webnovel

A.32 THE GREAT DAY (bdsm 21+)

Temaram lampu tidur menerangi ruangan 4x6 meter, jendela yang menghadap ke udara bebas sengaja tidak ditutup meski udara di lantai lima puluh sangat dingin menjelang tengah malam ini. Sayup-sayup musik yang didengungkan oleh Chris Isaak terdengar lirih.

Gadis dengan mata tertutup oleh kain satin berwarna merah terang menahan sensasi panas lelehan lilin yang mendarat di punggungnya. Posisinya yang berdiri terikat membentuk huruf X tepat di jendela kamar menjadikan tangan dan kakinya tak dapat menghalau tangan lelaki di belakangnya untuk terus meneteskan lilinnya. 

Sesekali lelaki itu memastikan bahwa gadis di tangannya masih bernafas normal. Tak ada kata yang bisa keluar dari mulut gadis itu kecuali erangan-erangan kecil. Cairan bening menetes dari sudut bibirnya yang penuh oleh ballgag.

"Are you okay, Bella?"

"Yehhsh, Sir," sahutnya kepada lelaki yang berbisik ditelinganya. 

Malam ini Bella menikmati sesi pertamanya setelah beberapa bulan Ia menjalin komunikasi intens dengan seorang lelaki pilihannya. Ia dipertemukan dengan lelaki yang tepat setelah lima tahun berselancar di dunia fantasi dewasa. 

Lelaki itu mengganti sasarannya ke tubuh bagian depan Bella dan sontak mendapat erangan hebat. Cairan lilin membeku seketika saat mendarat di tubuh dingin Bella. Lelaki dengan suara lembut itu menggoda dua gundukan kembar dengan lilin panas. Bella menggeleng dan meronta mendapati tetesan-tetesan lilin yang tak kunjung berakhir di tubuh bagian depannya. 

"Tahan," titah lelaki itu dengan dingin.

"Kalau Kau terus bergerak maka kita akan pindah ke balkon," bisiknya. 

Bella diam sejenak tetapi terlonjak seketika karena lilin panas itu mendarat tepat di puncak dadanya.

"Aggh, aggh," erangnya.

"Okay, Sayang. Tapi karena Kau terus bergerak, maka kuanggap Kau menginginkanku untuk membawamu ke balkon."

Lelaki itu melepas borgol di kedua pergelangan tangan dan kaki Bella, melepas ballgag sekaligus blindfold di wajahnya, lalu menarik gadis itu menuju balkon. 

"Malu, Sir," lirih Bella. Lelaki itu menyeringai, meraih rambut gadis itu lalu menariknya ke belakang, melumat kuat-kuat bibir ranum berwarna merah sang gadis. Ia yakin gadis itu butuh kehangatan di tengah dinginnya angin malam lantai lima puluh dalam keadaan telanjang. 

"Ini akan membuatmu semakin basah," ucapnya seraya mengenakan nipple clamps di kedua puncak dada Bella, remahan lilin yang mengeras berjatuhan ke lantai, lelaki itu mengabaikannya dan memposisikan dirinya duduk di sebuah kursi balkon. 

"Fellatio, Sayang," ucap Lelaki itu dengan lembut.

Bella melakukannya seperti yang sebelumnya Aron ajarkan. Gerakannya masih kaku dan sangat ketara dipaksakan agar tidak melakukan kesalahan, akan sangat fatal jika Ia keliru menggigit kejantanan lelaki di depannya. Meskipun begitu, Aron tetap terangsang dengan hebat karena Bella cukup berusaha keras membuatnya menikmati kesukaannya.

Setelah mengerang dan merasa tidak akan tahan lagi, Ia menggendong Bella ke ranjang kamar. Bella merasakan kasih sayang yang luar biasa saat Aron membaringkannya di ranjang yang empuk. Lelaki itu berkutat dengan talinya dan menyatukan ke dua pergelangan tangan Bella di kepala ranjang. Simpul sederhana namun cukup nyaman di tangan gadis itu.

Aroma mint bercampur cytrus merasuk ke dalam indra penciuman Bella yang tengah terpesona pada tatapan dalam sekaligus teduh netra lelaki di atasnya. Bella mencoba menguasai dirinya dengan menyunggingkan senyum manis kepada lelaki itu. 

"Ingat Bella. Kau telah mengizinkanku untuk masuk dan membuka gerbang mahkotamu, jika Kau berubah pikiran katakan padaku sekarang," ujar Aron. 

"Aku percaya padamu, Sir Aron," sahut Bella.

"Kalau begitu bersiaplah." Aron melumat bibir Bella dengan lembut, tangannya membelai dan meremas dua gundukan di dadanya dengan jantan. Sesekali Ia menggesekkan batang paling berharganya ke bibir bawah Bella. 

Gadis itu mendesah dalam nafasnya, Aron beralih menggerakkan jemarinya menyapa cairan yang mulai keluar dari lubang kenikmatan gadis itu.

"Kau basah, Sayang," bisiknya. 

Dengan sigap, Ia meraih sachet pengaman di meja sebelah ranjang, lalu memakainya dengan cepat. Aron kembali memberikan rangsangan kenikmatan kepada Bella dengan menggerakkan jarinya hingga Bella mengerang hebat. Sesekali Ia menggodanya dengan menggesekkan batangnya lagi.

"Please, Sir," erang Bella.

"Please what?"

"Fuck me, please," ujar Bella.

"Beg, correctly!" desis Aron.

"Ah, Sir," Bella kehabisan kuasa karena Aron tak kunjung berhenti menggodanya hingga gadis itu lemah tak berdaya.

"Aku akan tetap seperti ini jika Kau tidak memohon dengan benar," ucap Aron sembari memutar-mutarkan jarinya di mulut lubang kenikmatan gadis di bawahnya.

"Aku mohon Engkau memberiku kesenangan malam ini, Sir. Izinkan aku bersenang-senang bersamamu. Bring me to your heaven, please," ucap Bella dengan suara terputus-putus.

"Ini akan sedikit sakit, tapi percayalah padaku. Kau akan menyukai ini semuanya," bisik Aron.

Batang kehormatannya melesak perlahan bagaikan pasak yang tajam. Memberikan sensasi baru bagi gadis itu dan membuatnya menangis bahagia di bawahnya. Ada yang terluka di bawah sana tetapi itu membuatnya melayang ke surga dunia yang belum pernah Ia singgahi.

"Sakit?" Tanya Aron. Bella mengangguk lemah, semestanya bagai meledak dan berganti menjadi gumpalan nebula kembali. Dunianya bereinkarnasi menjadi alam yang baru.

"Maafkan aku, Sayang. Aku melakukannya karena Kau menginginkannya," ujar Aron.

Lelaki itu melepaskan tali katun yang menjerat kedua tangan Bella di kepala ranjang. Dipeluknya erat-erat tubuh ringkih gadis itu dengan hangat hingga nafasnya kembali teratur.

Aron mengambil botol air mineral dari dalam kulkas, tangannya yang dingin mengusap bagian bawah perut Bella dengan pelan. Bella terlonjak kaget dengan sensasi itu tetapi Ia membiarkan lelaki kesayangannya terus melakukan aksinya.

"Percayalah, Kau akan kembali nyaman dengan ini," ujar Aron.

"Kompres dingin, Sir," ujar Bella.

"Iya, begitu."

Beberapa menit yang lalu Bella telah menyerahkan mahkota keperawanannya kepada lelaki asing yang dikaguminya, berbulan-bulan Ia menjalin hubungan mesra setelah saling mengenal dari dunia alter, dunia kinky. Bella menyukainya karena Aron adalah lelaki tanggung jawab dan bisa dipercaya kejujurannya. 

Sinar kekuningan mulai muncul dan mendarat di hamparan permukaan bumi jauh di bawah sana. Bella membuka mata saat dering telepon tak kunjung berhenti.

"Hallo," Ia mengumpulkan kesadaran.

"Hallo. Atas nama Tuan Aron?"

"Iya, benar. Ini temannya," sahut Bella sekenanya.

"Menu sarapan akan segera di antar ke ruangan lima menit lagi, kami pastikan lagi ya, Bu. Dua cup puding, dua porsi nasi goreng ayam bakar, dan dua jus mangga," ucap wanita itu melalui telepon. 

"Aduh, saya nggak tahu. Tapi mungkin bisa dibawa ke kamar kami saja dulu, Bu," ucap Bella. 

"Baik, Bu," tanggap wanita itu lalu mengucapkan terima kasih.

Aron membuka pintu kamar mandi. "Siapa yang nelpon?" Tanyanya.

"Room service, Sir. Memastikan menu sarapan," jawab Bella.

"Oh, Kau menyukai pesananku? Kalau tidak, kita ganti saja, atau mau makan di luar?" Aron memastikan gadis itu sarapan pagi ini sebelum berpisah dengannya.

"Tidak usah, Sir. Aku menyukainya," jawab Bella. 

*** 

21+

Terima kasih untuk teman-teman yang telah membaca bab ini. Saya mohon untuk tidak meniru adegan dalam bab ini karena BDSM tidak boleh dilakukan secara sembarangan atau hanya berdasarkan hawa nafsu saja, tetapi ada syarat yang harus dipenuhi yaitu safe, sane, & consensual.

AyaLiliput2creators' thoughts
Nächstes Kapitel