webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Teenager
Zu wenig Bewertungen
268 Chs

Rakor Program

"Astagfirullah!"

Nalesha terperangah kaget mendapati Iqbaal berdiri tepat di depan pintu kamarnya usai Ia membuka pintu. Entah ada apa, Iqbaal bahkan tersenyum cengengesan setengah 'creepy'. "Ada apa sih Bal?" tanyanya sewot kemudian keluar kamar. Tangan kanannya menenteng iPad dan jurnal, siap memimpin Rapat Koordinasi Program Perdana SP malam ini.

"Ngingetin aja, Gue kira Lo ketiduran, lupa ada schedule," jawab Iqbaal, keduanya berjalan berdampingan ke ruang rapat.

Ya, mereka bosan berkumpul di studio atau auditorium. Pun rapat ini benar-benar serius, ruangannya pun harus seperti itu.

"Gak akan lupa, orang alarm nya ini Saya pasang berkali-kali hari ini," ujar Nalesha, melirik jam tangannya kemudian, "Yang lain belum pada naik pasti. Lagi pada ngapain dibawah?" tanyanya, memeriksa situasi ramai lantai satu dari balkon.

"Itu lagi ada makanan, diriung bareng-bareng seperti biasa."

"Oh. Noer pasti?"

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com