Arunika keluar dari kamar, setelah ia mengambil handphone dan sling bag, gadis itu menuruni satu persatu anak tangga dan menatap kepenjuru ruangan. Helaan nafas terdengar keluar, kala rumah besar dengan gaya minimalis ini tidak memiliki kehidupan, setiap ruangannya hanya ada atmosfer dingin.
"Ah, gue mikir apa sih? Bukannya memang rumah ini memang gak punya kehidupan setelah kak Gina pergi?" Arunika tertawa renyah, benar seharusnya ia sadar semenjak kak Gina sudah tidak lagi ada dirumah semua seakan begitu hampa, hitam, gelap tanpa ada kehidupan bahkan kehangatan didalamnya pun tidak ada.
Arunika kecewa? Tentu saja dulu iya, sekarang ia sudah berhasil menerima semuanya dengan lapang dada tanpa lagi menyalakan takdir. Meski, terkadang masih sama. Bohong jika Arunika mengatakan ia tidak merindukan kehangatan keluarganya dulu, bohong jika ia tidak iri dengan semua keluarga teman-temannya dan bohong jika ia sudah melupakan Sandyakala.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com