Arah pandang Tia mengikuti arah pandang Desi.
Sial. Dia lupa banyak jejak bibir Darka di tubuhnya. Desi mencengkram kedua lengan Tia membuat gadis itu meringis.
"Nak, kamu..."
Tia meringis dan mencoba untuk menutupi tubuh bagian depannya dengan tangan.
"Tia pasang baju dulu, bentar ya, Bu."
Desi menahan tangan Tia. "Obatin dulu. Kamu kenapa nggak bilang kalau alerginya kambuh? Astaga, nak, kamu itu ya, bandel banget dibilangin dari dulu. Udah tahu punya alergi, bukannya bilang ke ibu malah diam aja. Nanti tambah parah gimana? Mau masuk rumah sakit lagi?"
Oh, Tuhan! Tia menghembuskan napas lega. Tia menahan lengan Desi dan tersenyum.
"Ibu, ini udah nggak papa kok. Udah nggak gatal. Tadi udah Tia kasih obat juga. Udah, ibu belum makan? Tia temenin, tapi Tia pake baju dulu."
Tia segera mendorong Desi untuk keluar dari kamarnya. Di depan pintu kamar yang tertutup Desi menggerutu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com