webnovel

The Alchemists: Cinta Abadi

Finland adalah gadis paling kesepian di dunia, yang harus berani menghadapi dunia yang sulit di Singapura sendirian setelah lulus dari universitas dengan beasiswa. Setelah dibesarkan sebagai anak yatim dalam kemiskinan di pinggiran Jakarta dan selalu dibully gadis-gadis kaya di sekolahnya, ia sangat kuat membentengi dirinya agar tidak disakiti oleh orang lain. Secara kebetulan, Finland bertemu Caspar, seorang alchemist generasi kedua yang telah hidup selama 438 tahun dan sebenarnya abadi. Caspar telah menumpuk kekayaan, pengetahuan, dan kesempurnaan di dalam hidupnya (yang sangat panjang). Ia tidak pernah jatuh cinta dan bergonta-ganti kekasih sebulan sekali, sampai akhirnya karma membalas Caspar ketika dia bertemu satu-satunya gadis yang tidak peduli pada ketampanannya dan kekayaannya yang luar biasa, dan pada gilirannya membuatnya jatuh cinta setengah mati. Copyright: @2019 Missrealitybites *** Follow FB Page "Missrealitybites" untuk ngobrol dengan saya tentang novel-novel saya: 1. The Alchemists 2. Kisah Cinta Ludwina & Andrea 3. Katerina 4. Glass Heart : Kojiro - Nana 5. 1912-1932 6. Altair & Vega 7. Pangeran Yang Dikutuk 8. Finding Stardust / Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang Lihat visual novel ini di Instagram @casparthealchemist Instagram @missrealitybites

Missrealitybites · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
1144 Chs

Lauriel Dan Aleksis Di Singapura

Lauriel membawa Aleksis jalan-jalan ke Gardens by The Bay untuk melihat berbagai bunga dan taman futuristik di sana. Kemudian mereka naik bianglala Singapore Flyer berkali-kali karena anak itu senang sekali melihat Singapura dari atas.

Mereka sedang beristirahat di bangku taman sambil makan es krim saat seseorang berpakaian serba hitam datang menghampiri keduanya.

"Selamat siang, Tuan Lauriel."

Lauriel yang sedang membersihkan bibir Aleksis yang dipenuhi es krim mendongak dan menyipitkan matanya, "Siapa kau?"

"Anda diundang datang ke rumah tuan saya untuk minum teh..."

"Aku tanya siapa kau? Apa begitu sulit memahami pertanyaanku?" tanya Lauriel lagi. Wajahnya jelas terlihat gusar. Hanya sedikit manusia yang ditoleransinya dan ia tak suka mengulang pertanyaan.

"Oh... maafkan saya. Nama saya adalah Nico, saya bekerja untuk Tuan Alexei. Beliau mendengar Anda sedang berada di kota ini dan ingin bertemu dengan Anda." Pria itu tampak salah tingkah. "Itu kalau Anda berkenan."

"Aku tidak punya waktu bertemu orang. Aku di sini untuk berlibur," jawab Lauriel ringan.

"Tuan bilang saya harus memberikan benda ini kepada Anda kalau Anda menolak." Nico merogoh saku pakaiannya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil, lalu diberikan kepada Lauriel.

Lauriel menerima kotak itu dan membukanya. Sebuah cincin dari emas putih dengan mutiara di tengahnya. Wajahnya seketika berubah.

"Dari mana dia mendapatkan ini?" tanyanya dengan suara dingin.

"Putri Luna mengenakan ini di jarinya saat kami menemukan tubuh beliau di antara reruntuhan gedung yang dibom sekutu. Keluarga Meier menyimpannya selama ini, menunggu hingga kami dapat menemukan Anda. Anda sudah sangat lama menghilang..."

Lauriel mengenakan cincin itu di jari kelingkingnya karena tidak cukup di jarinya yang lain. Kotaknya lalu ia masukkan ke dalam saku.

"Baiklah. Aku akan datang. Kami menginap di Hotel Rendezvous. Silakan jemput aku di sana jam 6 sore."

"Anda tidak mau ikut sekarang? Kami sudah menyediakan mobil."

"Aku tidak biasa mengulang kata-kataku, Nico."

Setelah berkata begitu Lauriel segera menggendong Aleksis dan berlalu. Ia kemudian membuka ponselnya dan menelepon seseorang.

"Charlie, aku perlu beberapa senjata. Aku baru masuk ke Singapura dan tidak membawa apa-apa. Aku juga perlu seorang pengasuh dan beberapa pengawal untuk anak berumur 2 tahun selama beberapa jam."

****

"Paman, aku harus melaporkan ini. Kau harus mendengarnya," Jadeith masuk setelah mengetuk pintu, tanpa menunggu Caspar mempersilakannya. "Lauriel didatangi anak buah Alexei. Mereka semua ternyata ada di Singapura."

Ia buru-buru menaruh beberapa foto Lauriel dan Aleksis di taman saat ditemui anak buah Alexei ke meja. Caspar yang sedang bekerja dengan laptopnya seketika mengerutkan kening sambil meneliti foto-foto itu.

"Apakah Alexei juga ingin meminta dukungan Lauriel? Untuk apa? Aku sudah tidak mau terlibat dengan semua ini."

"Lauriel bukan seorang purist, tapi Paman pasti masih ingat kekasihnya dulu adalah bibi Alexei. Setelah Putri Luna meninggal Lauriel kemudian mengasingkan diri. Mungkin sekarang karena ia sudah keluar dari pertapaan, Alexei ingin membawanya ke pihak mereka."

Caspar menghela napas panjang. Tadinya ia ingin mengundurkan diri dari kepemimpinan klan dengan damai dan mengasingkan diri. Tetapi bila Alexei yang akan mengambil posisi itu, ia tak dapat membiarkannya. Ia tahu kebijakan kaum Alchemist akan berubah drastis. Mereka akan memunculkan diri dan benar-benar menguasai dunia secara terbuka. Manusia normal akan menjadi warga kelas dua.

Saat ini banyak orang Alchemist yang menguasai pemerintahan dan ekonomi dunia. Mereka merupakan tangan-tangan tidak kelihatan yang mengendalikan berbagai peristiwa penting yang terjadi di berbagai negara. Merekalah bangsawan penguasa bumi yang sebenarnya, tetapi karena mereka tersembunyi, tidak ada yang mengetahui bahwa 5 keluarga besar Alchemists yang menguasai banyak korporasi besar dan organisasi penting di dunia.

Saat ini semua berjalan baik-baik saja karena orang-orang Alchemist tidak ikut campur dengan kehidupan manusia secara berlebihan dan menyembunyikan diri. Tetapi sejak perang dunia yang terakhir, sebagian kaum Alchemist, terutama yang masuk golongan purist ingin membuka diri dan menguasai dunia secara terang-terangan. Mereka menganggap manusia tidak pantas memerintah dirinya sendiri karena mereka hanya merusak bumi dan mengakibatkan peperangan.

Sebagian yang lain masih setia pada aturan yang lama dan menginginkan masyarakat Alchemist tetap hidup tersembunyi seperti biasa. Caspar dan Aldebar yang selama ini berhasil mengatur sistem agar tetap seperti biasa, tetapi tantangan dari golongan purist tidak pernah berhenti. Alexei bahkan sampai mengorbankan Famke untuk menjebak Caspar agar ia meninggalkan klan. Jebakannya hanya gagal karena Sophia membelot ke pihak Caspar dan menjadi saksi baginya di depan sidang 5 keluarga utama.

"Kau sudah dapat kabar tentang Sophia?" tanya Caspar, ia menjadi agak cemas. "Kalau Alexei di Singapura, mungkin ia membawa Sophia ke sana. Siapkan penerbangan, kita akan ke Singapura malam ini."

"Baik, Paman."

****

Finland akhirnya siuman dari pengaruh bius dan menemukan Jean duduk di samping tempat tidurnya, ia tampak kelelahan.

"Hei... kau kelihatan capek sekali... Kenapa tidak pulang ke hotel untuk beristirahat?" tanya Finland sambil menyentuh tangan Jean yang terkantuk-kantuk.

"Eh.. kau sudah bangun? Aku mau di sini memastikan bahwa kau baik-baik saja. Dokter bilang operasinya sukses. Sekarang kita tinggal menunggu."

"Oh...syukurlah..."

"Kau lapar?" tanya Jean.

"Tidak... aku hanya mengantuk."

"Mungkin pengaruh obat biusnya belum hilang sepenuhnya." kata Jean. "Kau istirahat saja."

"Aku harus menghubungi Rory. Aku ingin bertemu dia dan Aleksis..." Finland mengambil ponselnya yang ada di meja lalu menghubungi Lauriel.

Setelah dua deringan teleponnya diangkat.

"Hai, bagaimana operasinya?" tanya Lauriel.

"Baik. Besok aku sudah bisa keluar. Kami tinggal menunggu hasil operasi Terry. Semoga tubuhnya tidak menolak cangkok sumsum tulang dariku. Kalian di mana?"

"Aku ada urusan sebentar. Aleksis baik-baik saja, aku mendapatkan pengasuh untuknya."

"Kenapa kau tidak membawa Aleksis ke sini?"

"Di sana tidak aman. Anak kecil sebaiknya tidak berada di rumah sakit."

"Uhm..." Finland merasa kecewa karena ia tak dapat bertemu Aleksis. "Kan bisa pakai masker atau bagaimana... Aku sudah rindu sekali."

"Kami akan datang besok. Sebaiknya kau beristirahat."

Finland tak bisa membantah kalau Lauriel sudah memutuskan seperti itu. Akhirnya ia hanya bisa pasrah.

"Kau mau aku menjenguk mereka? Apakah mereka di Hotel Rendezvous juga?" tanya Jean.

"Uhm... tidak usah. Besok saja, mereka akan ke sini besok."

"Baiklah."

Di Hotel Rendezvous, Lauriel sedang menerima seorang perempuan cantik berusia 20-an dan 5 orang lelaki tegap di suite-nya. Mereka tampak menyembunyikan senjata di balik pakaian masing-masing.

"Kau Sara? Aku punya tugas penting untukmu. Jagalah anak ini sampai aku kembali. Jangan menarik perhatian. Aku tidak punya musuh, tetapi ayahnya anak ini punya banyak musuh. Aku tak ingin terjadi apa-apa selama aku tidak ada."

"Baik, Tuan." Sara tersenyum manis sekali kepada Aleksis yang berdiri di samping Lauriel dengan wajah bingung. "Selamat sore gadis kecil. Namaku Sara. Aku senang bertemu denganmu."

"Paman Rory mau ke mana?" tanya Aleksis dengan suara manja. "Aku ikut."

"Sshh... anak kecil tidak boleh ikut. Kamu makan buah dan nonton kartun saja di sini. Paman akan kembali beberapa jam lagi." Lauriel berjongkok dan memeluk Aleksis. "Kamu harus patuh sama Tante Sara ya... Kalau kau tidak nakal, besok kita akan ke rumah sakit untuk bertemu Mama."

Dengan enggan akhirnya Aleksis mengangguk dan mau menggandeng tangan Sara yang dengan gembira membawanya duduk di sofa dan membacakan buku untuknya.

Lauriel memberi beberapa instruksi kepada pengawalnya lalu keluar suite dan turun menuju lobi. Tepat pukul 6 sore Nico datang diikuti seorang laki-laki lain dan menjemputnya.

Mobil Rolls Royce yang membawa mereka melaju cepat ke bagian timur dan akhirnya masuk ke sebuah mansion dengan halaman yang sangat luas. Sesuatu yang sangat jarang ada di Singapura.

"Silakan masuk, Tuan Lauriel. Tuan Alexei sudah menunggu Anda di perpustakaan."

Lauriel tidak menjawab, langsung berjalan mengikuti Nico. Setibanya di depan sebuah pintu kayu besar, Nico berhenti dan mempersilakan Lauriel untuk masuk sendiri.

Di dalam perpustakaan yang megah itu ada ribuan buku dan beberapa kursi membaca yang nyaman sekali. Alexei segera bangkit dari duduknya ketika ia melihat Lauriel masuk. Ia bergerak ke arah tamunya dan hendak merangkul Lauriel tetapi pemuda itu menghindar dengan dingin.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Lauriel cepat. "Kau tahu aku benci basa-basi."

"Ah... kau bisa dibilang hampir menjadi keluargaku... Kalau bibiku tidak meninggal di dalam perang, kalian sudah akan menikah dan kau menjadi pamanku. Masakan kau tidak mau bertemu denganku setelah keluar dari pengasingan? Apakah kami tidak ada artinya bagimu? Apakah bibi Luna tidak ada artinya buatmu?" tanya Alexei. "Bibi pasti akan sangat kecewa melihat sikapmu ini."

"Alexei, jangan buat aku mengulang perkataanku," Lauriel menjadi tidak sabar. Ia mengunjukkan jari kelingkingnya yang disematkan cincin kekasihnya dan bertanya, "Kalian menyimpannya selama ini dan tidak memberitahuku?"

"Sophia yang menyimpannya selama puluhan tahun. Aku baru mendapatkannya minggu lalu. Adikku itu sekarang sering berulah..." kata Alexei dengan nada masygul. "Aku baru mengetahui kau sudah keluar pengasingan dan kebetulan aku memiliki benda yang kau inginkan. Aku ingin membuat kesepakatan."

"Aku tidak tertarik."

"Aku bukan berbicara tentang cincin Bibi Luna." Alexei melambaikan tangannya. "Kau akan tertarik kalau itu mengenai anak angkatmu."

"Apa maksudmu?" Lauriel mulai waswas.

"Charlie memang mengirim orang terbaik untuk melindungi anak angkatmu, tetapi seharusnya kau tahu, tempat paling aman untuknya adalah di sampingmu."

"Kau...!"

Alexei membuka ponselnya dan menelepon seseorang. Ia lalu menyerahkan ponselnya kepada Lauriel.

"Paman Rory, kau di mana? Tante Sara dan teman-temannya semua tertidur. Tubuh mereka merah-merah..." terdengar suara polos Aleksis di ujung telepon. Wajah Lauriel seketika terkesiap. Ia tak menyangka begitu ia pergi dari hotel, anak buah Alexei langsung menyerang Sara dan para pengawalnya.

Keterlaluan sekali!

"Apa yang kau inginkan?" tanyanya sambil menggertakkan gigi.

"Ahh... aku baru saja membuatmu mengulangi ucapanmu. Maafkan aku, yang mulia Lauriel..." kata Alexei dengan nada mengejek.

Dalam sekejap Lauriel telah ada di belakang Alexei dengan sebuah pistol mengarah pada keningnya, dan tangannya mencengkram Alexei..

"Aku sudah selesai dengan kehidupan, aku tidak takut pada siapa pun," katanya dingin. "Kalau terjadi apa-apa dengan Aleksis, jangan harap kau bisa melihat matahari lagi."

"Jangan galak begitu...." Alexei masih tersenyum sinis walaupun tangan Lauriel yang kuat sedang mencengkram lehernya. "Kau belum mendengar apa yang aku inginkan. Menurutku kau akan bodoh jika menolak permintaanku."

"Bicara sekarang!"

"Anak itu sudah kuberi racun yang akan aktif dua minggu lagi. Kau tidak akan sempat mencari penawarnya. Kalau kau tidak ingin dia mati, aku mau kau mengikuti perintahku. Itu saja."

Wajah Lauriel yang biasanya selalu tenang kini berubah pucat.

Wahhh... gawat, Aleksis ditangkap musuh ayahnya...!

.

PS: OMG OMG OMG.... kita sekarang sudah masuk 6 besar!!!

#pingsan

Missrealitybitescreators' thoughts