webnovel

TERLANJUR MENCINTA

Diary Ayyara 31, Desember. Saat pertama aku melihatmu, sejak itu aku selalu berdoa disetiap sujudku agar kita bisa kenal lebih dekat. Hari demi hari, Allah menjawab do'aku. dia mempertemukan kita walau hanya sekedar perkenalan. Aku kurang puas? tentu, aku kembali berdoa agar kita dipertemukan kembali. Dengan seiring berjalannya waktu, kita sering bertemu tanpa disengaja. Dan aku semakin menginginkan dirimu selalu berada disampingku. Tapi, disisi lain seharusnya aku sadar bahwa kita tidak akan pernah mungkin bersama, tapi kenapa kita selalu bertemu? Dan semenjak kamu memperkenalkan nya kepadaku, seharusnya aku tau bahwa saat nya aku harus mundur. Tapi apa dayaku, aku terlanjur mencinta. Rumah sakit, adalah tempat kebahagiaan ku dimulai dan juga tempat hatiku hancur melebur. Dan untuk seorang pria yang datang untuk menghiburku dari segala kejadian, aku berterimakasih kepadamu. Kamu menghiburku dan kamu juga menghancurkan hatiku yang sudah kamu obati sendiri. Givano dan Rafka, kalian adalah pria yang bisa membuat aku jatuh sejatuhnya diwaktu yang bersamaan. ( HIATUS )

giskasfa · Teenager
Zu wenig Bewertungen
26 Chs

Gagal

Dua minggu setelah menentukan rencana yang akan di jalankan oleh Ayyara dan Ibunya Rafka untuk membatalkan pernikahan Tiara dan Rafka, kini saatnya Ayyara harus menjalankan rencana tersebut.

Setelah pulang dari kampus. Disini, di rumah sakit milik ayahnya. Ayyara sedang mencari cara agar perbuatannya tidak diketahui oleh siapapun.

Tepat di ruang inap Tiara, Ayyara sedang meneliti ke penjuru ruangan tersebut. Memastikan tidak ada orang selain dirinya dan Tiara.

Rencana pertama. Ayyara akan mencoba menekan wajah Tiara yang sedang tidur dengan menggunakan bantal.

Saat Ayyara akan melangkah menuju tempat Tiara terbaring, ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke ruangan tersebut.

Dengan sigap, Ayyara langsung duduk di samping tempat Tiara terbaring. Sembari memegang tangan Tiara.

"Ayyara." panggil seseorang yang diketahui adalah Rafka. Yang baru saja memasuki ruangan tersebut.

"Eh, Rafka." dengan tenang Ayyara bangkit dari duduknya dan mencoba mengontrol mimik wajahnya.

"Sejak kapan lo disini Ay?" tanya Rafka.

"Barusan tadi gue masuk. Soalnya ntah kenapa gue pengen aja ketemu sama Tiara. Tapi, dia lagi tidur. Jadi gue milih buat ngejaga dia aja, gapapa kan?"

"Gapapa, seharusnya gue bilang makasih udah mau bantu jaga Tiara."

"Iya sama sama."

"Oh iya. Ini gue ada bawa makanan dari kantin, lo makan ya." ujar Rafka menawarkan

makanan yang baru ia beli di kantin rumah sakit.

"Eh nggak usah. Gue belum lapar dan gue juga mau pulang. Soalnya kan lo udah ada." ujar Ayyara dengan senyuman nya.

"Ambil ini, dan gak ada penolakan." ujar Rafka mengulurkan sebuah kantong yang berisi makanan kepada Ayyara.

"Yaudah gue terima. Makasih ya Raf, kalau gitu gue pulang dulu Assalamualaikum." pamit Ayyara canggung.

"Iya Ay. Terimakasih kembali juga. Dan Wa'alaikumsalam." jawab Rafka sebelum Ayyara meninggalkan ruangan tersebut.

***

"Argh, gue gak bisa melakukan nya." geram Ayyara saat sudah sampai dirumahnya.

"Tapi kalau nggak gue lakukan, maka gue harus bersiap buat kehilangan Rafka." ujar Ayyara yang langsung menjatuhkan dirinya di sofa kamarnya.

Setelah berbicara sendiri, Ayyara menatap kantong yang berisi makanan yang diberikan oleh Rafka tadi.

"Rafka orang baik, dan juga Tiara. Kalau gue melakukan perbuatan tersebut, maka sama aja gue menghiati kepercayaan mereka."

ting...

Suara pesan masuk dari ponsel Ayyara, membuat nya berhenti berbicara sendiri. Dan mengalihkan perhatiannya pada ponselnya.

From : [Givano🦁]

-lo dimana Ra?

Setelah membaca pesan tersebut, Ayyara langsung menepuk dahinya.

Ia lupa bahwa hari ini, setelah dari kampus ia harus melanjutkan skripsi nya yang tersisa 3 bab lagi.

dengan sigap, Ayyara pun membalas pesan tersebut.

To : [Givano🦁]

-Gue di rumah, lagi santai.

-Sorry gue lupa sama skripsinya.

-Besok gue masuk siang, jadi paginyaa kita bahas tentang skripsinya yaa.

Setelah mengirim pesan tersebut, Ayyara merasa bosan berdiam diri dirumah.

Maka dari itu ia memutuskan untuk melihat Sunset di pantai Ancol.

Setelah bersiap siap, Ayyara keluar dari rumahnya dan langsung memesan taksi online. Namun saat akan memesan, Givano memanggilnya dari arah teras rumah nya.

"Ayyara!"

"Apaan?" tanya Ayyara menghadap arah Givano.

"Mau kemana?"

"Pantai." jawab Ayyara secukupnya.

"Naik apa?"

"Taksi."

"Sama teman juga?"

"Sendiri, emang kenapasih? tumben banget lo banyak omong." ujar Ayyara kesal.

"Gapapa, lo perginya sama gue aja."

"Hah?" seperti biasa, Ayyara akan membalasnya seperti itu jika sinyal di kepalanya tidak bekerja.

"Ck. dari kemaren hah hoh hah hoh mulu lo, awas nanti lalat masuk." protes Givano sembari memberikan helm kepada Ayyara.

"Apaan sih lo. Gue cuma bingung aja, lo ada angin apa dah jadi banyak omong kayak gini?"

"Emang salah kalau gue banyak omong? Gue cuek lo kesal, gue kayak gini lo malah curiga gitu."

"T-tapi kan–"

"Cepat naik!" ujar Givano memberi perintah.

"Belum juga gue selesai ngomong." gerutu Ayyara yang langsung menaiki motor sport Givano.

"Nggak usah banyak bacot lo." protes Givano yang langsung melajukan motornya.

"Waw. Udah berani ya lo ngomong kayak gitu." kaget Ayyara, sebab tidak pernah mendengar Givano berbicara seperti itu.

"Hm." jawab Givano fokus mengendarai motornya.

"Mulai lagi dah cuek nya." ujar Ayyara pelan.

***

Beberapa menit di perjalanan, akhirnya mereka sampai di Pantai yang ingin Ayyara kunjungi untuk melihat Sunset.

"Tumben lo kesini?" tanya Givano saat telah sampai di tujuan.

"Ga tau, kepingin aja." jawab Ayyara.

"Mau liat Sunset?" tanya Givano.

"Iya." jawab Ayyara melangkah menuju tepian pantai.

"Yaelah ini masih jam empat, masih lama juga. Mending gue main game aja tadi di rumah."

"Yang ngajak lo siapa?" tanya Ayyara dengan sedikit melotot.

"Y-ya gak ada sih."

"Yaudah, kalau gitu mending lo diam." ujar Ayyara beranjak untuk duduk di pasir pantai.

"Eh, lo mau ngapaian?" tanya Givano.

"Ya duduk lah." jawab Ayyara.

"Tapi kan itu kotor Ra."

"Ya jadi mau di mana lagi Bambang!"

"Iya juga sih, yaudahlah." ujar Givano ikut duduk.

"Katanya kotor." sindir Ayyara.

"Ya jadi mau di mana lagi Maemunah." ujar Givano meniru ucapan Ayyara tadi.

"Terserah lo aja lah, malas gue." pasrah Ayyara.

"Lo suka banget ya sama Sunset?" tanya Givano mengalihkan.

"Nggam." jawab Ayyara.

"Lah jadi, ngapain lo mau liat Sunset."

"Ya gapapa, gue pengen liat aja."

"Hm."

Satu setengah jam Keterdiaman di antara duanya, membuat suasana menjadi semakin canggung.

Ayyara yang masih setia melihat ombak laut, dan Givano yang fokus pada ponselnya.

yang tidak berapa lama, Ayyara membuka suara.

"Sunset nya bentar lagi No!" seru Ayyara sangat bahagia.

Givano yang mendengar nya pun mengalihkan perhatian nya pada Ayyara.

"Ya terus?"

"Ish, merusak suasana aja sih lo."

"Lah?"

"Dah lah, gue mau pulang aja." ujar Ayyara beranjak dari duduknya.

"Lo kenapa Ra?" tanya Givano menyamai langkahnya dengan Ayyara.

"Gapapa." jawab Ayyara.

"Oke gue minta maaf." ujar Givano.

"Hm." jawab Ayyara mempercepat langkahnya.

"Ra?" panggil Givano mencekal lengan Ayyara.

"Apaan sih?!"

"Gue tanya lo kenapa Ra."

"Yaudah gue jawab kan, kalau gue gapapa." jelas Ayyara kembali melangkah.

***

Sesampainya dirumah, Ayyara langsung bergegas masuk ke rumahnya tanpa berkata kata lagi.

"Ra!" panggil Givano yang tidak didengarkan oleh Ayyara.

"Ck. Sial." geram Givano sembari masuk ke rumahnya sendiri.

***

Sesampainya dikamar, Ayyara langsung merebahkan tubuhnya dikasur.

Hingga ia terlelap dengan nyenyak.

Saat isya, Ayyara terbangun. Dan ia bergegas membersihkan tubuhnya dan mengambil air whudu untuk melaksanakan sholat.

Setelah sholat. Seperti biasanya, Ayyara menorehkan tinta kepada buku diary nya sebelum melanjutkan tidurnya.

***

Diary Ayyara

07, September

hari ini aku gagal untuk mencelakai mu, tapi gaa tau besok.

Jadi bersiap siap lah!!

dan sekali lagi maaf....