Kepergian Eza sangat menorehkan luka yang dalam. Tangis Rina sesak memenuhi ruangan dalam dada di rasa sakitnya. Ia menepuki dadanya, meremat piama di bagian dadanya. Tangisan tanpa suara.
"Hik hik hiks eat ... aku melihat dia bahagia sebelum dia pergi. Hiks ... heh ... sangat sesak ya Allah ... aku menyuruh pergi, tapi hatiku menyuruh dia agar tetap bertahan. Harapanku sirna aku kira dia memilihku. Hehe," tawa Rina membodohkan diri sendiri, dia kembali menangis.
"He ... mana mungkin. Hek eehhe....hiks. hiks, kenapa?" Rina berdiri dan berusaha tegar ia membuka lemari sambil meremat kepalanya. Duduk di lantai dengan nelangsanya.
Tangis Rina pecah, merengkuh kaki dalam dekapan. Berusaha mengusir kesedihan tapi tenaganya sudah terkuras, dirampas sempurna oleh Eza yang pergi meninggalkannya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com