webnovel

Prolog

Berlin, 29 April 2030

     Angin musim dingin menyapa lembut di pesisiran kota Berlin, Jerman. Terdengar hembusan nafas serta langkah kaki seorang pria yang bergerak cepat menyusuri pinggiran kota menuju stasiun bawah tanah. Cuaca musim dingin membuat kulit tropisnya kemerah - merahan dan gatal. "Asli ... udah telat 30 menit. Parah - parah bakal kena teguran dosen lagi ini, haduh ... ." Pria tersebut menaiki kereta. Kemudian ia melirik jam tangan berwarna hitamnya yang menunjukkan pukul 9 pagi. Pria itu bernama Aldi . Dengan perawakan keturunan Tionghoa dan Jawa. Pada saat itu, pikirannya kacau balau karena malam sebelumnya ia  terlalu asik bertelepon dengan orangtuanya. Tujuan dari keretanya yaitu Freie Universität Berlin. Waktu yang dibutuhkan keretanya sekitar 20 menit. Sesampainya di Stasiun Dahlem-Dorf dia langsung berjalan kurang lebih 6 menit ke kampus. "Guten Morgen Aldi, wie gehts?" Selamat pagi Aldi apa kabar? sapa Felix sahabatnya. "Ich bin gut Felix, sondern Ich muss jetzt gehen." Baik-baik saja, tapi aku harus pergi sekarang. "Ayo barengan ke kelas." Keduanya pun langsung berlari melewati koridor kampus dan memasuki kelas sejarah. "Wo seid Ihr gewesen?" Dari mana saja kalian? ujar dosen mereka seketika. "Maaf pak, kami berdua telat karena bangun kesiangan." Jawab mereka serentak dalam bahasa Jerman. "Baiklah, kembali ke tempat duduk kalian dan buka buku kalian." Mereka berdua segera mengambil tempat duduk di barisan pojok kelas. "Baiklah semuanya, hari ini kita akan membahas salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi pada tahun 2020." Seketika seluruh kelas hening. Semua orang tahu kejadian kelam itu. Bagaimana pandemi melanda seluruh dunia dan memakan korban jiwa yang sangat banyak. Namun, yang paling terlihat terpukul adalah Aldi. Bukan karena tugas tambahan yang mungkin akan diberikan dosen nya. Tetapi karena dosennya mengingatkannya akan kejadian mengerikan yang terjadi tepat 10 tahun yang lalu. Ya! Kejadian mengerikan yang menimpa Aldi dan keluarga nya.

Nächstes Kapitel