webnovel

The Lost City: El Dorado

SinB dan teman-temannya sedang bermain poker, tiba-tiba mereka merasakan getaran apa yang terjadi sebenarnya? Robert adalah anak dari keluarga terpandang Arkeolog Jackson Anderson, ia sedang mencar cara untuk menyelamatkan keluarga, sahabat, dan istrinya dari incaran Sam. Bisakah Robert menyelamatkan mereka? Gen-Ben [Update setiap hari Selasa] Jangan lupa share!

kidd17 · Bücher und Literatur
Zu wenig Bewertungen
33 Chs

Chapter 27: Road To El Dorado (Part 5)

Author menghembuskan napasnya kasar lalu menatap keseluruh orang "lo halusinasi??" Author menundukkan wajahnya lalu menenggelamkan wajahnya SinB menghembuskan napasnya "gue cium bau Nitrous Oxidide "gue ngecium bau gas" SinB langsung membagikan gas mask ke seluruh orang dan ia menatap ke sekelilingnya.

"Sayang, dengerin aku.. tarik napas kamu dalem-dalem terus hebusin" Author langsung di pakaikan gas mask tetapi Author masih panik. SinB langsung menghembuskan napasnya lalu ia menyenter ke bawah, "di gua seharusnya gak ada gas ini" Wendy mengangguk, "mana gak ada sinyal lagi" SinB langsung menatap kesekelilingnya lalu menatap ke langit-langit gua tersebut. "Author gak mungkin pake narkoba" SinB mengangguk. "Aneh. Seharusnya..." SinB menatap Robert. "Lo denger gak?" Robert menggeleng.

"Jangan tertipu, SinB" SinB mengangguk, "kamu bisa jalan sekarang?" Author mengangguk, "a-ayok" mereka kembali berjalan, dan mereka di hadapi ada tiga jalan. Author menatap petanya dan ia tidak bisa mengelap keringat di wajahnya, "aku mau ngelap keringet tapi..." Pacar Author langsung melepaskan gas masknya lalu mengelap keringat Author, "udah?" Author menggaruk jidatnya lalu mengangguk. Pacar Author langsung memasangnya kembali.

"Apa kita harus berpisah?" Author menggeleng, "terlalu bahaya, di dalem di salah satu terowongan ada jebakannya" Author langsung menghembuskan napasnya lalu ia melihat sebuah peta di samping gua tersebut. "Itu..." Author langsung menatap peta tersebut lalu menggabungkan dengan peta yang ia temukan "nomer 3" mereka memasuki terowongan nomer tiga lalu menghembuskan napasnya lega, "ini..." Author langsung menatap ke sampingnya karena ia melihat banyak tenggorak yang berceceran di samping pintu.

"Keknya..." Author berusaha melepaskan kedua tangan yang berada di dalam lubang, "apa itu perangkap?" Author mengusap dagunya. "Ini..." Author langsung menarik paksa tulang tangan tersebut lalu memainkannya, "UDAH LO ANJIR!" SinB merebut tulangnya "arwahyanya gak tenang, gue gak ikut tanggung jawab" Author hanya menyengir bagai quda lalu ia melegakan tenggorokkannya. "Gue harus coba" Pacar Author menggeleng. "Aku gak ngijinin" Author lalu menatap ke sekelilingnya.

"Gak ada yang seutuju?" Author menghembuskan napasnya, "aku tidak begitu setuju dengan mu" Author mengangguk, "harus. Lo mau tinggal di sini seumur hidup?" Mereka semua hanya diam, Author langsung mendengkus kesal lalu mengangguk. "Kamu nerima aku apa adanya atau ada apanya?" Pacar Author menatap mata Author "apa adanya" Author mengangguk,

"Hati-hati" Author langsung memasukkan kedua tangannya kedalam lubang teresbut, "gimana?" Author masih diam dan ia berusaha membuka pintunya, "t-tangan..." seluruh orang yang di dalam ruangan teresebut langsung menghampiri Author yang memasukkan tangannya ke dalam lubang tersbut. "Tangan gue nyangkut" Author langsung menghembuskan napasnya. Author mencoba menarik tangannya namun tangan kanan Author bisa keluar. "Potong.. AAAAAAAAAA... GAK GAK NO NO NO NO" SinB mengambil pedang.

"JANGAN PAKE PEDANG ANJIR GAK, YA GAK" SinB mendengkus kesal, "YA TERUS PAKE APA? PAKE DURI DUREN GITU" Author mencoba menarik tangannya, "BANTUIN NARIK KEK KETIMBANG LO PADA DIEM KEK NAHAN PUP GITU" Pacar Author langsung membantu Author menarik lengannya dan ia menatap lengan Author utuh dan tidak ada luka sedikit pun. "Kamu binkin panik aja" Pacar Author memeluk Author erat lalu menatap mata Author yang masih ketakutan.

"Yaudah..." Robert langsung menarik kerah belakang SinB dan terdapat tombak yang jatuh. Mereka semua menatap Author dan Author hanya mengendikkan bahunya, "jangan pake insting kamu lagi" Author mengusap dagunya, "tapi aku gak mau ngorbanin mobil remot aku" Author langsung melihat tengkora-tengkorak yang berada di sekitarnya, "gak ya gak. SEKALI GUE BILANG GAK YA ENGGAK ANJIR!" Author langsung mengambil tengkoraknya namun Robert, SinB, Jihyo, Eunha dan Wendy langsuung memejamkan matanya dan mereka berdo'a.

Author langsung melemparkan tengkoraknya lalu menghembuskan napasnya lega dan tersenyum, "dah yok dah selesai" SinB, Robert, Jihyo, Eunha dan Wendy langsung menggeplak Author dan mereka melanjutkan perjalanannya, "kita kan terpaksa" Author menggaruk punggungnya menggunakan tangan tengkorak. "LO BISA GAK SIH JANGAN BUAT GUE TAKUT" Author menggaruk rambutnya. "Cowok kok takut hantu sih?" SinB mendengkus kesal.

"Kena clap back bung!" Wendy dan Sowon menahan tawanya, sementara Eunha hanya diam. "Tugas liburan lo pada selesai?" SinB menggeleng, "belom, gue aja masih bingung mau nulis apaan: SinB melihat sebuah reliefs dan mengusap dagunya.

"ini..." Author mengangguk, "makin dalem, makin banyak jebakannya" Author masih memegang tangan tengkoraknya dan mereka masih berjalan lalu Author melihat sebuah altar yang sudah di tingglakan bertahun-tahun lamanya, "debu" Author lansgung melepaskan gas masknya lalu mengelap keringatnya lalu Author menghembuskan napasnya lega, "oksigen" seluruh orang yang ada di depan altar tersebut langsung melepaskan topengnya.

SinB menghembuskan napasnya, "kita take a break dulu?" Author melihat jam tangannya, "udah mau jam dua belas siang" mereka semua langsung duduk dan Author berjalan menuju altar lalu membersihkan sarang laba-labanya lalu ia melihat sebuah buku. "Ini...." Author membuka buku tersbeut lalu mengerutkan keningnya lalu duduk melingakr di samping Eunha.

"Oke... ini buku catatan punya..." Author langsung mengelap cover buku tersebut menggunakan tisu basah dan terdapat ukiran 'H.G.W' Author membaca tulisan tangan tersebut lalu menghembuskan napasnya, "ini punya H.G. Wells" Robert merebut buku catatan tersebut lalu membuka halamannya. "Benar, aku... pernah melihat tulisan tangan seperti ini" Author merebut kembali buku catatan tersebut. "Lebih baik, kita makan, istirahat, dan sambil bahas ini" Author langsung merebahkan dirinya, "kamu gapapa?" Author menggeleng.

SinB langsung menghembuskan napasnya kasar lalu mengggaruk rambutnya. SinB langsung menaruh tasnya di dekat patung dan ia langsung mengambil tasnya sebagai bantal. "Gue mau masuk tentara, gimana menurut kalian? Abis gue lulus" SinB menatap Sowon, "kalo jadi tentara lo harus siap gak pulang bertahun-tahun. Bini lo gimana?" Sowon menghembuskan napasnya lalu menatap Irene.

"Ntahlah" Wendy menggaruk rambutnya "mending masuk polisi aja" Sowon menggeleng, "dahlah.. lo jadi pengangguran" Sowon melempar botol kosong namun bisa di tangkap oleh SinB, "lo kemana Mbih?" SinB menatap Eunha sekilas. "Gue masuk tentara, karena gue belom berhubungan sama siapa pun jadi gue bebas" Eunha hanya diam karena SinB menyindirnya. "Enak ya lo" Wendy mendapat geplakan dari Jihyo. "Kalo gue, kita sepakat buat ngebuka kafe" SinB mengangguk. "Kalo udah buka Grand Opening ngundang kita berdua yap?" Wendy mendengkus kesal,

"Ini mah... bau-bau minta gratisan ya kan?" SinB dan Sowon mengangguk. "Anjir, belom apa-apa bisa bangkrut gue sama kalian" Sowon menepuk-nepuk punggung Wendy, lalu Wendy menatpa Eunha. "Yang jelas, lo pasti balikan sama Sungjae ya kan? Secara lo itu 11 12 sama dia" SinB melempar sendal dan terkena mulut Wendy. "Maap tangan gue licin" SinB memunggungi mereka semua.

.

.

.

.

.

.

Unknown Place, Columbia 2021 AD

Jessica, Jennie, Yeji, dan Ryujin mengikuti tanda yang diikuti oleh Author, "gue berasa pengawal kalian" mereka bertiga langsung menengok kebelakang, "bukan kok, lo itu ubab Anderson" Jessica langsung menggeplak satu-satu kepala mereka. "Aelah.. becanda doang" Jennie langsung melihat tanda yang di buat oleh Author. "Ini..." mereka mendengar suara tepuk tangan lalu menengok ke belakang.

"Good, good, good..." Limario berjalan lalu ikut menodongkan senjata ke wajah mereka dan untung bagi Jessica yang bersembunyi di belakang semak-semak, "jadi.. lo, lo, lo pada di sini" Jennie melirik Ryujin sekilas, "kita gak tau dimana" Ryujin mengangguk. "Diem lo" Ryujin mengangkat satu alisnya, "lo ineterpol ka ya? Apa ada surat penangkapan?" Tangan Ryujin langsung mengeluarkan api lalu ia membakar jalan yang memisahkan mereka berdua dan mereka mengikuti Jessica bersembunyi di belakang semak-semak.

"Yodah ayok kabur" mereka beralan jongkok dan api mulai berhenti berkobar. Ryujin, Jennie Yeji dan Jessica langsung berhenti dan Yeji langsung mengendalikan drone miliknya. "Limario masih nyari" Yeji langsung memberikan remote control dronenya kepada Jennie. "Gue sama Ryujin yang bantuin ngelindungin" Ryujin memutar matanya malas. "Kak Jess enggak?" Yeji menggeleng.

"Dia ngejaga drone" Ryujin menatap Jennie dan Jessica, "lo siap?" Ryujin menatap Yeji, "gue masih syok" Yeji mengangguk. "Sama" Yeji dan Ryujin langsung mengeluarkan pisau mereka, "misi di mulai" Yeji dan Ryujin langsung mengeluarkan pisau mereka. "Gue mau ngucapin sesuatu, bukan kata penyemangat sih..." Yeji diam lalu menatap Ryujin.

"Welcome to the Anderson's, Yeji Kim" Yeji tersenyum lalu mengangguk. "Makasih" Ryujin dan Yeji langsung berpisah untuk menyerang kembali anak buah Limario.

.

.

.

.

.

.

SinB langsung membuka matanya lalu menatap ke sekelilingnya, "udah bangun?" SinB menjauhkan dirinya lalu menghembuskan napasnya kasar, "gue kira kalian semua pada ninggalin" SinB menarik otot-ototnya yang kaku lalu menggaruk punggungnya sehabis di gigit nyamuk, "gue nyenyak banget tidurnya" Author mengoleskan Sofel ke seluruh tubuhnya. "Lo mau?" SinB menggeleng.

"Yaudah, terus kita mau bermalam di sini?" Author mengangguk, "kita bisa aja keluar, tapi gue gak yakin sambungannya aman atau gak" SinB mengangguk. "Kalo gitu kita tunggu besok" Author langsung mengeluarkan toolkitnya "dan satu lagi" Author langsung memberikan SinB sebuah blowgun yang di ukir bergambar phoenix.

"Author!" Author menatap Robert lalu menunduk dan menghampiri Robert. SinB melihat blowgun tersebut lalu tersenyum, "hei?" SinB menghembuskan napasnya kasar lalu berjalan menuju Sowon dan Wendy namun Eunha menahan tangannya, "jangan diemin aku..." SinB menghembuskan napasnya kasar lalu menepis tangan Eunha, "kita udah gak ada hubungan kan? Kamu minta kita putus, jadi aku harap bisa jaga jarak" SinB berjalan menuju Sowon dan Wendy yang sedang berusaha menyalakan api.

"Udah berjam-jam lo nyalain api tapi gak bisa-bisa" Sowon menggaruk rambutnya, "bangke lo Wen! Gue gak tau caranya gimana" SinB langsung mengambil kayu lalu menggesek-geseknya, ada asap yang keluar dari kayu tersebut lalu terdapat percikan api.

"Anjiiirrrr..." Sowon dan Wendy langsung menepuk tangan karena SinB berhasil menyalakan api, "apinya udah nyala?" Wendy, Sowon, dan SinB mengangguk, "udah kak" Pacar Author langsung menaruh panci dan ayam yang sudah di lapisi aluminium foil di atas panci dan ia menutup pancinya. "Kalian masih ada kan batrenya?" Mereka bertiga mengangguk. "Kalo gitu set timer 45 menit" Wendy mengeluarkan hapenya. "Oke" SinB dan Sowon duduk di depan api unggun yang mereka buat.

"Author lagi cari jalan keluar sama Robert" Pacar Author membuka bebatuan dan membuat celah agar asapnya bisa keluar. SinB mengintip dari celah tersebut lalu memasang motion sensor dan thermal camera yang telah di buat oleh Author. "Sekarang gue yang jaga, gue yang udah tidur siang tadi" Pacar Author mengangguk, "mending... lo urusin sepupu lo deh, suruh jangan gangguin gue terus" Pacar Author hanya berdehem lalu menghampiri Eunha.

SinB langsung duduk dan menyender di dinding gua lalu ia terjungkall ke belakang seperti mendorong sesuatu. Author dan Rober yang sudah kembali lalu menghampiri SinB dan membantunya berdiri, Author melihat tiga tengkorak lalu ia melihat ke sekelilingnya, "keknya... mereka bersembunyi, tapi gue gak tau sembunyi dari siapa" Author melihat mangkuknya. dan menggeser mejanya.

Author mengambil kertas tersebut lalu mengerutkan keningnya bingung, "ini..." Author langsung membuka dan melihat banyak huruf yang ia kenal lalu menatap ke sekelilingnya, "Eunha mana?" Eunha langsung berjalan menuju Author dan ia langsung menundukkan kepalanya, "lo bilang lo pernah ke museum kan?" Eunha mengangguk. "Pernah denger gak.. Museum of Gorkfeldeins di German?" Eunha menggeleng.

"Tolong ambilin laptop gue dong, Mbih. Gue keknya tau harus apa yang gue lakuin" Author langsung memfoto catatan tersebut lalu mencabut kabel chargernya dari powerbank. "Ini" SinB memberikan Author MacBooknya lalu memakai kacamatanya.

Author mencium bau makanan, "makan dulu atau makan sambil bahas?" Pacar Author langsung memberikan ayam yang ia panggang untuk Author lalu menatapnya bingung, "kita lebih penasaran, jadi kamu makan sambil kerja" Author mengangguk dengan ragu, "pada penasaran?" Seluruh orang yang menyaksikan mengangguk, "kalo tatapan lo kaya tadi, kita seenggaknya tau" Pacar Author mengangguk karena menyetujui perkataan SinB.

"Aku juga gitu" Author mengangguk, "yaudah..." Author mencium baunya lalu tersenyum dan Author langsung menyambungkan USB nya dan tersenyum, "kita masuk" Author langsung menyalakan wifinya dan menaruh wifi tersebut di sele-sela gua tersbut, "kita bisa liat tinggi matahari dari sini tapi ini bisa menipu" Author langsung membuka fotonya lalu ia menjalan software pengenalan titik koordinat.

"Oke, tunggu beberapa menit lagi" Author membuka aluminium foilnya dan memakan burito ayamnya, "enak banget" Author langsung mencopas titik koordinasi yang didapat lalu membuka browsernya, "got it" Author langsung membuka fotonya dan langsung muncul seluruh surat-surat penting dan menunjukkannya ke Eunha. "Ini..." Author mengangguk. "Ini, Alte Pinakothek Museum dan Neues Museum, apa lo pernah ke sana?" Eunha menggeleng. "Kak Jess mau menuju ke sini, cuman dia langsung di hadang" Author mengangguk.

"Kalo gitu..." Pacar Author dan Eunha menggeleng, "masih banyak sepupu Jung yang lainnya, Author!" Author memakan buritonya lalu menatap Wendy, "tolong telpon si Chaeyoung dong" Wendy mengangguk. "Terus kita harus apa? Aku takut Limario nyerang kita lagi" Author menggeleng. Author langsung menatap SinB lalu menghembuskan napasnya.

"Oke, kita bikin sift. Mbih, lo jaga sampe malem, pas malem lo ngantuk bangunin gue, oke?" SinB mengangguk, "udah lo pasang?" SinB mengangguk. "Okay, good. Sekarang kita tinggal nyelidikin ini tenggorak but.. peralatan kita gak ada di sini, tapi..." Author langsung menelpon Dr. Rodriguez melalui Skype.

"¡Hola Author!" Author tersenyum, "hey doctor, necesito un favor" Dr. Rodriguez mengangguk, "que clase de favor?" Author langsung menunjukkan tengkoraknya, "en tu opinión, ¿cuántos años tiene este esqueleto?" Dr. Rodriguez masih berdehem, "necesito tiempo para pensar, te llamaré si tengo una respuesta" Author mengangguk, "gracias" Dr. Rodriguez memutuskan sambungannya. "Gue yakin ini bakal lama, tapi gue udah gambar peta. Dan.. mari kita simpen bensin generator oke? Kita gak bisa pake generator..." Author melihat sebuah lemari lalu membukannya.

"Huh? Ada makanan, kek masih baru" Author langsung melihat expirednya, "dua hari lagi" Author langsung mengambil seluruh kalengnya. "Kina makan kaleng, buat makan makan malem dan sarapan. Gue gak mau ada makanan sisa" Author dan timnya langsung mengambil makanan tersebut dan memasukkannya di dalam peti makanan.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.