webnovel

Sang Pembunuh Bayaran

Mercury adalah seorang pembunuh bayaran yang seperti hantu. bekerja sendiri. bahkan tak ada yang tahu identitasnya. membunuh tanpa ada yang menyadari, korbannya kebanyakan adalah para pelaku kejahatan yang memang ditarget untuk membalas dendamnya. tetapi ada seorang agen intelejen mencium identitasnya. terobsesi menangkapnya. agen intelijen itu adalah Ambrosia. dalam situasi yang tak terduga Ambrosia malah jatuh cinta pada Marvin. sosok sebenarnya dari Mercury. Ambrosia yang belum mengetahui identitas asli Mercury tak menyadari bila Marvin kekasihnya adalah Mercury sang pembunuh bayaran yang selama ini dikejarnya. akankah Mercury akhirnya tertangkap? bagaimanakah kisah cinta keduanya?

erica22 · Urban
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

Senjata Makan Tuan

Marvin berenang menuju floating Dock. Dengan perlahan dia keluar dari air. Membuka pakaian selam dan mengganti pakaiannya. Lalu pergi dengan menyalakan kode yang membuat menyala ranjau sekitar shipyard. Dengan tergesah-gesah Marvin berkendara meninggalkan markas persembunyiannya. Jam menunjukkan pukul 5 sore ketika mobil Marvin sudah masuk kembali ke jalan tol.

Tidak sampai 1 jam Marvin sudah tiba di toko komputernya. Tampaknya Indra masuk ke kamar kecil ketika Marvin masuk mengendap-endap ke kantornya. Dia mencari kotak P3K lalu mengobati luka di pelipisnya yang sudah mulai mengering.

"bos!? Aku kira tadi kantor ini kosong!" Indra mengintip jendela kantor Marvin begitu melihat lampu di ruang kantor itu menyala.

"a.. a.. aku tertidur tadi, aku sudah di sini sejak siang" kata Marvin membuat alibi.

"oya? Pantas saja. Kalau begitu aku mau keluar sebentar ya. cari makan, lapar nih" Indra mengusap perutnya.

"tu..tu..tunggu belikan aku juga nasi padang. A..a..aku juga lapar" kata Marvin

"oke"

"gu..gu..gunakan saja kartuku, be..be..belilah apa yang kau inginkan" marvin menyerahkan sebuah kartu kredit.

"asiiiik!" Indra melihat pelipis Marvin baru saja diplester bahkan darah masih tampak membekas diplasternya. "bos kenapa pelipismu?" Tanya Indra.

"aku ta..ta..tadi terjatuh saat tidur terbentur jadi luka" penjelasan Marvin

"kenapa bau laut? Seolah bos baru saja berenang di laut?" Indra menajamkan penciumannya.

"ti.. ti.. tidak! sana.. carikan aku makan" perintah Marvin membuat Indra pergi.

Marvin mengecek bau tubuhnya memang seperti air asin. Bahkan di rambut dan lipatan kulitnya masih ada sisa pasir laut. Untuk menghilangkannya Marvin bergegas mandi.

Polisi mengepung anggota mafia red rose yang sedang menembaki mansion tua di pulau terpencil. Polisi datang karena mendeteksi aktivitas Mercury di deepweb. Dan melacak lokasi IPnya dari sebuah pulau tak dikenali. Ambrosia memimpin pengejaran itu. setelah di lokasi ternyata dia menemukan para mafia dan Mansion yang sudah hancur rata dengan tanah.

"tangkap mereka" perintah Ambrosia "apa yang diincar para mafia ini?" Tanya Ambrosia pada Leo yang sudah di borgol.

"kami mengejar Mercury" jawab Leo singat

"hmm.. lalu.. kau melihatnya?" Tanya Ambrosia

"hanya drone tembakan senapan otomatis dan jebakan ranjau"

"bu.. ada mayat yang sudah terbakar di mansion itu. kemungkinan itu Mercury" kata Darius

"tidak mungkin. Dia sudah mati?" kata Ambrosia "kau akan dipenjara cukup lama akibat perbuatanmu" ancam Ambrosia pada Leo. Tetapi mafia bertubuh besar itu sama sekali tidak takut. Wajahnya tetap datar.

"tampaknya anda berhasil menangkap Mercury dalam diam. Karena dia tidak mungkin lagi bisa mengakui kejahatannya" kata Henry

"aku masih ragu pembunuh bayaran itu jenius. Dia tak mungkin menyerah begitu saja" kata Ambrosia kesal.

"kirimkan alat berat" perintah Ambrosia

"apa yang kau cari?" Tanya Henry

"ruang bawah tanah" jawab Ambrosia

"Marcos. Cari riwayat siapa yang membangun mansion ini" perintah Ambrosia pada Marcos.

"waktu di bioskop teroris itu pasti dilumpuhkan oleh Mercury. Hasil lab menunjukan sidik jari tersangka pastikan apakah identik dengan jasad yang kau temukan di mansion" kata Ambrosia pada Darius.

"apa kau sudah menemukan Belza?" Tanya Ambrosia pada Henry

"dia menghilang, tak ada yang mengetahuinya" jawab Henry

"aku yakin ini semua ada hubungannya dengan Mercury. Tampaknya dia akan kabur lagi dengan identitas baru" bisik Ambrosia. mencoba menggunakan pikiran detektifnya menyelami kasus ini.

Setelah di kantor. Ambrosia mendapat laporan dari Marcos bahwa pembangunan Mansion itu tidak ada jalur yang bisa menuju ke laut. Artinya hanya ruang bawah tanah biasa. Denah mansion itu tertulis tahun 2011.

"ini desain yang terbaru. Adakah denah mansion yang awal?" Tanya Ambrosia

"sudah hilang. Mansion itu didirikan sekitar tahun 1901. Setelah itu berganti kepemilikan berkali-kali. Hingga akhirnya terakhir dimiliki seorang pria sebatang kara bernama Baron Hergird" kata Marcos

"dimana pria itu?" Tanya Ambrosia

"dia jasad yang ditemukan di reruntuhan mansion itu bu. Jasad yang hangus terbakar itu" kata Marcos

"tidak mungkin. Dialah Mercury? Cari keluarganya.."

"dia sebatang kara. Anak dan istrinya sudah meninggal terkena wabah covid 2020 lalu" Ambrosia berfikir keras karena sepertinya ada yang salah dengan semua ini.

"lalu.. DNA di jarum itu?" kali ini Ambrosia bertanya pada Darius.

"cocok DNA Baron Hergird" kata Darius menyerahkan laporan tes DNA pada Ambrosia.

"berarti. Selama ini Mercury adalah Baron Hergrid?" kesimpulan yang plot twist bagi Ambrosia. seperti tak pernah diduganya. Pembunuh itu akhirnya dia tangkap tapi sudah mati. Banyak pertanyaan yang ingin ditanyakannya tetapi harus terkubur bersama Mercury, ternyata berakhir dengan kematian Mercury di tangan pada Mafia yang mempekerjakannya.

"mercury menyatakan heatus. Lalu dia mengundang mafia dan polisi ke mansionya. Dia hendak bunuh diri" kata Henry. "mungkin dia sudah putus asa kehilangan keluarganya" lanjut Henry.

"artinya kasus ini ditutup. Sudah terungkap begitu saja. Pelakunya sudah mati siapa lagi yang mau di tuntut?" kata Henry melirik pada Ambrosia.

"selamat.. jabatanmu akan kembali bu Ambrosia" sindir Henry

"sepertinya aku masih tertarik bekerja di sini. Anda tetap jadi wakilku" kata Ambrosia

"what? Katamu, kasus Mercury berakir maka kau akan pergi dari devisi ini" kata Henry kesal.

"aku rasa belum tuntas misteri kasus Mercury ini. Aku rasa Mercury yang asli belum benar-benar mati. Siapa tahu sekarang dia sedang duduk menikmati makanannya di tempat yang tidak kita duga" kata Ambrosia.

"yang benar saja.. kau harus memeriksakan kesehatan mentalmu bu" kata Henry.

Di tempat lain Marvin yang sedang makan nasi padang. Tiba-tiba bersin.

"iuuuuh.. bos ini.. kau sakit flu?" kata Indra melihat Marvin bersin.

"entahlah.. mu..mu..mungkin" kata Marvin mengelap hidungnya.

"a.. a… aku pulang dulu ya.. kepalaku pusing" kata Marvin lalu pergi.

"iya.. hati-hati bos" kata Indra melihat Marvin memakai jaket bombernya dan keluar toko dengan gontai.

"apa kemarin dia mabuk-mabukan?" pikir Indra.

Ambrosia masuk toko komputer dan menemui Indra yang sedang mereparasi letop.

"hai.. Indra" sapa Ambrosia. sepontan Indra terkejut karena wanita cantik itu kini ada di hadapannya menyapanya.

"wow.. nona apa yang kau perlukan?" Tanya Indra pipinya bersemu merah karena gerogi.

"aku mencari tuan Marvin ada?" kata Ambrosia

"ooh" tampak dia kecewa ternyata yang dicari bosnya. "sekitar sejam yang lalu dia pulang. Sepertinya kurang enak badan" kata Indra.

"oooh.. gitu.." Ambrosia tampak khawatir. "oke deh bye.. Indra" Ambrosia meninggalkan pemuda itu begitu saja.

Sebentar Ambrosia sudah di depan apartemen Marvin. Berulang kali dia mengetuk dan akhirnya pria tinggi itu membuka pintunya. Wajahnya tampak pucat di balik masker yang digunakannya.

"kau sakit?" Tanya Ambrosia memburu. Marvin tidak sempat menjawab ketika tubuhnya rubuh dalam pelukan Ambrosia. dengan susah payah Ambrosia memapah tubuh pria itu menuju kamar. Marvin tampak lemah dan demam.

"kau deman.. aku panggil dokter ya" Marvin menggeleng lemah "kau sakit apa?"

"pu..pulanglah.. aku baik-baik saja" bisik Marvin

"tidak aku akan merawatmu" Ambrosia bersikeras.

"pelipismu luka?" Marvin mengangguk. Diam matanya terpejam dan nafasnya lemah. Ambrosia mengecek. Tampak lengan kiri Marvin seperti ada bekas luka terbakar.

"dari mana luka-luka ini dia dapatkan?" pikir Ambrosia.

Marvin samar-samar merasakan benda dingin didadanya. Begitu kesadaranya pulih dia bergerak cepat memiting siapapun itu yang sedang meletakkan benda dingin di dadanya. Dengan gerakan cepat.

"kyaaa…"

"Marvin! Lepaskan dia dokter Noval. Memeriksa keadaanmu" kata Ambrosia melepaskan cengkraman Marvin pada dokter Noval yang baru saja akan memeriksanya.

"apa yang kalian lakukan di apartemenku" Marvin tampak berbeda.

"sepetinya dia sudah tidak apa-apa, Ambrosia. kalau begitu aku pergi" kata Dokter Noval dengan meraba lengan kanannya yang tadi terplintir oleh Marvin.

"apa yang kau lakukan? Kau menakuti dokter Noval"

"sudah aku bilang tadi pulanglah"

"tapi tadi aku lihat kau sakit dan pingsan"

"aku baik-baik saja"

"ya sudah.. aku pulang kalau begitu" Ambrosia pergi dengan kesal.

Ada yang aneh pada Marvin. Tadi dia tidak gagap? sikapnya siaga dan perlakuannya pada dokter Noval. Refleknya? Aneh. Ambrosia tetap memikirkan Marvin. Yang paling menyebalkan sikapnya dingin. Seakan apa yang mereka lakukan malam itu hanya khayalan. Apa itu karena dia sakit? Jadi sikapnya aneh?

Marvin mengumpulkan kesadarannya dan menuju dapur mencari segelas air. Tampaknya akibat aksinya di mansion itu. kesehatannya terganggu. Baru sadar dengan luka di lengan kanannya. Dia mencari salep luka bakar, dioleskan.

"bagaimana bila Ambrosia menyadarinya?" ketakutan itu muncul lagi. Dalam wujud hantu kakek Murad yang mengganggunya.

Marvin meringkuk menghindari hantu kakek murad. Yang membisikkan kekhawatirannya. Dia takut tertangkap oleh Ambrosia. sosok Mercury sudah di buatnya mati. Tetapi mengapa dia masih tidak bisa lolos dari kekhawatiranya. Marvin sekali lagi pingsan di dapurnya. Begitu sadar wajah Ambrosia sudah ada dihadapanya dengan raut khawatir tergurat dari ekspresinya.

"Marvin.. kau akan baik-baik saja?" kata Ambrosia. lalu hilang lagi kesadarannya.

Saat tersadar dia sudah di ruang VIP rumah sakit. Ambrosia tampak sedang menerima telepon. Tangan kanan Marvin terbogol. Seluruh tubuhnya nyeri dan kepalanya pusing. mengapa tangannya terbogol? Seperti tidak percaya. Ditariknya tangan kananya hingga borgol itu menimbulkan bunyi. Ambrosia berbalik menutup pembicaraan di teleponnya.

"kau sudah sadar?" Tanya Ambrosia mendekat dengan menodongkan pistol "kau Mercury kan?" wanita cantik itu menarik pelatuk dan memecahkan kepalanya.

Marvin tersentak dan membuka matanya. Ternyata semua hanya mimpi. Sebuah mimpi yang buruk sekali. Keringat membasahi sekujur tubuhnya.

"kau sudah sadar?" Tanya Ambrosia yang ternyata sedang duduk memegangi tangan kanannya.

"a..a..apa yang terjadi?" kata Marvin memperhatikan sekeliling.

"di tubuhmu ditemukan infeksi bakteri Clostridium botulinum. Mereka masuk lewat luka di pelipi itu. Untung dokter segera mengobati. Kau berhasil melewati masa kritis."

Racun Botulisme yang digunakan untuk membunuh Baron Hergird. Seorang yang dijadikan kambing hitam. Sebagai Mercury. Pria malang itu memperkerjakan Marvin merawat mansionnya. Baron yang sudah tua. Tetapi dia mulai sakit dan tentunya dengan rekayasa Mercury. Baron mati dengan racun Botulisme. Entah bagaimana mungkin akibat luka terbuka di pelipisnya, bakteri botulinum masuk dan membuatnya sakit juga. Itu namanya senjata makan tuan. Biasanya Marvin selalu berhati-hati dan menghitung dengan detail rencananya. Agar racun atau apapun yang digunakan untuk membunuh targetnya tidak sampai mengenainya.