webnovel

#Mimpi Buruk

"Jangannnnnn!!!" 

Jeritan melengking itu keluar lepas dari bibirku yang  tidak dapat tertahan lagi. Dengan suara parau yang hampir habis, karena teriakan sangat keras yang baru saja aku keluarkan.

Sekumpulan anak Itu, mengejar dan menggiringku menuju ke toilet belakang sekolah, sebelah kelasku. Tragedi itu terjadi lagi, ejekan dan juga bulian yang aku alami.

"HA HA HA, HEI MAU KEMANA KAMU!!!  RASAKAN INI!"

Ejekan dan bulian itu menyudutkanku hingga ke pojok toilet belakang sekolah. Karena kurasa aku sudah tidak tahan dengan ini semua, aku berteriak dengan sekuat tenaga

"Tidakkkkkkkk!!!"

***

Aku terbangun dari sebuah mimpi yang begitu busuk. Dengan nafas terengah-engah aku kemudian duduk  merangkulkan tanganku, kelutut yang aku rapatkan ke dadaku.

Aku mencoba untuk mengatur nafas agar aku dapat memperoleh secuil udara segar. Keringat dingin membasahi kening dan seluruh tubuhku.

Kejadian itu selalu menghantuiku dan meneror masuk ke dalam mimpiku sejak dari empat tahun yang lalu, saat aku duduk di kelas 5 SD.

Kejadian yang selalu menjadi bunga bangkai di tidur malamku.

Aku melihat sekeliling sembari tanganku gerayangan di atas meja yang berada tepat di sebelah ranjangku, yang ku cari saat itu hanya satu, Hp jadulku. Dengan tangan gemetaran aku melihat ke arah layar reot Hpku dan ini masih jam dua pagi, ada waktu sekitar lima jam an untuk aku bersiap dan berangkat ke sekolah.

Kuturunkan kakiku dari ranjang.

Kemudian berjalan menuju pintu kamarku, kubuka perlahan

Ciiiiieeeeetttttttttt

Bunyi yang selalu membuatku ingin rasanya mencopot pintu itu dan berharap pintu itu tidak pernah terpasang di kamarku. Karena rasanya sangat mengganggu saja, jikalau malam setengah pagi gini, mendengar sesuatu hal yang kedengarannya 'Berisik'.

Pada saat aku keluar dari pintu kamarku, aku melihat lampu di lorong depan kamarku ternyata masih menyala. Dan pada saat itu juga aku baru menyadari bahwa aku mendengar samar-samar suara perbincangan yang tidak lain tidak bukan adalah suara dari bapak dan ibuku diruang tamu.

Aku berjalan dengan perlahan merapat ke dinding, mencoba mendengar apa yang sedang mereka berdua bincangkan.

"Pak ini gimana uang'e tidak cukup buat biayanya Bayu masuk SMA"

Tutur ibuk kepada Bapak dengan nada suara yang tampak khawatir.

"Hmmm ya nanti bapak carikan gimana caranya, pasti ada jalan buat semua ini Tuhan itu Maha, kalau niatnya kita ini baik ya pasti akan ada jalan"

Jawab bapak sembari berdiri dari kursi dan mengajak ibuk untuk bangkit dan menuju ke kamar.

Pada detik yang sama aku langsung, menyembunyikan diri dengan berjalan mengendap-endap agar mereka tidak mengetahui bahwa aku menguping perbincangan mereka barusan.

Aku berjalan dengan cepat menuju ke dapur, semoga saja Ibuk dan Bapak tidak menyadari kalau aku terbangun jam segini.

Aku mengintip di balik pintu dapur, dan mereka berdua baru saja masuk ke kamar.

Aku langsung bisa menghempaskan nafas dengan lega. Dan kemudian menuju ke wastafel yang berada di dapur.

Kunyalakan kran dan tanganku langsung membeku seketika merasakan dinginnya air waktu itu. Aku membasuh mukaku dan mencoba untuk sadar dan bangun dari apa yang telah aku alami barusan.

Aku menuang air kedalam gelas merah kesukaanku, ku teguk perlahan untuk membasahi tenggorokanku yang kering akibat mimpi barusan.

"Huhhhh!" helaku sambil bersandar di meja dapur.

Aku putuskan untuk kembali menuju lorong kamarku, sebelum masuk kamar, aku matikan lampu lorong di depan kamarku.

Sebelum masuk ke kamar aku berhenti sebentar untuk mengecek apakah Ibuk dan Bapak sudah tidur atau belum.

Hmmm ternyata mereka berdua langsung istirahat.

Aku berjalan masuk ke kamarku dan duduk di ranjang. Ku pandangi foto yang terpampang di atas meja belajarku.

Dimana itu adalah foto keluarga yang selalu membuatku hangat ketika memandanginya. Seperti semuanya itu sangat sempurna tidak cacat sedikitpun. Indah sekali rasanya momen waktu itu.

Dari sebelah kiri adalah Kakaku nomor satu dia perempuan namanya Emy yang sekarang dia ada di Banyuwangi ikut dengan nenekku dan setelah itu ada Bapak yang memakai baju kemeja kotak-kotak dengan kumis tipisnya tersenyum ke kamera. Dan sebelahnya ada aku yang masih kecil banget, berada di dalam gendongannya Ibuk.

Bagaimana bisa aku menerima kenyataan saat ini, bahwa aku memang lahir di keluarga yang miskin. Buktinya untuk masuk SMA saja sangat sulit bagi keluargaku.

Mencari uang pun juga harus ngutang dulu, kalau nggak jual sesuatu dulu.

Mau gimana lagi, memang ini sudah jalannya, mau gimana lagi.

Ini adalah kisahku, bukanlah kisah tentang bagaimana indahnya warna-warni kehidupan di luar sana bagi mereka si punya yang memiliki segala cara dalam menjalani hidup.

Ini adalah sebuah curahan hati yang tidak bisa di salurkan ke siapapun kecuali diriku sendiri.

Yang ku rasakan hanyalah hitam dan putih hidup ini.

Aku rasa Tuhan gak adil dalam memilih dan menentukan kehidupan...

Aku hanyalah salah satu di antara sekian banyak anak yang memiliki nasib yang sama, namun aku rasa tidak banyak yang mengerti dan mengartikan apa itu sebuah

Mimpi...

Nächstes Kapitel