webnovel

Twins Bad Girl And Mafia

Misi~ kasih power stone setiap hari untuk karya ini ya, supaya masuk rank dan dibaca lebih banyak orang! *** "Aku selalu berfikir apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia kak" Adeeva Mishall Mandres "Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Adeera Mishall Mandres. Adeera Mishall Mandres dan Adeeva Mishall Mandres, dua gadis kembar yang menaklukan dunia malam 4 tahun setelah mereka mendirikan dua clan mafia berpengaruh.

FIFIanNUR31 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
297 Chs

Kekecewaan Eva

Senyum Eva mengembang ketika menemukan akun yang ia cari-cari selama ini, memperhatikan setiap foto yang terpajang di sana. Setiap melihat foto yang tidak ia sukai, senyum Eva menghilang.

"Kenapa banyak foto dia sama monyet sih!"

Menggerutu kesal. Eva sama sekali tidak suka dengan kelakuan monyet yang selalu bergelantungan di lengan indah Shakeel, mana di setiap foto si monyet selalu seperti itu lagi!

Ingin rasa nya jari Eva menekan tombol love yang ada dipojok kiri bagian bawah foto yang ia lihat, namun, Eva sadar, kalau hal itu ia lakukan. Yang ada Shakeel malah ilfeel kepada dirinya, ya, Eva sekarang tengah melakukan Stalk ke akun instagram Shakeel.

Saat sebuah foto baru Shakeel terposting, emosi Eva kian meningkat. Di foto itu terlihat Shakeel yang di cium si monyet! Eva segera bangkit dari kursinya, menoleh heran Misha lakukan. "Ada apa Va?"

Eva hanya melirik kakaknya dan mulai beranjak keluar, firasat Misha tak enak melihat ini. Ia segera berdiri, menggapai tangan Eva dan bertanya dengan serius. "Ada. Apa?"

Misha telah menekan pertanyaan yang ditujukan pada sang adik, itu artinya Eva harus menjawab pertanyaan kakaknya, itu pun jika ingin dilepaskan dari cengkraman kuat sang kakak.

"Aku mau ke kantin Kak," jengah Eva memutar bola matanya dengan tak sabar, Misha curiga. Ia tidak bisa menerima pernyataan adiknya. "Lu... Gak pengen ngapa-ngapain, kan?" tanya Misha

"Enggak kakak-ku tersayang," ucap Eva tersenyum manis. Misha terpaksa mengangguk, meski rasa curiganya masih ada, ia melepas cengkraman tangannya.

Menatap kepergian Eva dengan dalam dan intens, Anes yang sedari tadi diam, mulai bertanya, mewakili tiga temannya yang penasaran.

"Emang kenapa Mish? Tumben lu kek gitu sama Eva?"

Setelah kembali duduk dan membuka novelnya, Misha menjawab pertanyaan Anes. "Gatau kenapa, gue dapet firasat buruk soal Eva yang pergi"

Tubuh mereka ber-empat sontak kaku, Misha itu terlalu peka dengan sekitar, karena hal itu lah Misha mendapat sedikit firasat tentang masa depan. Memang hal tersebut bagus, namun, kebanyakan dari firasat yang ia rasakan adalah buruk, dan parahnya semua itu benar-benar terjadi.

"Lo... Engga menyusul Eva?" tanya Lue napas tercekat. Misha menggeleng tegas, "Gue sudah menanyakan pada Eva tadi, katanya tidak ada masalah."

"Lagi pula, dia harus bisa dewasa. Meski ini adalah hal yang buruk, Eva harus bisa memilih jalan yang ia pilih sendiri. Kalau selalu gue tolong, dia akan selalu bergantung"

Mereka hanya terdiam setelah mendengar penjelasan Misha, Sahabatnya itu benar, Eva memang jadi sedikit manja karena selalu di tolong Misha.

"Jangan kalian khawatirkan, mulai saja kerjakan tugas kemarin yang belum kalian selesaikan" ungkit Misha membuat mereka berdecak, bagaimana dia tahu kalau mereka belum mengerjakan tugas sekolah?

***

Tuing..

Kepala Eva menjembul dari balik jendela kantin, matanya bergerak ke sana dan kemari, mencari keberadaan Shakeel. Itu dia.

Keningnya berkerut tidak suka saat melihat adegan uwwu yang di lakukan Shakeel dan si monyet. Oh tidak, pria itu menyuapi si monyet! Kasian sendok itu, pasti radiasi.

Langsung saja, tanpa pikir panjang Eva masuk ke area kantin dan menyiramkan jus yang entah punya siapa kepada Raya.

Byurrr..

Seolah masih kurang, Eva menumpahkan semangkuk bakso pada Raya. "Kyaaaa!" Tentu saja hal itu membuat Raya terpekik kepanasan.

Plakk..

Kepala Eva ter toleh ke samping setelah di tampar dengan keras oleh Shakeel, ia menyentuh pipi nya yang panas dan menatap Shakeel shock.

Plak..

Pipi kanan nya ikut di tampar oleh Shakeel hingga ter toleh ke kiri, tanpa sadar air mata Eva menetes. Ia tersadar dengan apa yang di lakukan olehnya dan segera meminta maaf.

"R-ray, gue minta maaf... Sumpah gue gak sadar," ungkap Eva hendak mengambil tangan kanan Raya, guna meminta maaf.

Plak..

"Jangan sentuh Raya gue, ngapain sih lu, dateng-dateng main siram pacar orang aja?" tanya Shakeel sarkas, ia memukul tangan Eva yang hendak meraih tangan kanan Raya.

"G-gue gak sengaja!" bela Eva sejujurnya, memang setelah dirinya melihat adegan Shakeel menyuapi Raya, tubuhnya bergerak sendiri.

Byurr..

Shakeel menyiram Eva dengan jus nanas miliknya dan menumpahkan batagor pedas di kepala Eva. "Gue gak sengaja," sindirnya setelah melakukan hal itu.

Tubuh Eva bergetar hebat, bau nanas memenuhi tubuhnya. Oh tidak, kulitnya mulai gatal, alerginya kambuh!

"G-gue minta maaf Shakeel, Mon-- Raya," ungkap Eva menunduk.

Shakeel berdecih tidak suka, "Oke, kali ini gue maafin. Tapi kalo lu masih ganggu gue sama Raya, awas aja"

Eva mengangguk faham, namun perkataan Shakeel membuatnya menegang. "Gue gak nyangka, gadis kek elu murahan."

Apa maksudnya itu? Eva sama sekali tak faham, kenapa Shakeel berkata seperti itu dengan mudahnya?

"Maksudnya?" tanya Eva dengan nada tercekat.

"Lu udaha punya cowo masih deketin gue kan? Kalo gak murahan apa dong? Gak puas lu sama satu cowo? Kasian gue sama pacar lu" ujar Shakeel tanpa memikirkan perasaan Eva.

"Hilangin aja deh perasaan lu, kalo perlu lompat aja dari rooftop. Kali aja setelah loncat perasaan lu bakal ke terima" celetuknya tanpa sadar.

Eva terdiam, ia memikirkan perkataan kejam yang di tujukan kepadanya. Apa perbuatannya selama ini terkesan murahan bagi Shakeel? Apa cinta nya itu murahan bagi Shakeel? Ia akui kalau, dirinya mencintai pria yang sudah punya pacar adalah kesalahan. Tapi kenapa pria itu bisa dengan mudahnya berkata demikian?

"O-oke," ujar Eva dengan berat hati, sebelum pergi ia mengucek matanya yang memerah karena kemasukan saos batagor yang pedas itu.

Ia berbalik dan beranjak menjauh, dengan tatapan penuh cemooh yang ditujukan padanya, Eva menguatkan dirinya. Dia tidak boleh menunjukkan kelemahannya, kalau tidak, Misha juga akan kena dampaknya.

Dengan langkah gontai Eva menaiki tangga, satu per satu ia naiki. Matanya menatap anak tangga kosong, walau tubuhnya mulai merah-merah karena alergi, ia seakan mati rasa sekarang.

Matanya melirik kedua tangannya yang membengkak dan tersenyum lirih. "Mungkin perkataannya benar," gumam Eva, menatap pintu rooftop dengan nanar.

Apa harus dilakukan?__ gumamnya di dalam benak.

***

Degh!

Misha yang sedang fokus membaca novel sontak duduk dengan kaku, matanya menatap lurus ke depan, ia segera melepas novel ditangannya dan berlari keluar.

"Misha?! Lu kemana?!" seru Duo A dan E panik.

Mereka segera menyusul Misha yang sudah lari, sahabatnya itu lari sangat cepat, sehingga mereka tertinggal jauh dibelakang.

"Misha tunggu!" seru mereka.

Duakhh!

"Eva!" seru Misha marah, ia langsung berteriak kencang setelah membuka pintu Rooftop.

Srekkk..

Bruk..

Satu detik saja Misha telat, adiknya itu sudah meluncur bebas dari Rooftop sekolah. Kedua bersaudara itu terhempas ke lantai Rooftop, napas Misha menggebu-gebu karena berlari dari lantai 2 ke Rooftop yang ada dilantai 5.

"Bodoh! Kau bodoh Eva!" gumam Misha memeluk adiknya yang menangis di pelukannya.

***

Ara Ara~

Makasih udah membaca karya labil Fifi ini yaaa, kalo bisa kasih power stone kalian juga. Biar Fifi Apal sama muka muka reader Fifi..

Masa dari ribuan pasang mata yang mampir disini gaada suaranya, cuma ada dua-tiga yang ngasih power stone lho~ Fifi apal tau..

Makasih yah,, tiga orang baik yang mendukung Karya ini dengan cara ngasih Ps

luv yuu