webnovel

Rahim Pengganti

Cerita 21+ "Air mata, Kesetiaan, Kebahagian, menjadi satu dalam kisah mereka." Carissa dan Della sudah bersahabat sejak lama, mereka berdua sama sama berasal dari panti asuhan. Tapi ketika lulus SMA Della lebih dulu mendapatkan jodohnya, dan merekapun menikah. Sedangkan Carissa, harus berjuang semampunya untuk melanjutkan pendidikan agar bisa hidup lebih baik 10 tahun kemudian Carissa di pertemukan kembali dengan Della di sebuah Toko Bunga, dimana Carissa berkerja. Pertemuan itu menjadi awal dimulainya sebuah drama kehidupan untuk Carissa. Lalu Della datang meminta Carissa untuk menjadi Rahim Pengganti untuknya karena, sudah selama 10 tahun ini pernikahan Della dengan Bian suaminya belum memiliki anak. Carissa bimbang ia menerima tawaran tersebut atau tidak, apa lagi dihadapkan dengan kenyataan bahwa ternyata Bian adalah cinta pertama Carissa. Bagaimana jadinya, hubungan mereka? Bisakah Carissa mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri? Design cover by: ARCELYOS (Picture from: Pexel) Silakan follow IG aku @ochagumay24

Ocha_Gumay24 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
205 Chs

Bab 14 "Morning Istriku"

Mendengar suara pintu terbuka membuat, Bian menatap ke arah Caca yang sudah duduk di depan meja riasnya. Bian pun langsung beranjak dari tempat duduknya untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Lelahnya," ucap Caca. Wanita itu langsung merebahkan dirinya diatas tempat tidur, rasanya badannya begitu lelah. Caca bahkan sudah lupa bahwa dirinya saat ini belum makan sedikit pun.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka dengan lebar, Bian baru keluar dari dalam sana, pria itu mengosok gosokkan handuk dikepalanya. Matanya menatap ke arah sang istri yang sudah terlelap, Bian melangkahkan kakinya ke arah lemari. Namun, tindakannya terhenti ketika mengingat sesuatu. Bian kembali menatap ke arah istrinya.

"Bisa bisanya dia tertidur dalam keadaan perut lapar," gumam Bian. Pria itu segera mengambil pakaiannya, dan pergi meninggalkan kamar.

***

"Ma!!" panggil Bian.

Mama Ratih menoleh ke arah anaknya, makan malam untuk Bian dan Carissa sudah wanita itu siapkan, spesial untuk menantu kesayangannya.

"Makan dulu nak, ini udah Mama siapkan semuanya," ujar Mama Ratih.

Bian terdiam, Mamanya tidak pernah bertindak seperti ini jika Della ada di rumah ini. Dulu mungkin pernah, tapi semua berubah tidak ada kehangatan lagi di setiap kali Della datang ke rumah ini. Namun, berbeda dengan Carissa yang begitu disambut dengan kehangatan.

"Ayo panggil istrimu nak, kalian pasti belum makan, kan? Jadi sini makan dulu, baru deh tidur," ujar Mama Ratih.

"Caca tidur Ma. Mungkin dia lelah, hari ini pekerjaan kami di kantor sangat banyak," jelas Bian.

"Kamu juga sih. Orang baru menikah kemarin hari ini udah kerja, gak sopan banget kamu. Walaupun dia sekretaris kamu, harusnya kamu ngerti juga. Udah sana bawa makanan ini ke dalam kamar, bangunin Caca dulu. Suruh makan, Mama gak mau menatu Mama tidur dengan kelaparan," perintah Mama Ratih.

Lagi dan lagi Bian terdiam, bagaimana bis Mamanya bersikap seperti ini. Tidak biasanya itu terjadi, bahkan untuk Della yang sedang sakit pun kadang Mama Ratih tidak bersikap seperti ini. Bian pun segera mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh sang Mama di dalam nampan. Pria itu dengan hati hati membawa, makanan tersebut.

Tiba-tiba jantung Bia berdetak dengan sangat hebat ketika tidak sengaja melihat paha mulus Caca, pria itu terdiam sejenak. Melihat istrinya sendiri tidaklah menjadi dosa namun, entah kenapa sejak kejadian malam pertama mereka Bian merasakan ada hal yang membuat sikap Caca sedikit berubah.

"Ca, Caca bangun dulu. Kamu belum makan loh," ucap Bian sembari menggoyangkan tubuh istrinya itu. Caca terbangun, wanita itu membuka matanya dengan ekspresi terkejut.

"Ada apa Mas?" tanyanya, dengan rasa kantuk yang sangat berat. Caca mudah terbangun, oleh suara atau sentuhan kepada tubuhnya.

"Makan dulu. Saya tahu kamu belum makan sejak siang, sekarang kamu makan," ujar Bian.

Pria itu mengambil meja makan yang ada di sana, lalu membuat Caca duduk. Pria itu sedikit tidak fokus dengan bela dada Caca yang sedikit terlihat karena baju tidur Carissa yang terbuka. Dirinya yakin jika ini ulah Mama dan adiknya.

"Makasih Mas," ucap Caca.

Keduanya makan demgan diam tidak ada percakapan yang terucap dari bibir keduanya. Hanya dinginnya AC yang menemani keduanya. Caca akan beranjak dari tempat tidurnya namun, hal itu dilarang oleh Bian.

"Mau kemana?" tanya Bian.

"Mau membereskan ini Mas!!" ucapnya.

Bian menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa dirinya membiarkan istrinya berpakaian seperti ini meskipun di luar sana hanya ada Mama dan adiknya namun, tidak akan pernah boleh. Bian mengambil dan membereskan semuanya, pria itu meletakkan semuanya di atas meja. Caca ingin protes tapi tidak bisa Bian lebih dulu melarangnya.

***

Setelah selesai makan, rasa kantuk tadi seketika lenyap. Caca masih duduk dengan handphone yang ada di genggaman nya berbeda dengan Bian yang sudah memejamkan matanya. Namun, hal itu tidak berhasil. Bayangan bentuk tubuh Caca membuat pria itu tidak tenang, Bian juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu.

Ketika bersama Della, bahkan Della dengan beraninya merayunya saja Bian bisa tidak bersemangat melakukannya. Tapi lihat sekarang, hanya karena melihat bentuk tubuh Caca sesuatu di bawa sana bangkit dengan sendirian. Rasanya Bian benar-benar tidak kuat.

Pria itu beranjak dan duduk, pandangan Bian menatap ke arah Caca yang ternyata juga menatapnya.

"Kamu gak tidur?" ujar Bian.

"Udah gak ngantuk Mas. Mungkin karena udah kenyang," jawabnya dengan senyum mengembang. Melihat hal itu, semakin membuat Bian tidak bisa menahannya lagi. Pria itu mendengar danencium bibir Carissa, melumatnya dengan penuh napsu, berbeda dengan Carissa yang terkejut dengan apa yang sudah terjadi. Carissa terdiam, tidak membalas ciuman tersebut, melihat dirinya bermain seorang diri Bian mengigit bibir Carissa membuat wanita itu mau tidak mau membuka bibirnya.

Senyum iblis terpantri di sana, melihat hal itu Bian segera memasukan lidahnya, tangannya sudah tidak tinggal diam, pria itu merabah bahkan sudah meremas kedua bukit kembar milik istrinya.

Caca tersadar, wanita itu mendorong Bian. Membuat Bian terkejut dengan apa yang dilakukan oleh istrinya itu, syok itulah yang saat ini terlihat jelas di depan mata Bian.

"Aku ngantuk Mas," ucapnya lalu mengambil selimut dan merebahkan dirinya. Bian benar benar kaget dengan apa yang terjadi, apa apaan ini dirinya yang sudah ingin meledak tiba-tiba diurungkan dengan sikap Carissa seperti ini.

Helaan napas berat terdengar jelas, Bian segera beranjak dari tempat tidurnya masuk ke dalam kamar mandi dengan membanting pintu. Hal itu membuat, Caca merasakan sakit di dalam hatinya menolak suaminya bukan hal yang dimaksud Carissa. Wanita itu hanya tidak mau, suaminya menyebut wanita lain lagi.

"Maaf Mas. Hanya saja aku masih belum siap, ketika kamau menyebut nama wanita lain. Meskipun dia juga istri kamu," ucapnya dengan sesak di dalam dadanya.

***

Di dalam kamar mandi, Bian sudah gelisah pria itu haru menyelesaikan menuntaskan semuanya. Bian bermain seorang diri, hal ini sering kali dirinya lakukan. Hubungan dengan Della tidak sebaik yang orang orang lihat, dengan membayangkan sang istri muda Bian melakukannya.

"Carissa!!!" pekik Bian.

Setelah selesai dengan urusannya Bian kembali naik ke atas tempat tidur, memeluk istrinya itu dari belakang namun tangan Bian tidak bisa tinggal diam. Pria dingin, yang terlihat menyeramkan itu ternyata sangat berbeda jika bersama dengan istrinya.

Marah? Tidak Bian tidak marah dengan penolakan yang dilakukan oleh Carissa. Dirinya mengerti akan hal itu, keduanya pun tertidur dengan keadaan saling memeluk.

Pagi menjelang, rasanya ada sesuatu di sana yang membuat Caca sedikit tidak nyaman. Apa lagi ada rasa nyeri yang begitu menyengat. Di bukanya matanya, hal yang membuat Caca sedikit kaget dengan apa yang sudah dilakukan oleh suaminya itu.

Bukannya merasakan risih namun, Caca menikmatinya wanita seolah dirinya lupa bahwa pria di depannya saat ini sudah pernah melukai hatinya.

Cukup lama, Carissa memandangi sang suami, pelukan yang diberikan oleh Bian benar benar sangat nyaman membuat wanita itu rasanya tidak mau melepaskannya.

"Udah selesai menatapnya?" tanya Bian.

Caca terdiam, wanita itu tidak tahu jika suaminya itu sudha terbangun, sejak kapan. Rasanya Caca malu, seolah dirinya ditangkap basah sedang melakukan sesuatu.

"Morning istriku," ucap Bian.

###

Hai aku datang, doakan aku biar bisa update bab selanjutnya hihih. Makasih buat kalian yang sudah baca, ingat ini cerita 21+ jadi bijaklah dalam membaca. Love you guys