☘️☘️☘️
Kemudian Hee-Joong keluar dari kamar rawat Fatimah dan menanyakan tentang foto seorang kakek pada kedua orangtua Fatimah, lalu kedua orangtua Fatimah pun menceritakan masa lalu Fatimah, ternyata Fatimah keturunan Indonesia Korea ayahnya Indonesia (Sunda) dan ibunya Korea kakeknya pernah tinggal di Indonesia, pada saat kerusuhan kakeknya mengungsi dan kembali ke Korea sedangkan kedua orang tua fatimah telah meninggal dunia pada saat fatimah masih kecil, dan fatimah pada waktu itu tidak dibawa, ia dititipkan pada saudara ayahnya yang ada di Bandung, kakeknya itu bernama Park Ye-Jin. Kata orang-orang, dia sekarang sudah terkenal dan memiliki banyak perusahaan.....
Itulah sekelumit cerita masa lalu Fatimah yang diceritakan padaku. Hee-Jong mengusulkan untuk mencoba membantu Fatimah mencari Kakeknya, mereka dengan senang hati menerima usulan Hee-Joong.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Hee-Joong terus berada di Korea. Jung-Chan sibuk membatalkan dan menyusun ulang pekerjaan, Hee-Joong menggunakan kesempatan itu untuk lebih mengenal kedua orangtua Fatimah. Sebenarnya, kedua orangtua Fatimah tidak membencinya, karena kejadian yang menimpa Fatimah.
Masih sama. belum sadar, Kata Hee-Joong sambil duduk di kursi panjang di koridor rumah sakit. Ia menggenggam ponsel yang ditempelkan ketelinga dan bersandar ke dinding.
Dia ditelepon ayahnya, menanyakan keadaan Fatimah dan meminta ayahnya untuk mencari seorang kakek (Kakeknya fatimah) mungkin ayahnya pernah bisnis dengan kakek itu, "tunggu dulu siapa nama kakek itu Park Ye-Jin, sepertinya ayah pernah mendengar nama itu tapi dimana?"
"Hee-joong nanti kalau ayah ingat ayah akan langsung meneleponmu" kata sang ayah.
"terimah kasih Yah atas bantuannya."ucap Hee-Joong senang.
"sama-sama".
Sambil menarik napas panjang Hee-Joong kembali ke kamar Fatimah. Ia duduk ditempatnya seperti biasa, disisi tempat tidur. Dokter pernah berkata, bila Fatimah sadarkan diri, ia akan baik-baik saja. Masalahnya, dokter tidak tahu kapan Fatimah akan segera sadar. Gadis itu tetap terbaring dan tidak bergerak, dan belum membuka mata.
Sudah seminggu lebih Fatimah belum juga sadar, besok adalah hari Raya Idul Fitri, malamnya Hee-Joong pulang sementara ibunya Fatimah menjaga Fatimah di rumah sakit sedangkan ayah Fatimah kembali ke Hotel untuk mengambil pakaian karena besok pagi mereka harus sudah berangkat ke mesjid untuk menunaikan shalat Idul Fitri.
☘️☘️☘️
Pada waktu memasuki rumahnya Hee-Joong dikejutkan seseorang yang mengantar paket,
"Maaf, apakah anda tuan Kim Hee-Joong?"tanya seorang laki-laki muda.
"Benar, ada apa mencariku?" tanya Hee-Joong
"Ada paket dari Indonesia untuk anda, disana tertulis untuk Tuan Kim Hee-Joong."
"Dari mana anda tadi bilang?"tanya Hee-Joong kembali "Dari Indonesia". Aku bingung siapa yang mengirim paket dari Indonesia dan ada surat dari Nona Fatimah. Hee-Joong pun langsung membuka surat itu, dalam surat itu tertulis,
Assallamualaikum Hee-Joong,
Mungkin aku terlalu cepat mengucapkan hari lebaran, sebelumnya aku minta maaf atas kesalahan yang telah aku lakukan, aku tidak tahu hadiah apa yang akan aku berikan untukmu di hari yang suci maksudku Idul Fitri, aku menyuruh sahabatku di Indonesia untuk mengirimkan hadiah ini pada hari Lebaran.
Kau telah banyak membantuku, hanya ini yang bisa aku berikan, aku ingin kau memakai baju itu pada hari raya, mungkin kau akan kelihatan lebih cocok dan tampan memakainya...???
Terimakasih Hee-Joong atas kebaikanmu.
Dalam kotak itu ada sehelai baju koko putih yang dibordir khas Indonesia, sarung kotak-kota yang serasi dengn bajunya, peci putih yang juga dibordir, ada juga sebuah Al-Qur'an dan tasbih.
Apa benar ini dari Fatimah, tapi diam sejenak setelah membaca surat itu dan melihat barang tidak lupa ia berterimakasih pada si pengantar paket. Hee-Joong langsung masuk ke kamarnya, ia termenung sebentar tidak terasa air matanya jatuh, apa dia tau apa yang akan dialaminya,....lalu dia memakai baju koko peci pemberian Fatimah.
Sambil melihat dirinya yang telah memakai pakaian muslim dan peci, kau benar Fatimah aku memang cocok memakai baju ini, dan berniat untuk sholat Isya, Hee-joong pun larut dalam kekhusuan, tiba-tiba terdengar bunyi ponselnya dia langsung menyambar dan melihat layar ponsel yang menelepon adalah ibunya Fatimah dari penuturan ibunya tangan Fatimah bergerak dan matanya mengeluarkan air mata.
Tanpa pikir panjang dan langsung mengambil kunci mobil yang tergeletak, Hee-Joong langsung melaju ke rumah sakit dengan kecepatan penuh.
Setelah sampai dia langsung menyusuri lorong kamar rawat inap dan masuk ke kamar rawat Fatimah disana telah ada ayahnya Fatimah, Nenek Choy dan aku meminta ijin untuk melihat kondisi Fatimah, mereka pun keluar dari ruangan Fatimah, lalu Hee-Joong mendekati Fatimah dan memegang tangannya ini aku Fatimah bukalah matamu lihatlah aku mengenakan pakaian yang kau hadiahkan dan benar katamu bahwa dengan memakai pakaian ini aku terlihat lebih cocok dan tampan.
Aku ingin besok kita bisa sholat Idul Fitri bersama, tiba-tiba gerakannya terhenti. Ia mengerutkan kening. Apakah ia sudah salah lihat tadi? Sepertinya kelopak mata Fatimah terbuka. Tidak ia hanya bermimpi.
Tapi kemudian ia merasa tangan Fatimah yang sedang digenggam bergerak. Ia tersentak kaget dan menatap wajah Fatimah dengan jantung yang berdebar keras. Kelopak gadis itu bergerak lalu perlaha-lahan matanya membuka.
Hee-Joong merasa begitu lega sampai kakinya terasa lemas, Fatimah sadar, ia sudah sadar. Gadis itu menoleh lemas dan matanya bertemu dengan mata Hee-joong.
Kau sudah sadar, kata Hee-Joong kepadanya, "Bagaimana perasaanmu sekarang?"
Fatimah membuka mulut, tetapi tidak bertenaga untuk berbicara. Hee-Joong cepat-cepat menggeleng. "Jangan bicara dulu. Kau masih lemah. Tunggu sebentar aku akan memanggil dokter."
Hee-Joong menekan tombol merah di dekat tempat tidur dan kembali memandangi Fatimah.
Kelihatannya gadis itu masih setengah terjaga, karena matanya sesekali terpejam, lalu terbuka lagi, tapi dari matanya Hee-Joong tahu Fatimah mengenalinya.
Gadis itu memandangnya, lalu membuka mulut lagi. Hee-Joong mendekatkan telinga ke wajah Fatimah untuk menengarkan kata-katanya.
"Kau... sangat cocok.... mengenakan.... pakaian... itu"
Hee-Joong tertegun suara Fatimah memang lebih mirip bisikan tapi ia mendengar kata-kata itu begitu jelas. Hee-Joong tersenyum dan berkata pelan, "Aku tahu."
Tidak lama kemudian, terdengar pintu dibuka Hee-Joong menoleh dan melihat dokter dan perawat bergegas masuk. Ia menoleh kembali kepada Fatimah dan berkata, "Dokter sudah datang. Aku akan pergi sebentar untuk memanggil ayah dan ibumu. Kau sudah tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja.
Dengan doa dan kehendak Alloh SWT, Fatimah akhirnya sadar dan sembuh pada saat itu juga walaupun kedaannya masih lemah Fatimah sangat bersyukur sekali karena Allah SWT selalu melindunginya, dan besok pagi Fatimah dapat menunaikan sholat Idul Fitri bersama keluarganya.
Pagi harinya Fatimah kedua orangtuanya, serta Hee-Joong ikut bersama menuju mesjid untuk melaksanakan sholat Id. Ada rasa bahagia yang tiada terkira di hati Fatimah. Setelah selesai shalat Id kami berempat kembali ke rumah nenek Choy.
"Kau tahu, pada waktu kau di sekap aku sangat khawatir, takut terjadi apa-apa padamu dan aku bersyukur bahwa kamu sekarang sudah lebih baik."
Setelah sampai di rumah nenek Choy kami pun saling bersalaman saling memaafkan. Walaupu nenek berbeda agama tapi ia mau menghargai kami.
Di belakang taman yang indah ditemani semilir angin dan dibawah pepohonan yang rindang, Hee-joong ingin merencanakan niatnya melamar Fatimah.
Fatimah aku ingin mengatakan sesuatu padamu Fatimah,
Ada banyak kejadian yang telah kita lewati dan satu lagi ada seseorang yang mengirimkan sebuah surat untukmu, sambil merogoh saku celananya Hee-Joong mengeluarkan sebuah surat.
Fatimah tercengang, sambil menerima surat itu dari Hee-Joong.
"Nanti kau akan mengerti. Dan aku ingin bertanya lagi.
"Bertanya apa lagi?"
apakah kau mau menjadi anggota keluarga kami?"
Sungguh, Fatimah tidak tahu harus menjawab apa.
"Eh...maksud kamu, kau ingin aku menjadi saudaramu alias adikmu?
Dalam hati, Hee-Joong merasa geli. gadis ini betul-betul polos dan lucu.....
Sekarang tampang Hee-Joong berusaha seserius mungkin.
"Oke, sekarang pertanyaan terakhir, apakah kamu mau menikah denganku?"
Deg..deg... jantung Fatimah berdebar debar... Apa ini artinya Hee-Joong sedang melamarnya.
"Fatimah lihatlah di sekeliling kita, sangat indah bukan? Pernahkah sungguh-sungguh berdoa agar memperoleh kebahagiaan, seperti bahagianya berada di taman ini?"
Padahal dalam hati dia sangat grogi.. saat sedang melamar Fathimah.
"Aku selalu berdoa untuk itu Hee-Joong. Untuk kebahagiaan itu!"
Hee-Joong tersenyum mendengar jawaban Fatimah.
"Bacalah surat itu Fatimah," kata Hee-Joong.
Fatimah membaca surat Lee Sung-Woo yang diberikan oleh Hee-Joong kepadanya.....
Bersambung....