Eva melirik Ryan dan Misha yang menatap untuk mencari keterangan lebih lanjut dari omongan Eva. "Iyaa, ada sebuah hati yang harus ku rebut!"
Misha dan Ryan terlihat menampilkan wajah horor, bagaimana Eva bisa mengejar pria yang sudah jelas memiliki kekasih?!
"Eva, jangan gila. Shakeel udah punya pacar," tegur Misha penuh penekanan.
"Selagi jalur kuning belum melengkung, ya pepet aja" ujar Eva mengalihkan pandangannya.
Hah, ia hanya bisa pasrah. Eva itu tipe orang yang akan jadi keras kepala kalau ada yang diinginkannya, jika belum mendapatkannya ia tak akan berhenti.
"Baiklah," Ryan mengangguk saja, ia beranjak membawa Misha yang ada di gendongannya pergi ke Rumah sakit.
Setelah tak lagi melihat kakak dan pacar kakaknya, Eva nyengir dan melangkah riang menuju kantin. Bersenandung riang gembira dan tidak bisa melepaskan senyum lebarnya.
***
Tuing..
Kepala Eva mencuat dari balik pintu kantin, matanya mencari-cari keberadaan seseorang yang mampu meluruhkan hatinya. Ah, itu dia. Eva melihat Shakeel tengah suap suapan di meja dekat kolam ikan.
Fikiran jahil Eva menyeruak keluar, senyum menyebalkan muncul diwajah Eva. Dengan pelan ia melangkah mendekati meja dua insan yang tengah dimabuk cinta.
Druak..
Tanpa di lihat oleh siapapun, Eva menendang kaki kursi yang tengah diduduki Raya. Kursi itu tampak terangkat, Raya yang panik tidak bisa menyeimbangkan badan.
Byurrr..
"Kyaaaa!"
Seperti yang sudah Eva prediksi dengan pemikiran jahilnya, Raya tercebur ke kolam ikan. Senyum kemenangan tercetak diwajah Eva, ia terus melangkah menuju ibu kantin.
"Bu, pesen jus stroberi nya satu"
"Oh iya neng, tunggu bentar yak" ujar ibu kantin tersenyum ramah.
Seraya menunggu jus nya jadi, Eva pun memainkan ponsel pintarnya. Ia bergumam pelan, "Paling mewek.."
Srekk..
Bahu Eva dipaksa berbalik oleh seseorang, begitu Eva menatap si pelaku ternyata itu adalah Shakeel. Wajah Shakeel tampak memerah, Eva heran sendiri ada apa gerangan pria ini?
"Lu yang bikin Raya jatuh kan?" tanya Shakeel dingin.
"Dih, dateng dateng ko nyalahin gue.. Gak jelas anjir," kesal Eva menampik tangan kanan Shakeel dari bahu nya.
"Gue tau lo pelaku nya! Pas lo lewat, Raya langsung jatuh!" bentak Shakeel, tubuh Eva sontak bergetar ketakutan.
"G-gue.. G-gue.."
"Bener lu kan?! Dasar cewe peganggu!" bentak Shakeel semakin keras.
Semua orang menatap Eva tak suka, mereka berbisik-bisik tentang Eva. Tidak tahan dengan tatapan semua orang, Eva berlari menjauh dari area kantin.
"Nak! Jus mu!" seru ibu kantin.
Shakeel terdiam, ia mengingat kembali wajah Eva barusan. Jelas itu bukan raut seseorang yang tepergok berbuat kejahatan, itu raut ketakutan dari seorang gadis.
"Apa aku berlebihan?" gumam Shakeel.
"Ah anak itu, jus nya ditinggal pergi.." keluh ibu kantin.
Shakeel mengambil jus milik Eva, setelah membayar ia segera menyusul Eva. Melupakan kalau Raya masih ada di kolam ikan.
***
Kringgg..
Dering ponsel terdengar, membuat Eva yang tadinya menyelupkan kepala ke dalam air menoleh.
"Apaan sih? Ganggu orang pen modar aja," gerutu Eva mengambil ponselnya.
"Apa?" tanya Eva begitu mengangkat telfon.
Seseorang di seberang berdecak kesal, Eva kaget dan memastikan siapa yang menelfonnya. Waduh, kakaknya!
"Jan so soan pen bunuh diri! Kelelep nanti!" omel Misha di seberang.
Ah, Eva lupa kalau mereka kembar. Tentu saja mereka bisa merasakan perasaan satu sama lain, Eva suka lupa kalau dia adalah anak kembar.
"Kagak kok, siapa yang mau bunuh diri?" elak Eva, dalam diam ia meringis saat Misha mendesah lelah.
"Shakeel ngapain lu?" tanya Misha to the point.
Eva gelabakan, kakaknya bisa menebak sampai sejauh itu?! Gawat, jika tau penyebab Eva ketakutan Shakeel dalam bahaya.
"Gak ngapa-ngapain!"
Berseru dengan keras bukanlah hal yang baik, bukannya tenang Misha malah semakin yakin, kalau pria yang disukai adiknya itu telah berbuat sesuatu.
"Oke, nanti kita urus masalah Shakeel belakangan. Ada misi," terang Misha. Kening Eva terangkat, "Misi apaan nih?"
"Baca sendiri Misi nya, udah gue kirim. Kalo gitu bay bay"
Tut..
Misha mematikan telfonnya, kelakuan kakaknya itu membuat Eva kesal. Setelah pesan yang dikirim kakaknya masuk, dengan segera ia membacanya.
[Misi ini ditujukan untuk pemimpin Black Moonlight. Kami, Selaku utusan Mr Johan meminta anda menjadi Bodyguard nya di acara besar malam ini. Karena Miss Misha sekarang memiliki luka yang sulit dibiarkan, kami menunjuk anda.]
Kening Eva berkerut tak suka, jadi bodyguard?Astaga, itu tugas yang menyebalkan! Tapi Eva pun tak bisa menolak, Mr Johan itu salah satu pelanggan tetap Gold Moonlight dan Black Moonlight sejak 3 tahun belakangan.
Menolaknya sama saja merugikan diri sendiri. Mr Johan itu adalah seorang Centibillionaire, didunia ini hanya ada 3 Centibillionaire. Johan Bezos, Billies Gates, dan Baron Arnold. Mereka bertiga telah menjadi pelanggan tetap dua Clan mafia.
Entah disewa untuk membunuh, menjaga, mencuri, dan bahkan menghilangkan sebuah bukti berbahaya bisa mereka lakukan. Walau harus membunuh, Misha dan Eva harus menghidupi anggota Clan nya.
"Haah, sepertinya aku akan bertemu Vaino Bezos lagi.. Menyebalkan," gerutu Eva pelan.
Vaino Bezos, adalah nama putra pertama Johan Bezos. Pria berusia 20 tahun itu menyukai Eva, ia tidak suka didekati pria hidung belang itu!
"Eva.."
Eva tersentak begitu namanya dipanggil dengan ragu, ia menoleh dan lebih kaget melihat Shakeel berdiri di belakangnya. Apa pria itu membaca isi pesan dari kakaknya? "Semoga saja tidak," ujar Eva pelan
"Apa?"
Eva bertanya dengan malas, berkat pesan tadi ia berani berkata dengan malas pada pria yang ia sukai. Mood nya anjlok begitu melihat nama Johan Bezos, Shakeel tidak menjawab. Pria itu memperhatikan separuh rambut Eva yang basah, seragam bagian atas Eva pun terlihat basah.
"Lu.. Habis ngapain?" tanyanya ragu.
"Pen modar,"
Eva menjawab dengan seadanya, ia kembali berpaling dan mencelupkan kembali kepalanya kedalam kolam wadah air yang memang ada di rooftop.
Srekk..
"Lu mau mati?! Yaampun jangan bego!" omel Shakeel setelah menarik bahu Eva.
"Aelah ribet amat hidup lu, pergi sana" usir Eva memutar bola matanya malas.
"Jangan!" tegur Shakeel menatap Eva horor.
Shakeel menyodorkan segelas jus stroberi pada Eva. Alis Eva terangkat heran, ada apa gerangan ini? Shakeel memberinya minum? Tidak masuk akal, "Tumben,"
Mendengar celetukan Eva Shakeel menghela nafas, "Gue minta maaf karena nge-bentak elu tadi,"
Eva mengangguk pelan, rupanya ini permintaan maaf dari Shakeel. Ia menerima secangkir jus itu dan meminumnya langsung, setelah melihat jus itu rasa haus Eva tiba-tiba muncul.
Kringg..
Telfon Eva kembali berdering, ia mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertera. Yah, ini salah satu kebiasaan buruk Eva.
"Sayang!"
Doeng..
Shakeel yang baru duduk disamping Eva tercengang, Eva sendiri pun kaget mendengar seruan itu dari ponselnya.
"Oh Shit!" umpat Eva.
***