webnovel

GEROMBOLAN ANAK PUNK

Hiruk-pikuk memenuhi halaman depan Akademi Runea. Salah satu akademi kepahlawanan yang saat ini menjadi pusat perhatian karena festival yang sedang diadakannya.

Festival yang diselenggarakan ini adalah festival yang biasa diadakan pada tanggal 4 Mei. Hari di mana para pahlawan berhasil menaklukkan konspirasi para penjahat super yang berusaha membalikkan dunia. Oleh karena itu, dalam rangka memperingatinya, setiap akademi kepahlawanan yang ada di seluruh dunia diharapkan memperingatinya dengan mengadakan festival bertemakan pahlawan super. Sekaligus mempromosikan akademi mereka masing-masing.

Sebelum pemerintah menggaungkan akademi kepahlawanan, para penjahat super sudah lebih dulu membuat aliansi atau bekerja sama dalam memuluskan aksi mereka. Dalam hal ini bukan berarti dari pihak pemerintah tidak ada manusia super, hanya saja jumlah manusia super dari pihak pemerintah tidak cukup untuk menghadapi setiap penjahat super yang bermunculan secara serentak di berbagai wilayah.

Tujuan para penjahat super yang diketahui publik saat ini adalah bahwa mereka para penjahat super berusaha menggulingkan pemerintahan dunia, berusaha menguasai dunia dan membuatnya menjadi dunia mereka para manusia super sendiri. Yang mana pada kenyataannya, di bumi, selain manusia super juga ada manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan menakjubkan seperti yang dimiliki oleh beberapa orang.

Maxvile Narizan, yang diduga sang provokator sekaligus dalang dari aliansi serta serangan-serangan sudah ditangkap. Setelah beberapa orang dengan kekuatan super bersatu dan membentuk aliansi seperti yang dilakukan oleh para penjahat super, mereka pun memberantas para penjahat super satu persatu. Dengan kerja sama mereka sesama manusia super.

Mereka kemudian menyebut diri mereka sebagai pahlawan super. Pemerintah dunia pun menyetujui. Dan secara resmi organisasi pahlawan super dibentuk. Karena keberhasilan mereka, yang tepatnya pada tanggal 4 Mei, semua orang setuju kalau hari itu dianggap sebagai hari yang spesial. Dan layak untuk dirayakan pada setiap tahunnya.

Festival pahlawan pun jadi acara yang wajib diadakan pada tanggal 4 Mei di setiap akademi kepahlawanan di seluruh dunia. Sampai saat ini, festival pahlawan masih diadakan dan sangat ramai dihadiri oleh masyarakat. Semua bersuka ria, pada acara yang memperingati keberanian dan kegagahan para pahlawan yang berhasil mengalahkan para penjahat, semua bersenang-senang tersenyum riang gembira.

Balon-balon berwarna-warni menghiasi seluruh halaman, bersama pohon-pohon yang sudah dipangkas sedemikian rupa terlihat indah ketika festival diadakan. kedai-kedai kecil dan sederhana berjejer di kiri dan kanan jalan masuk akademi. Juga beberapa diantaranya ada di sekitaran halaman.

Ada yang menjual makanan, minuman, makanan ringan semacam camilan, ada juga penjual mainan. Salah satunya boneka aksi dari sejumlah pahlawan super yang berjasa dalam memberantas para penjahat di tanggal 4 Mei. Sangat meriah. Tak lupa juga ada rangkaian tali yang melintas di atas kedai-kedai yang dihiasi bendera-bendera kecil berwarna cerah.

"Wah, ramai sekali." kata seorang anak laki-laki berambut hitam.

"Ayo kita ke sana." kata anak laki-laki yang lainnya, menunjuk ke kumpulan kedai yang menjual beragam jenis boneka aksi.

Dua orang anak laki-laki itu lalu pergi ke halaman. Mereka mendekat ke kedai-kedai di sana, sambil sesekali melirik satu dua perempuan yang sedang membagikan selebaran tentang Akademi Runea.

"Hei, jangan menatap perempuan itu terus."

"Apa sih. Ganggu saja kau ini." keluh anak laki-laki berambut biru tua.

Tanpa mempedulikan protes dari anak laki-laki berambut biru tua itu, anak laki-laki yang satunya acuh tak acuh menyeret lengan anak laki-laki berambut biru tua itu. Meski sepanjang dia diseret terus protes dengan berteriak.

"Lihat." Kata anak laki-laki berambut hitam. Pandangannya tertuju pada sebuah panggung yang di atasnya berdiri tiga pahlawan super senior. Pahlawan yang sudah berpengalaman dalam mengurus kejahatan yang kadang kala terjadi di kota.

Anak laki-laki berambut biru tua menoleh dan ikut memandang tiga pahlawan super itu.

"Wahh." katanya kagum. "Apa itu Helin sungguhan?"

Helin adalah nama asli dari pahlawan super dengan nama panggilan Helaine si cambuk cahaya. Salah satu dari tiga pahlawan super yang bersedia menghadiri festival pahlawan di Akademi Runea.

"Astaga, apa itu benar Helin?" tanyanya lagi.

"Hei, yang sopan sedikit. Dia itu pahlawan super senior. Jaga ucapanmu." kata anak laki-laki berambut hitam.

Helin merupakan pahlawan super wanita yang memiliki paras yang cantik. Penjahat kacangan yang tak memahami apapun tentang dunia saat ini tidak akan bisa mengalahkannya. Terlebih dengan cambuk cahayanya yang tak pernah meloloskan setiap penjahat yang sudah seenaknya berbuat onar.

"Hei, mana ponselmu?" anak laki-laki berambut biru tua meraba-raba anak laki-laki yang satunya. "Mana? Keluarkan."

Sambil mendorong tangan anak laki-laki berambut biru tua itu, "Hish, menyingkir dariku. Dasar menjijikan." katanya memasang wajah risih kepada anak laki-laki berambut biru tua itu.

"Cepat, aku mau minta foto dengannya." pinta anak laki-laki berambut biru tua itu. Namun perilaku memohonnya tampak seperti memaksa.

"Memangnya kau tidak bawa?"

"Aku tidak bawa. Kau bawa 'kan?"

Anak berambut hitam itu menggeleng pelan. "Tidak."

"Sudahlah." katanya putus asa. Wajahnya tampak lesu seperti kekurangan darah. Kemudian dia berbalik, dan menatap keramaian yang ada di sekitarnya.

Pada suatu momen, dia melihat sesuatu di dalam keramaian itu.

"Kau lihat itu?" tanyanya sambil menepuk-nepuk anak laki-laki berambut hitam di sampingnya. "Hei."

"Apa?" balasnya lalu menoleh.

"Ayo, sepertinya aku menemukan sesuatu." dia berjalan ke arah salah satu kedai. Anak laki-laki berambut hitam berjalan mengikuti kemudian.

"Yah, semoga yang kau temukan adalah harta karun." gumamnya.

Kedai dengan hiasan tongkat panjang dan pedang plastik yang besar adalah tempat yang dituju oleh dua anak laki-laki itu. Sesuatu, lebih tepatnya seseorang tampaknya telah mencuri perhatian anak laki-laki berambut biru tua itu.

Dalam kedai itu terdapat cukup banyak peralatan yang umumnya dipakai oleh pahlawan super. Namun, tentu saja bukan senjata sungguhan. Melainkan hanya mainan, terbuat dari bahan yang aman dan tidak berbahaya. Tentunya tidak memiliki kekuatan yang sama seperti senjata aslinya. Cukup aman jika digunakan bermain oleh anak-anak.

Beberapa bentuk mainan itu diambil dari bentuk senjata sungguhan yang dipakai baik para penjahat maupun pahlawan super. Seperti cambuk cahaya milik Helain, tongkat merah delima milik Bodant, dan masih banyak lagi. Termasuk pedang dan perisai yang menjadi daya tarik bagi penggemar abad pertengahan.

Penjaga yang melayani di kedai itu adalah seorang murid di Akademi Runea. Dia seorang perempuan. Meski sebagian besar penjaga kedai adalah seorang murid, tapi beberapa diantaranya ada juga yang berasal dari luar. Kebanyakan adalah pedagang makanan yang berasal dari luar akademi.

Dari jauh, perempuan penjaga kedai itu terlihat sibuk meladeni beberapa anak kecil yang datang bersama orang tuanya. Tertarik dengan mainan berbentuk senjata itu.

Sementara di dekatnya, seorang lelaki berpakaian punk terlihat mengambil sesuatu dari kedai perempuan itu. Kebetulan anak laki-laki berambut biru tua itu melihatnya. Ketika anak punk itu pergi menuju ke suatu tempat, menjauh dari kerumunan. Dua anak laki-laki itu mengikutinya. Terus mengikutinya berjalan melewati kerumunan orang-orang hingga akhirnya sampai di bagian belakang salah satu gedung akademi.

Di sana, dia tidak sendirian. Anak laki-laki berpakaian punk itu bersama dua temannya yang sedang berjongkok bermain kartu.

"Hei, aku mendapatkannya." katanya setelah sampai.

Dua temannya menoleh dan bangkit berdiri. "Kau serius?" tanya salah satunya.

Sedangkan yang satunya mengeceknya langsung. Sebuah kantung plastik berwarna hitam yang tampak berat. "Kau sungguh berhasil?"

"Tentu saja." katanya sambil mengeluarkan benda itu.

"Heeeh? Itu bukannya pedang emas milik Homan?" kata anak laki-laki berambut hitam. "Maksudku versi kecilnya. Setahuku itu mahal. Dia sangat beruntung dalam undian rupanya."

"Dia tidak mendapatkannya dari undian. Dia mencurinya." kata anak laki-laki berambut biru tua berbisik.

"Apa?"

Secara sembrono anak laki-laki berambut biru tua itu keluar dari persembunyiannya dan melenggang berjalan dengan santai ke arah anak-anak berpakaian punk itu.

"Yo, apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya.

"Hei, apa yang kau lakukan?" panggil anak yang satunya pelan. "Hei, bodoh."

Anak laki-laki berambut biru tua itu menoleh dan memberikan isyarat menggunakan tangannya, juga dengan seringainya yang tampak percaya diri.

Tiga anak berpakaian punk itu berbalik dan memandang menatap anak laki-laki berambut biru tua itu.

"Haah? Siapa kau?" kata salah satu anak berpakaian punk itu.

"Aku? Kalian mau tahu namaku?" jawabnya berlagak. "Aku pikir itu tidak perlu."

"Jangan berlagak, dasar bocah. Pergi dari sini sebelum kau menyesal sudah datang kemari." sebuah suara tiba-tiba muncul dari belakangnya. Dia pria berbadan tinggi dan memiliki tatapan yang menyeramkan.

Tidak lama kemudian, mulai bermunculan satu dua—lebih banyak orang di sekitar tempat itu. Mereka kebanyakan bermunculan dari belakang kedua bocah itu. Kedatangan mereka tak disadari sama sekali oleh kedua bocah itu. Dengan jumlah sebanyak itu, anak laki-laki berambut biru tua itu terlihat gugup. Matanya gemetar. Dengan kepanikan yang mulai melanda dirinya, pikirannya mulai kosong.

***

Nächstes Kapitel