diingat - ingat dia tidak memiliki ingatan masa lalunya, dan dia juga tidak ingat namanya sendiri. Jika seperti itu mau tidak mau aku harus memberikannya sebuah nama. "hmm... Sebentar, bagaimana dengan nama Violet?... Kejujuranmu sepertinya cocok dengan nama itu. Apa kamu suka, Violet?... Iya.. Dia menjawab pertanyaanku dengan senyuman di wajahnya. Aku bahagia jika dia suka dengan nama itu. Keesokan harinya, Rey mengajak Violet pergi ke taman hiburan. Rey merasa malu dipandangi terus menerus oleh banyak orang. Rasanya Rey sangat senang dapat kencan dengan seorang gadis yang sangat cantik, dia tidak menyesal menjumpai dua puluh tahun. Tepat setelah pintu masuk wahana, aku bersama Violet menghampiri penjual permen kapas. "permisi!" tolong permen kapasnya tiga pak! "banyak sekali belinya mas?! Mas bisa menghabiskan semua itu?" tidak mungkin bisa pak! Bisa bisa gigiku sakit jika makan semua itu, satu ini untuk teman di sebelahku dan yang satu ini untuk temanku yang mau menjaga rumahku. "aku tidak mengerti, tapi baiklah. Ini permen kapasnya!" paman itu memberikan permen kapasnya. Seorang anak berteriak senang kegirangan kepada ibunya bahwa dia menemukan permen kapas yang masih terbungkus rapih tergeletak di tengah jalan. Taruh kembali gula kapas itu pada penjual ya! Ibunya berkata seperti tidak percaya kepada anaknya...., tapi bu.... Aku menemukannya di jalan. "hm... Baiklah Violet, ayo kita naik itu!" Waktu berjalan terasa cepat, matahari mulai tenggelam dan menyisakan warna jingganya. Sekarang, wahana terakhir yang mereka naiki adalah kincir angin, dia merasa seperti didalam anime RomCom yang selalu dia lihat. Dia berencana untuk melamarnya di tempat itu... "Violet, aku menyukaimu. Maukah kamu menikah denganku?!" Rey sembari memperlihatkan cincin di tangannya. Ya... Walau untuk dua tahun kedepan. Untuk saat ini dia hanya ingin melamarnya. Violet tersipu malu melihat cincin yang dikeluarkan oleh Rey, ternyata ekspresi malunya itu tidak kalah manis saat dia mengambek beberapa bulan lalu karena ide creamnya yang aku makan. Rasa bahagia yang Rey rasakan itu sekejap sirna ketika Violet menolaknya. Rey bertanya kepadanya."kenapa?apa kamu tidak suka bersamaku?..." Violet menggelengkan kepalanya dan aku kembali bertanya kepadanya: "kalau seperti itu kenapa kamu menolakku?" Violet menjawab: "tidak, aku tidak bisa."kemudian Violet kembali terdiam. Rey melihat Violet dan dia menyadarinya, Violet terlihat perlahan menghilang transparan. Rey memegang tangannya dan kemudia terlepas menembus tangan dirinya. Sedih dan syok mengguncang hatinya, Rey tidak dapat menyentuhnya lagi. Rey tidak tahu harus berkata apa, yang pasti hatinya terasa seperti ditusuk dengan seribu jarum. Dia membekukan seperti Es kutub Utara. Violet berusaha memanggil namanya Rey... Rey... Rey... tetapi tatap tidak berkutik. Es yang berada di dalam dirinya perlahan mencair. Violet mendaratkan ciumannya tepat di bibir Rey dan berkata. "apa kamu sudah bisa tenang?" sekali lagi dia menunjukan senyumannya. Tapi, senyumannya kali ini terlihat seperti tertutup dengan awan gelap yang sangat besar, dan Violet melanjutkan: "dengarkan aku! Aku sudah mengingat masa laluku dua bulan lalu. Aku ingat, diriku di sini bukanlah diriku. Diriku yang berada dihadapanmu ini hanyalah sia-sia dari penyesalanku. Saat aku berumur tiga tahun, ayah dan ibuku telah meninggal dunia. Aku dibesarkan oleh pamanku. Semenjak pamanku dipecat oleh perusahaan pamanku bekerja, pamanku stres dan kemudian menjualku kepada seorang bangsawan, bangsawan itu menjadikan diriku sebagai budak. Tidak masalah bagiku disuruh mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Terkadang dia menyuruhku memijat dirinya saat lelah, tetapi terkadang juga dia menggodaku dan memaksaku memuaskan nafsunya!... Aku tidak suka itu. Aku memikirkan cara untuk kabur dari rumah itu, dan kemudian aku berhasil kabur. Ketika pergi melarikan diri, aku terhantam oleh sebuah bus. Tubuhku diambil oleh bangsawan itu dan diawerkannya. Beberapa kali aku kembali ke rumah itu dalam bentuk roh untuk menakuti pria itu. Saat aku kerumah itu, aku sering juga melihat pria itu menghendus tubuhku seperti seekor anjing mencari tulang yang telah dikuburnya, akupun tidak tahan di rumah itu dan kembali ke pohon Sakura itu. Penyesalanku tertinggal di pohon itu tepat tragedi kecelakaan itu. Tapi sekarang penyesalanku telah hilang. Aku bersyukur dapat berjumpa denganmu, Rey. Walau aku hanya bentuk roh, tapi kenangan aku denganmu adalah nyata. Seandainya yang berada dihadapanmu ini adalah diriku saat masih hidup, aku akan menerima lamaranmu. Sebenarnya aku juga menyukaimu... Rey, terima kasih, terima kasih telah mengisi penyesalan ini dengan kehangatanmu. Jika kita dipertimbangkan kembali, aku ingin kita menjalin perjanjian seribu tahun." Rey kembali membeku meronta-ronta menyebut Violet berulang kali. Rey kembali bersama hatinya yang telah hancur di bawah sinar jingga mentari.

Keesokan harinya Rey terbangun lebih cepat dari biasanya. Keceriaan di rumah itu kembali sunyi bahkan suara detak jantungnya yang lambat dapat terdengar. Setiap pagi, Violet selalu membuatkan sarapan di meja makan itu, Rey melihat meja makan yang tampak kosong. Yang tersisa hanyalah peninggalan kenangannya dan kesedihan ini. Aku melarikan diri beranjak Joging pagi hari untuk meringankan suasana ini. Tepat di depan pohon Sakura, tempat pertama kali dirinya berjumpa dengan gadis cantik yang pernah melupakan semasa hidupnya. Terbayang sosok Violet bersama kelopak bunga Sakura berguguran, pohon itu tampak lebih cepat bermekaran dibanding pohon pohon Sakura di sekitarnya yang belum kehilangan warna hijaunya. "apakah ini juga salah satu dari keajaibanmu, Violet?...."

~Selesai~