webnovel

The Power Of Us

Di tempat dunia yang kutinggali. Kami para manusia memiliki sebuah hal yang tidak bisa dijelaskan dan diluar nalar. Kami para manusia mempunyai sebuah kemampuan khusus. Dengan kekuatan itu kami bisa mengeluarkan berbagai macam kemampuan. Contohnya kami bisa mengeluarkan Api dan Air dari tubuh. Setiap orang didunia memiliki kemampuan yang berbeda, namun ada juga yang sama terkadang itu dikarenakan satu keturunan atau hanya kebetulan saja. Ada juga manusia yang tidak memiliki kemampuan contohnya diriku, aku terlahir tidak memiliki kemampuan sama sekali. Karena hadirnya kemampuan khusus didunia ku ini, aku memiliki firasat yang buruk akan hal itu. Bagaimana caraku bertahan hidup tanpa kekuatan. Tapi apakah mungkin ini semua hanya mimpiku saja?

Raz12 · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
20 Chs

Pernyataan

Dan ternyata benar dugaan Ruby. Petra sama sekali belum mengerjakan tugas sekolahnya sedikit pun.

Ruby tidak enak membangunkan Petra yang tertidur lelap. Ia tersenyum dan mengerjakan tugas sekolah milik Petra.

Aku tidak tahu kenapa aku mau mengerjakan tugas miliknya. Wajahku rasanya pegal sekali karena terus tersenyum. Mungkin karena aku terlalu senang. Tapi kenapa aku bisa senang ya? pikir Ruby sambil mengerjakan tugas Petra.

Setelah itu Akira sudah kembali dengan membawa beberapa camilan dan minuman. "Hm ... Segini saja cukup tidak ya untuk mereka berdua? Aku membeli susu coklat ini ... tapi untuk apa aku membelinya?" ujar Akira bingung.

"Aku kembali," ujar Akira dan masuk ke kamar Petra.

"Selamat datang," jawab Ruby.

Lalu Akira melihat Ruby sedang duduk di meja belajar Petra.

"Kau sedang apa?" tanya Akira.

"Aku sedang mengerjakan tugas sekolah anak itu. Ini kan sebentar lagi mau dikumpulkan. Mana tahu besok dia masih sakit dan tidak bisa membuatnya. Jadi aku membantunya sedikit," jawab Ruby.

"Hoho perhatian sekali dirimu, Ruby. Tapi yah jika kau bilang sedikit, nyatanya kau mengerjakan hampir semua tugas miliknya," ujar Akira.

"Biar sajalah. Lagi pula aku masih mengingat semua jawabannya. Kalau dia yang mengerjakan pasti membutuhkan waktu yang lama," jawab Ruby.

"Hm yah, terserah kau saja. Ini untukmu ... Aku pulang dulu, soalnya ada urusan," ujar Akira dan ia memberikan susu kaleng pada Ruby.

"Ah ok. Terima kasih," ujar Ruby tanpa melihat ke arah Akira karena fokus mengerjakan tugas sekolah Petra.

Akira melihat wajah Petra yang tertidur pulas. Hm kau lihat itu Petra. Dia bahkan membantumu sampai sejauh ini. Lain kali kau harus membalasnya, Petra. Ah, aku jadi geram sendiri melihat mereka berdua yang tidak peka satu sama lain. pikir Akira dengan wajah kesal melihat mereka berdua.

Lalu Akira pun segera pulang ke rumahnya. Ruby lalu melihat minuman apa yang diberikan oleh Akira. "Susu coklat ya? Padahal aku ingin susu stroberi," ujar Ruby sedikit kecewa namun tetap meminumnya.

Ruby kemudian melanjutkan mengerjakan tugas sekolah Petra. "Wooo! Akhirnya aku selesai-eh aku lupa dia masih tidur," Ruby langsung mengecilkan suaranya.

"Karena minum susu ini aku jadi mengantuk. Tidur sebentar sepertinya tidak apa-apa, kan?" Ruby kemudian

"Hoaam ..." Petra menguap setelah bangun dari tidurnya yang nyenyak.

Petra yang masih setengah sadar meminum air yang terletak di meja dan membasahi wajahnya. Kemudian ia heran kenapa kamarnya terasa sunyi. Ia melihat ke arah meja belajar dan melihat Ruby yang tertidur di mejanya.

"Kenapa dia tertidur di sini? Akira juga ke mana? Apakah dia sudah pulang?" tanya Petra bingung.

Petra melihat buku pelajaran dan buku tulisnya yang terbuka. "Kenapa buku-buku ini bisa terbuka? Bukannya sudah aku susun di sini sebelumnya?" tanya Petra sambil merapikan dan melihat-lihat bukunya.

Lalu Petra melihat buku tulisnya sudah ada yang terisi di halaman yang sebelumnya kosong.

"Loh kapan aku mengisi halaman ini? ... Bukannya ini pr yang kemarin diberikan? Apa Ruby yang mengerjakannya ya? Tulisannya bahkan terlihat mirip denganku," ujar Petra.

Ruby sebelumnya mengerjakan tugas Petra dengan perlahan sambil menyamakan bentuk tulisannya dengan tulisan Petra agar guru tidak curiga.

Petra tersenyum dan mengusap kepala Ruby. "Kau ini ya ... Padahal kau itu selalu dingin dan ketus  padaku. Tapi selalu saja tidak ingin melihatku kesulitan," ujar Petra sambil tersenyum.

Petra jongkok di samping Ruby sambil memperhatikan wajah tidurnya. "Hihi, kau bahkan sampai ileran. Aku foto deh. Benar juga! Aku baru sadar kalau dia tidak melepas pakaian maidnya dari tadi. Apakah dia sudah nyaman mengenakannya?" ujar Petra.

Lalu Petra mulai memfoto Ruby yang tertidur. Ruby pun terbangun karena suara jepretan kamera handphone Petra.

"Oi! Apa yang kau lakukan? Kau memfotoku ya?" tanya Ruby.

"Iya, benar kenapa memangnya?" tanya Petra sambil fokus mengerjakan sesuatu di hpnya.

"Kau ini ya. Cepat berikan hpnya padaku!" Ruby berdiri dan berusaha merebut hpnya dari Petra.

"Eh enak aja. Jarang-jarang loh aku dapat foto dirimu, apa lagi yang kamu terlihat sangat manis pada foto ini," ujar Petra sambil menghindari Ruby.

"Iya, tapi tetap saja aku tidak mau ada fotoku-eh? Apa yang barusan kau bilang? Aku manis?" tanya Ruby baru sadar.

"Manis? Kan memang benar kalau kau itu manis," jawab Petra.

Ruby lalu mukanya seketika memerah. "Kau ini terlalu polos atau gimana? Mudah sekali dirimu mengatakan hal seperti itu," ujar Ruby gugup.

"Kenapa memangnya aku jujur pada perasaanku sendiri?" jawab Petra. Lalu terlintas di pikiran Petra rencana untuk mengerjai Ruby.

Petra mendekatkan wajahnya pada Ruby. "Terima kasih banyak nona manis, karena sudah merawatku dengan baik. Ngomong-ngomong aku suka padamu, apakah kau mau jadi pacaraku?" ujar Petra sambil tersenyum jahil.

Seketika Ruby yang mendengarnya diam membeku dan melihat ke bawah. Petra pun menjadi bingung karena Ruby tidak menjawab.

Loh? Ada apa ini? Biasanya dia akan langsung menjawab gombalanku, tapi ini kenapa dia malah diam dan wajahnya memerah? pikir Petra bingung.

Ruby lalu bergumam. "Apa yang kau bilang? Keras kan suaramu sedikit lagi, lah." ujar Petra mendekatkan kupingnya ke Ruby.

"Iya aku mau jadi pacarmu!" teriak jawab Ruby.

"A-apa!?" Petra terkejut sampai mundur ke belakang mendengar perkataan Ruby.

"Ka-ka-ka-kau serius?" tanya Petra gagap.

"Jangan buat aku mengulanginya," jawab Ruby dengan wajah dinginnya.

Padahal aku tadi hanya berencana untuk menggodanya. Tapi siapa sangka ini akan terjadi. Aku juga memang suka padanya. Ck, kalau tahu begini aku akan menyatakan perasaanku dengan cara yang lebih romantis.

Petra mendekati Ruby. "Kenapa?" tanya Ruby bingung.

Lalu Petra membentangkan tangannya dan memeluk Ruby. Kyaah! Ruby teriak kesenangan di dalam hatinya.

"Terima kasih karena sudah menerima perasaanku. Aku janji akan menjaga dirimu dengan baik," ujar Petra.

"Aku juga senang karena kau juga suka padaku. Mulai sekarang mohon bantuannya," jawab Ruby.

Brak! pintu dihempas. "Selamat untuk kalian berdua!" seru Akira yang masuk ke kamar bersama ibu dan kakak Petra.

"Eh!!!" Petra dan Ruby terkejut. Ruby sampai mendorong Petra ke dinding dengan kuat karena malu orang lain melihat mereka pelukan.

Buak! "Aduh!" ujar kesakitan Petra.

"Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya Ruby.

"Tadi aku kembali ke sini karena ingin mengecek keadaan kalian. Lalu aku bertemu dengan tante dan kakak Petra di bawah. Jadi ya kami sama-sama naik ke sini," jawab Akira.

"Sejak kapan kalian di sini?" tanya Ruby.

"Sejak ... Petra yang memperhatikan kamu saat tidur dan mengelus kepalamu," jawab Akira.

"Itu artinya sejak awal kalian mengintip kami kan!" ujar Petra.