Setelah menjenguk kakeknya di Villa. Arsen mendapat telepon dari Daniel yang mengajaknya pergi ke taman bermain sekalian akan mengenalkannya dengan seorang gadis cantik, meskipun awalnya dia menolak tapi mengingat waktunya tinggalnya tidak banyak, dia akhirnya menerimanya dan pergi menyusulnya ke taman bermain, tapi sialnya ketika sampai panggilan alam selalu mengganggunya yang membuatnya pergi ke kamar mandi meninggalkan Daniel menunggu sendirian di pintu masuk. Arsen sebenarnya juga senang pergi ke taman bermain setidaknya dengan berada di tempat ramai dia bisa melepas penat setelah lelah bekerja.
Menjadi seorang pilot sangat berat, tapi dia menyukainya. Seperti kata kakeknya jangan kerjakan jika bertentangan dengan hati. Tapi syukurnya dia menyukainya. Dan berkat gadis itu juga dia terus melanjutkan pendidikannya sampai dia menjadi seorang pilot.
Arsen berjalan kembali mendekati Daniel di pintu masuk taman bermain tapi sahabatnya itu tidak sendirian dia bersama seorang gadis. Gadis itu membelakanginya, Arsen merasa tidak asing dengan punggung itu, dia pun mendekati dan menyapa mereka berdua ketika gadis itu berbalik jantung Arsen berdetak sangat cepat. Bagaimana bisa Elise mengenal Daniel dan apakah gadis yang akan di kenalkan sahabatnya adalah… Elise? Kenapa dunianya sangat kecil dan penuh kebetulan.
Arsen merasa senang karena bertemu dengan Elise lagi, tapi ketika dia menyebut namanya sebagai Arion sahabatnya Daniel hendak protes beruntung dia masih bisa menahannya, hingga Elise tidak tahu kebenarannya. Arsen juga tidak akan pernah menyangka jika penerbangannya dengan tujuan kota X akan mempertemukannya dengan Elise lagi bahkan lebih sering daei dugaannya. Tapi masalahnya mereka masih belum bertukar nomor ponsel haruskah dia memintanya pada gadis itu, tapi bukankah itu akan terlihat lancang.
Arsen juga senang melihat raut terkejut di wajah Elise, gadis itu masih sama seperti dulu ketika sedang terkejut, dan dia tetap cantik. Wajah bingung dan senyum manisnya selalu berhasil menggetarkan jantungnya. Awalnya dia berpikir kalau Daniel akan ikut bersama mereka tapi tuhan masih berpihak padanya, Penerbangan Daniel di maju, membuatnya harus kembali lebih awal. Pada akhirnya mereka menikmati waktu berdua di taman bermain dengan naik biang lala.
Di atas biang lala. Arsen yang menyamarkan namanya menjadi Arion menyadari kalau Elise tercengang, terpana karena tidak percaya dengan apa yang terjadi. Arsen juga baru menyadari kalau dia sudah menggenggam tangan Elise. Menggenggamnya. Menggenggamnya erat sekali seperti saat mereka masih bersama dulu. Tapi meskipun begitu Arsen tidak mau melepasnya. Entah kenapa hati kecilnya mengatakan kalau dia harus menjaga gadis itu dan tidak akan melepaskannya pergi lagi, tapi bagaimana cara dia mengatakan kalau dia adalah Arsen kekasih yang dulu di tinggalkannya. Demi memaksanya untuk pergi menggapai cita-cita. Lagi pula sepertinya Elise juga tidak keberatan kalau dia menggenggam tangannya seperti ini. apakah Elise membayangkan kalau yang menggenggam tangannya adalah Arsen dan bukan Arion, jika benar begitu, mungkin Arsen akan mengakui kalau dia adalah Arsen yang sebenarnya.
"Elise. Coba kau lihat itu indah sekali bukan?" katanya ketika mereka berdua sudah berada di dalam salah satu kapsul biang lala itu yang mulai membawa mereka berputar. Memanggil nama Elise sepertinya mengobati sedikit rindunya. Perasaannya terasa lebih baik.
Elise tidak menjawab. Dia hanya memandang mengikuti arah tunjukkan tangan Arsen.
"Bagaimana? Indah bukan?" ulangnya lagi.
Elise tersenyum. Tapi terlihat aneh dan Arsen menyadarinya. "Aku sangat suka sekali melihat pemandangan dari tempat yang tinggi.. terasa seperti kau sedang terbang.." gumam Arsen lagi. "Indah sekali, semuanya tampak seperti lukisan yang nyata." Tambahnya.
"Aku juga.." Sahut Elise pendek.
"Kalau begitu satu putaran lagi ya?" pintanya tersenyum.
Elise hanya mengangguk. Tanda setuju. Arsen pun langsung melepaskan genggamannya dan sekarang beralih merangkul bahu gadis itu. dan untuk yang kedua kalinya, gadis itu tidak keberatan. Arsen pun semakin yakin kalau dia harus mengakui kalau dia adalah Arsen dan melindunginya, tidak akan membiarkannya pergi lagi, tidak akan membiarkan gadis itu meninggalkannya apa pun yang terjadi.
"Mala mini kau ada rencana?" tanya Arsen setelah mereka keluar dari biang lala itu.
Elise tampak berpikir sejenak. Lalu menggeleng. "Memangnya kenapa?"
"Kau mau makan malam denganku?" Mata Elise terbelalak kaget, namun akhirnya dia mengangguk. "Kalau begitu, nanti malam kau ku jemput.."
Elise mengangguk saja karena dia tahu kalau laki-laki itu juga mengetahu alamat rumahnya. "Tapi.."
"Kenapa?" tanya Arsen.
"Bukankah kau harus bolak balik? Aku bisa pergi sendiri.."
Arsen menggeleng cepat "Tidak! Pokoknya aku akan menjemputmu kau tunggu aku saja. Dan ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.."
Elise mengernyitkan alisnya heran. Dia merasa kalau Arion sedikit aneh dan terlalu serius hari ini, jadi dia hanya bisa menurut saja. Elise mengangguk "Ya sudah, sekarang kita mau coba permainan apa lagi?"
"Bagaimana kalau kita beli es krim saja.? Kata Arsen. Dia ingat kalau gadis itu penggila makanan dingin yang bisa membuat beku otak itu.
"Baiklah," jawab Elise antusias, tepat ketika ponselnya berbunyi. Dia pun segera merogoh ponselnya dari saku celananya, menekan tombol terima lalu menempelkannya ke telinga. Lalu berjalan sedikit menjauh dari Arsen.
"Siapa?" tanya Arsen setelah Elise kembali dari mengangkat teleponnya.
"Kakak ku." Jawab Elise pendek.
"Kenapa? Sepertinya ada sesuatu yang terjadi?" tanya Arsen lagi.
"Ah, tidak. Hanya saja kakak tadi datang bersamaku ke sini pulang lebih dulu. Dan aku di tinggal sendiri.."
"Kalau begitu kau pulang denganku saja, bagaimana?"
Arsen senang ketika melihat Elise menatapnya seperti anak kucing, itu mengingatkan dia ketika mereka masih bersama dulu. "Kau tidak keberatan? Aku tidak ingin merepotkanmu, aku bisa pulang dengan naik taksi.."
Arsen tersenyum, lalu menggeleng "Tidak akan! Lagi pula bahaya jika kau pulang sendiri.." jawabnya kemudian.
"Bahaya? Kenapa? Ini kota kelahiranku! Aku mengenalnya dengan baik.. lagi pula sedikit banyak aku juga bisa membela diri.." kata Elise.
Arsen tetap menggeleng "Tidak! Aku tetap akan mengantarmu! Jangan berikan banyak alasan lagi.."
Elise menutup mulutnya dan mengangguk sambil mengembungkan pipinya. Kemudian berkata "Terima kasih.."
Arsen hanya mengangguk, lalu menarik tangan Elise menuju penjual es krim yang berada tidak jauh dari tempat mereka.
"Jika kau mengembungkan pipimu seperti itu kau terlihat seperti hamster." Kata Arsen tertawa kecil.
"Apa kau menyebutku hamster.." kata Elise protes sedikit memukul lengan Arsen namun bibirnya tersenyum manis.
Untuk sesaat Arsen terpaku, kembali bayangannya bersama Elise kembali melintas di benaknya. Dulu mereka juga seperti ini, bertengkar manja dan saling meledek. Arsen sudah membulat kan tekatnya kalau dia akan mengaku pada Elise, dia tidak akan bisa bertahan dan bersembunyi terlalu lama dari gadis itu. lagi pula dia merindukannya.
****