Finland akhirnya memberi tahu Tony bahwa ia hamil seminggu sebelum keberangkatannya ke Amerika. Pemuda itu sangat terkejut dan merasa dijebak karena Finland menunggu hingga perusahaan memberikan visa dan relokasi baru menceritakan keadaannya.
"Aku minta maaf.... Aku takut kalau aku bilang bahwa aku sedang hamil kau tak akan menerimaku ikut ke Amerika." Finland menunduk. Ia meremas-remas jarinya dengan kalut. "Aku berjanji akan membalas budimu kalau kau tidak membatalkan semua ini. Aku akan bekerja dengan baik..."
Tony menarik napas panjang. Mereka sedang makan siang di De Lune untuk membicarakan detail keberangkatan Finland minggu depan dan tiba-tiba saja Finland memberinya kejutan yang tidak menyenangkan ini. Ia mengamati wajah Finland lama sekali dan berkali-kali menarik napas panjang.
"Siapa ayahnya?" Akhirnya ia bertanya.
"Kau tidak kenal." jawab Finland lirih. "Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Aku hanya mengenalmu, dan aku perlu hidup baru."
"San Francisco adalah kota yang sangat mahal dan kau akan kesulitan membesarkan anak sendirian."
"Singapura juga mahal..." kata Finland membalas ucapan Tony. "Aku akan hidup hemat. Kau tidak perlu memberiku perlakuan istimewa, aku akan menjaga diriku sendiri. Saat ini aku perlu pekerjaan dan kehidupan di tempat baru."
"Kenapa kau tidak pulang saja ke Indonesia?" tanya Tony lagi.
"Aku tidak punya siapa-siapa di Indonesia, dan aku tidak bisa lagi tinggal di Singapura. Tidak akan ada yang mau mempekerjakanku di negeri lain dan memberikan visa karena aku tidak kenal siapa-siapa. Kau membutuhkan tenagaku dan aku bisa dipercaya, aku membutuhkan sponsor dari perusahaan untuk bisa tinggal di Amerika, jadi kita sama-sama diuntungkan..."
Tony lama sekali menimbang-nimbang. Di satu sisi ia merasa direpotkan, tetapi di sisi lain ia tidak tega karena bagaimanapun dulu ia pernah menyukai gadis yang duduk di depannya itu. Ia tahu Finland adalah seorang pekerja keras dan selama ini ia telah banyak menderita. Apalagi sekarang Jean sedang koma, Finland tidak punya siapa-siapa lagi.
Ia akhirnya tidak tega.
"Baiklah... demi mengingat hubungan pertemanan kita di masa lalu, dan betapa kerasnya kau bekerja... Aku akan membantumu." Akhirnya Tony mengambil keputusan.
"Terima kasih. Aku berutang budi kepadamu..."
***
Finland akhirnya berangkat ke Amerika dan mengucap selamat tinggal pada Singapura.
Selama 4,5 tahun ia telah menganggap kota itu sebagai rumahnya. Ia tidak memiliki kenangan yang indah di Jakarta, dan selain Singapura ia tidak merasa memiliki tempat tinggal. Seumur hidupnya ia merasa sendirian dan asing, sehingga baginya pindah ke tempat baru tidak terlalu menakutkan.
HRD telah menyiapkan sebuah apartemen untuknya di daerah Chinatown dan sambil mempelajari kotanya yang baru Finland memutuskan untuk tinggal di sana. Kantornya terletak di Financial District tidak jauh dari Chinatown.
Beberapa hari pertama setelah tiba di San Francisco, Finland sudah berusaha mengelilingi daerah kediamannya dan mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. San Francisco sangat padat penduduk dan tidak pernah sepi dari turis. Ia agak kaget karena belum pernah tinggal di kota yang selalu dipenuhi turis seperti itu.
Apartemennya sederhana tetapi dekat dengan berbagai kedai makanan dan supermarket Asia. Ia banyak sekali melihat orang Asia di San Francisco, membuatnya merasa seolah berada di Singapura kembali. Di dekat gedungnya juga ada taman dan ia dapat berjalan kaki ke kantornya. Finland merasa awalnya yang baru di Amerika tidak terlalu buruk.
LTX International di San Francisco memiliki satu departemen yang tidak ada di Singapura yaitu departemen riset pasar. Ini adalah departemen yang didirikan Tony dengan upayanya sendiri dan memanfaatkan pengetahuannya saat S2 di bidang keuangan. Departemen ini menyelenggarakan riset untuk berbagai perusahaan internasional yang ingin berinvestasi di pasar Asia dan mereka memiliki spesialis riset untuk setiap kawasan.
Karena pasar Indonesia semakin banyak dilirik investor, maka semakin dibutuhkan riset pasar dari berbagai industri. Mereka mencari dan mengundang para pakar di setiap bidang untuk menjadi narasumber penelitian pasar para perusahaan investasi dan perbankan yang berminat untuk menginvestasikan dana di pasar Indonesia.
Tony yang terkesan dengan pekerjaan Finland selama di Singapura merasa gadis itu akan menjadi kandidat yang tepat untuk membantunya di departemen riset tersebut ketika ia pindah ke San Francisco. Finland sangat suka bekerja dan kebaikan Tony yang memberinya kesempatan ini tidak akan dilupakannya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Tony di hari pertama mereka masuk kantor yang baru.
"Aku masih menyesuaikan diri dengan iklim di sini. Ternyata San Francisco dingin sekali..." kata Finland. "Tapi selebihnya aku bisa menyesuaikan."
"Aku tahu kau bilang aku tidak usah memberimu perlakuan istimewa," kata Tony kemudian. "Tetapi aku bukan orang yang tidak punya hati. Kau boleh mengajukan keringanan dan minta cuti ekstra kalau kau membutuhkannya. Aku tidak keberatan asalkan kerjamu bagus."
"Terima kasih, Tony...."
Tidak seperti di Singapura, Finland segera mendapat teman di kantor San Francisco. Di sini tidak ada Meilin yang jahat yang menjelek-jelekkannya kepada semua orang. Tony juga memastikan staf di departemennya memperlakukan Finland dengan baik.
Di departemen Riset Pasar ada 8 staf yang semuanya sangat sibuk. Hanya dua orang yang masih berumur di bawah 30 tahun dan Finland segera menjadi akrab dengan mereka. Anne Lee dan Lucia Mendoza sangat bersimpati saat mengetahui Finland sedang mengandung dan mereka bergantian membawakan makanan sehat agar Finland yang kurus dapat menjadi lebih gemuk. Kebaikan mereka membuat Finland terharu dan pelan-pelan wajahnya yang sedih dan tubuhnya yang kurus terlihat mulai membaik.
Finland terus berusaha mencari informasi tentang Jean, tetapi hingga ia tinggal 5 bulan di San Francisco pemuda itu masih belum sadar dari koma. Pelan-pelan ia mulai menyerah dan menganggap bahwa sudah saatnya merelakan Jean pergi.
Finland ingin sekali ke Prancis dan menjenguk Jean di tempat perawatannya tetapi kondisi kehamilannya membuat ia tidak dapat terbang. Ia berharap Jean dapat bertahan hingga beberapa bulan setelah anaknya lahir supaya Finland dapat berkunjung dan mengucap selamat tinggal untuk terakhir kalinya...
"Kamu kapan mau ambil cuti, Finland?" tanya Anne saat mereka makan siang di kantor. Ia menunjuk perut Finland yang sudah besar. "Kehamilanmu sudah hampir 9 bulan kan? Kamu masih jalan kaki ke kantor?"
"Iya. Dokter bilang kalau kehamilan sudah tua sebaiknya aku tambah banyak jalan, supaya bayinya cepat turun dan bisa melahirkan normal." jawab Finland. Ia mengelus perutnya dengan sayang.
Sejak pindah ke San Francisco ia merasa sedikit lebih baik. Ia menyukai jalan kaki ke kantor seperti yang diajarkan Jean. Suhu di San Francisco yang dingin membuat berjalan menjadi kegiatan yang menyenangkan, tidak seperti di Singapura yang panas. Mimpi buruknya pun sudah berkurang, dan setiap kali ia mengingat bayi dalam kandungannya ia merasa bahagia.
Sebentar lagi Finland tidak lagi sebatang kara. Ia akan memiliki keluarganya sendiri dengan kelahiran anaknya. Bayi dalam kandungannyalah yang membuatnya masih mampu bertahan hingga saat ini.
"Kau masih belum mau diberi tahu jenis kelaminnya?" tanya Lucia penasaran. "Kau lebih suka anak laki-laki atau anak perempuan?"
"Aku mau itu menjadi kejutan," kata Finland. "Tapi baik anakku laki-laki atau perempuan, aku akan menamainya Aleksis...."
"Oh, nama yang bagus. Aleksis bisa dipakai oleh laki-laki maupun perempuan." Anne mengangguk setuju.
Finland tersenyum mendengarnya. Akhir-akhir ini ia sudah dapat kembali tersenyum. Hari-harinya berusaha diisi dengan kesibukan agar ia dapat melupakan kesedihannya seperti yang disarankan oleh dokternya. Ia tak ingin anaknya merasakan kesedihan sejak masih di dalam kandungan.
Ia ingat bahwa ibunya depresi sejak melahirkannya dan akhirnya meninggal dalam kesedihan saat umurnya masih 10 tahun. Finland tak ingin anaknya mengalami nasib serupa. Apa pun yang terjadi ia harus kuat dan bertahan, agar ia dapat mengurus anaknya dengan baik. Anak ini sekarang adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.
Setelah selesai makan siang mereka kembali bekerja. Saat membuka email Finland dikejutkan oleh beberapa email di inboxnya dari Google. Ia telah menaruh kata pencarian Jean Pierre Wang di akunnya. Ia akan mendapatkan ringkasan berita setiap hari kalau nama Jean dicari di internet.
Setiap kali ia mencari berita tentang Jean, selalu tidak ada perubahan. Ia masih koma. Karena itu Finland mengubah caranya dan mengatur agar ia mendapatkan notifikasi bila ada banyak pencarian di Google tentang Jean. Bila sampai terjadi apa-apa dengan Jean, tentu traffic berita pencarian tentang dirinya akan bertambah dan Finland bisa mencari informasi lebih lanjut.
Selama 5 bulan ia berada di San Francisco tidak ada perkembangan berarti dan ia hampir menyerah. Tetapi siang ini inboxnya berisi beberapa notifikasi sekaligus, menandakan ada banyak pencarian berita tentang Jean hari ini. Ia buru-buru membuka Google dan mencari kabar terbaru Jean.
Saat pandangannya menyapu layar komputernya, seketika Finland menekap mulutnya dengan desahan tertahan dan air matanya pelan-pelan mengalir.
Ia sudah melihat berbagai berita di halaman pertama Google berisi artikel berita tentang Jean Pierre Wang yang akhirnya sadar dari koma.
"Oh Jean... akhirnya kau bangun...." bisiknya haru.