webnovel

THE HAUNTED II

Urban
Laufend · 11.1K Ansichten
  • 10 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • N/A
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

"Pak Rangga tidak apa-apa?" tanyaku agak ragu-ragu. Hening, pria itu terus saja menatapku dengan kepala terus goyang-goyang. Aku menelan ludah. Beberapa menit kemudian. Kepalanya berhenti bergoyang. Raut wajahnya yang semula datar berubah sendu. "Nak, Tolong," lirihnya dengan suara yang parau. "Bapak kenapa?" Aku berjalan mendekatinya. Pria itu tak henti-hentinya mengucapkan kata sakit. Semakin mendekat, aku menangkap sesuatu keanehan saat melihat bawah. Terlihat dengan sangat jelas. Lalu, aku kembali melihat wajahnya yang terlihat seringai yang menakutkan. Tubuhnya Melayang tanpa menapakan tanah! Apakah yang sebenarnya terjadi?

Chapter 1SUASANA BARU

"Pak Rangga tidak apa-apa?" tanyaku agak ragu-ragu.

Hening, pria itu terus saja menatapku dengan kepala terus goyang-goyang. Aku menelan ludah. Beberapa menit kemudian. Kepalanya berhenti bergoyang. Raut wajahnya yang semula datar berubah sendu.

"Nak, Tolong," lirihnya dengan suara yang parau.

"Bapak kenapa?" Aku berjalan mendekatinya. Pria itu tak henti-hentinya mengucapkan kata sakit. Semakin mendekat, aku menangkap sesuatu keanehan saat melihat bawah. Terlihat dengan sangat jelas. Lalu, aku kembali melihat wajahnya yang terlihat seringai yang menakutkan. Tubuhnya Melayang tanpa menapakan tanah!

*

Namaku Rafa aku baru saja datang dari luar negeri, tepatnya di daerah dubai, timur tengah. Aku dipulangkan sebelum waktunya karena pandemic yang melanda dunia, di mana hotel tempat aku bekerja tidak ada tamu, hampir zero occupancy. Maka dengan berat hati aku pun pulang ke tanah air.

Pulang pun melalui proses yang sangat panjang sekali, di mana ketika sampai di bandara, saat pertama kali kita menjejakkan tanah air. Maka kita diwajibkan untuk menjalani beberapa pemeriksaan sebelum kemudian dilakukan karantina. Diletakan di sebuah wisma atlet untuk melakukan sebuah pemeriksaan Swab test.

Hingga tidak terasa karantina selesai, setelah kita itu kita dibebaskan untuk kembali ke kampung halaman masing-masing.

Rumahku berada di sebuah kota di jawa tengah, sebuah kota kecil yang mendapatkan julukan sebagai kota bandeng. Sebagai TKI yang sudah lama bekerja di luar negeri, tentu aku sangat bahagia sekali untuk pulang, apalagi sudah sekitar dua tahun aku menetap di luar negeri di mana sangat jauh perbedaan budayanya dengan kita, terlebih makanan Indonesia yang belum tentu di luar negeri ada.

Dari bandara di Jakarta menuju ahmad yani hanya memakan waktu kurang lebih beberapa jam saja. aku sangat excited sekali tatkala di bandara di jemput oleh keluargaku. Namun sayangnya, aku tidak bisa bebas untuk memeluk mereka karena korona, terlebih mereka membawa dua mobil, khusus untukku supaya aku mau menyetir sendiri.

"Untuk sementara kamu karantina sendiri ya di rumah pak ilham," tutur Ayahku. Aku terdiam sejenak. Rumah Pak Ilham letaknya paling pinggir di desaku. Rumah kosong yang sudah lama tidak ditinggali oleh pemiliknya karena pemiliknya bekerja di Kalimantan. Sudah cukup lama mungkin sepuluh tahun, sampai dia bisa menjadi pengusaha bakso yang cukup kaya di sana.Dalam hati aku ingin sekali seperti beliau.

Tidak terasa sampai di kampungku, tetapi aku tidak diizinkan turun. Melainkan harus melakukan karantina langsung. Ini atas himbauan dari desa bahwa semua orang yang baru saja datang dari luar negeri harus melakukan tes terlebih dahulu baru kemudian bisa kembali ke kehidupan yang normal seperti pada umumnya.

Aku tidak membantah dan hanya menurutinya. Aku menyandarkan tubuhku di sandaran kursi mobil karena kelelahan. Harus melakukan karantina selama dua minggu tentu bukan sebuah masalah yang besar mengingat itu hanya sebentar sebelum aku bisa kembali lagi ke masyarakat.

Sesampainya di rumah Pak Ilham, aku keluar dari sana dan menghirup udara bebas ala pedesaan. Memang ini adalah momen yang sangat berharga sekali mengingat selama di dubai jarang sekali aku menemukan hijaunya dedaunan pedesaan, serta aroma desa yang pasti sangat nyaman untuk dihirup. Sungguh mau di karantina selama apapun aku pasti akan betah.

Aku pun masuk ke rumah itu. Ternyata rumah itu sudah disiapkan sebagai tempat karantina, mulai dari makanan, minuman, bahkan ada juga televise. Hanya saja yang menjadi pembeda di antara semuanya adalah bahwa rumah ini sepi tanpa adanya orang sama sekali. Tapi buatku tidak masalah selama aku bisa menginap di sini dengan baik-baik saja.

Siang sampai malam,aku hanya tidur sampai aku terjaga. Aku baru sadar kalau sudah malam. Aku pun langsung menyalakan lampu dan merasakan kesunyian di rumah itu. Entah kenapa mendadak aku merasakan merinding yang luar biasa.

Terlebih rumah ini sepi tanpa adanya siapa-siapa. Tapi, aku langsung menghibur diriku sendiri bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Apalagi aku yang tidak percaya dengan adanya hantu.

Namun hal yang tidak terduga tatkala aku beranjak ke teras, di mana ada sekelebat bayangan yang melintas. Ketika aku menoleh, bayangan itu tidak ada. Aku mengernyit dahi. Kemudian bayangan itu melintas lagi tepat di samping mataku. Aku masih positif thinking kalau tidak terjadi apa-apa. Aku pun kembali masuk.

Tepat ketika aku masuk ke rumah itu, aku seperti ada orang yang berada di belakangku. Aku pun seketika menoleh ke belakang dan terkejut tatkala melihat seseorang yang tidak asing di mataku, orang yang tidak lain adalah pemilik dari rumah ini yang tidak lain adalah Pak Ilham. Aku mengeryit dahi. Kapan dia pulang kampung? Apa mungkin dia baru datang dan melakukan karantina juga. Tetapi kenapa barang-barangnya tidak ada, terus kenapa orang tuaku tidak memberitahuku.

Dalam rasa penasaranku, aku pun mempersilahkan dia masuk. aku masih positive thinking saja, tapi entah kenapa semakin lama aku semakin aneh dengan dia apalagi tatapannya yang kosong sambil melihatku dengan sangat dalam. Dia seperti hantu jadi-jadian saja.

Memang segalanya bisa menjadi sesuatu hal yang bisa dianggap lebih menakutkan dari ini. Tapi aku berusaha membuang segala rasa takutku. Pelan-pelan, dengan posisi saling berhadapan kita saling mengobrol. Tidak banyak yang kita obrolkan apalagi kita sama-sama merantau. Terlebih aku melihat beliau yang terlihat hanya diam dan mengangguk. Tetapi bukan kenapa-apa. Tapi mau bagaimana lagi segalanya tidak bisa dikondisikan dengan sangat sempurna. entah kenapa ketakutan itu semakin menyergap.

*

Das könnte Ihnen auch gefallen

Istriku yang Sangat Galak Tercinta

"Buku baru 'Dimarahi sebagai Bintang Kematian, Semua Orang Besar di Ibu Kota Berlomba-lomba Memanjakanku' sekarang tersedia!" Dikenal juga dengan "Era Kebangkitan: Menjadi Kaya dengan Sistem Check-In." [Protagonis wanita berkekuatan fisik luar biasa vs protagonis pria yang dendam, sinis, dan elegan] Setelah terjadi ledakan laboratorium, Lin Tang kembali ke era miskin itu dan terikat dengan sistem check-in. Sebelum dia sempat mengklaim paket hadiah pemula, tunangannya yang penuh percaya diri, datang untuk membatalkan pertunangan mereka. Alasannya, dia akan mendapatkan pekerjaan tetap. Lin Tang menatap pria biasa yang penuh keyakinan itu, membuka bibir merahnya sedikit dan berkata, "...putuskan saja!" Kurang dari sebulan kemudian, tunangan lamanya dipecat karena suatu alasan. Lin Tang berjalan-jalan di kabupaten dan menjadi pejabat eksekutif di Stasiun Penyiaran di Pabrik Tekstil. OS internal mantan tunangan: Apakah sudah terlambat untuk rujuk sekarang? - Waktu itu keras! Walaupun dimanja tiga kakak laki-lakinya dan orang tuanya, segala sesuatu dari makanan hingga kain bahkan sabun memerlukan kupon... Bahkan hidup hemat tidak bisa meredakan kondisi menyedihkan itu. Melihat bubur hitam dalam mangkuk, Lin Tang terdiam, “......” Untungnya, dia memiliki sistem! Butuh sesuatu? Cukup check-in untuk mendapatkannya. - Bertahun-tahun kemudian. Seorang pria tampan memandang istrinya yang lembut dengan kulit putih, berhasil menahan ekspresi seriusnya saat berkata, “Saya dengar kamu bisa melumpuhkan babi hutan hanya dengan dua pukulan?” Mata Lin Tang berkilauan, jari-jarinya dengan lembut memberi tekanan, dan Stoples Enamel di tangannya berubah bentuk. Dia menjawab dengan serius, “Omong kosong! Jangan percaya rumor-rumor itu. Kita orang beradab dan tidak bisa sebiadab itu!”

a visitor from South Flight · Urban
Zu wenig Bewertungen
538 Chs

WANITA-MALAM

Demi mendapatkan banyak uang, Ariela terpaksa memilih jalur cepat sebagai wanita malam. Ariela sendiri merupakan wanita yang sangat terkenal di club malam mewah yang berada di kota Manhattan ini. Ia terpaksa bekerja di tempat ini demi menyembuhkan penyakit ibunya yang sangat membutuhkan biaya banyak. Suatu malam, seorang pria yang cukup misterius itu meminta wanita yang dilihatnya untuk tidur bersama dengannya. Wanita itu adalah Ariela—wanita yang sangat professional dalam pekerjaannya. Pria ini terkenal sudah banyak meniduri wanita. Dan dia tidak suka tidur dengan wanita yang sama. Rey—pria yang sudah tidur dengan Ariela itu merasa ketagihan. Baru kali ini ia ingin tidur dengan wanita yang sama. Ia tidak merasa rugi membayar Ariela dengan harga yang fantastis. “Layani aku setiap malam. Dan aku akan memberikan kamu satu juta dollar untuk sekali main, jika dalam satu malam kita bercinta tiga kali. Maka kau akan menerima tiga juta dollar. Pindahlah ke rumahku, bagaimana?” tawar Rey saat melihat wanita yang memiliki tubuh seksi itu sedang memakai pakaiannya. “Aku akan memikirkannya,” jawab Ariela dengan tenang. Walau ia bekerja sebagai wanita malam, tetap dirinya masih memiliki harga diri. Ia tidak mungkin tinggal di tempat pria asing. “Menarik, baru kali ini ada orang yang ingin berpikir lebih dulu untuk mendapatkan tawaran yang fantastis,” ucap Rey di dalam hatinya. Follow ig author @natalia_theresyana87

Natalia_Theresyana · Urban
5.0
275 Chs

Bewertungen

  • Gesamtbewertung
  • Qualität des Schreibens
  • Aktualisierungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund
Rezensionen
Beeindruckend! Sie wären der erste Rezensent, wenn Sie Ihre Rezensionen jetzt hinterlassen!

UNTERSTÜTZEN