webnovel

Kiriman Sarapan

"Ini kiriman dari Marsya. Sarapan nikmat nan lezat juga tidak sehat untuk suaminya orang." Risha meletakkan sebuah bungkusan kresek putih yang berisi dua kotak besar di depan Galih, laki-laki yang kini menjadi suaminya.

Galih menoleh, "Lagi!"

"Kenapa? Kan enak, aku gak masakin Mas Galih lagi buat bekal di kantor."

Risha segera duduk dan meminum jus jeruk yang sudah disiapkan Bi Ojah.

"Jus jeruk buatan Bi Ojah memang sehat, beda dengan makanan buatan restoran." Sindir Risha, karena dia tahu kalau makanan kiriman Marsya buatan restoran bukan buatan sendiri. Dia kan tidak bisa masak.

"Emang kapan kamu masakin aku? Selama ini kan Bi Ojah yang masak." Kata Galih sambil tangannya membuka bungkusan, kiriman dari Marsya.

Muka Risha memerah karena ucapan Galih. "Pernah, kok! Mas aja yang lupa."

"Oh, ya! Aku lupa, aku kan sudah tua," balas Galih. Dia tidak mau bertengkar hanya gara-gara makanan kiriman.

Galih tersenyum ketika tahu isinya, semuanya kesukaannya. Marsya memang beda dengan Risha. Dia tahu makanan kesukaanku, hampir semua tahu tentang aku. Tapi... Galih melirik istrinya yang sedang menikmati roti lapisnya. Kenapa papa dan mamanya mau saja menjodohkannya dengan Risha, karena ucapan kakeknya.

"Apa liat-liat? Sudah naksir aku ya!" Ucap Risha sambil makan roti lapisnya tanpa menoleh ke Galih.

"Naksir! Hellooooooow.... siapa juga yang naksir, yang ada najis, cuih!" Balas Galih yang tak kalah sengit.

Risha tak mau balas ucapan Galih lagi, dia tidak mau bertengkar mulut dengan suami jodohnya. Nanti bisa merusak mood ketika kerja di kantor. Dia melanjutkan makan tanpa bicara lagi.

Hening, yang ada hanya dentingan sendok dan garpu dari Galih yang makan nasi goreng.

"Bi Ojah, tolong bawakan kotak makan ke sini!" Teriak Galih dari ruang makan.

"Sekalian bawakan aku roti lapis juga ya Bi," Risha juga berteriak memberikan perintah.

"Hey, ambil sendiri dong! Ngapain nyuruh bibik," Ujar Galih sedikit marah.

"Emang kenapa? Aku kan gak nyuruh kamu yang ambil, sewot banget jadi suami." Gerutu Risha.

"Dasar istri pemalas."

"Suami durhaka."

"Istri tak tahu diri."

"Playboy."

"Kampungan."

"Jelek."

"Hey, siapa bilang? Buktinya masih banyak wanita yang mendambakanku meski sudah menikah. Itu tandanya aku handsome." Galih tertawa nyengir.

"Itu karena mereka buta."

"Kau...."

Risha tertawa keras karena Galih tidak bisa membalas ejekannya. Dia berdiri dan melenggang pergi dan tersenyum penuh kemenangan.

Risha pergi ke ruang kerjanya untuk mengambil tas, ketika sampai di depan meja, ada pesan masuk. Risha malas untuk membalasnya karena notifikasinya sudah menunjukkan siapa pengirimnya.

"Bi.... mana kotak makanku?" Teriak Galih dari meja makan. Dia kesal sekali karena kalah debat dengan Risha. Entah kenapa akhir-akhir ini dia lebih sering kalah. Padahal awalnya dia selalu menang kalau masalah ejek mengejek.

"Ini Tuan!" Bi Ojah meletakkan kotak makan warna biru kesukaan Galih di samping kresek warna putih.

"Masukkan makanan di dalam kotak, yang rapi, biar makanan kiriman dari Marsya tidak rusak!" Perintah Galih.

"Baik, Tuan Muda."

Tanpa basa basi, Bi Ojah langsung sigap memasukkan beberapa sushi ke dalam kotak makan dengan memakai sumpit.

Sambil melanjutkan makan nasi goreng, Galih melirik pembantunya yang lihai pakai sumpit.

'Ternyata lihai juga Bi Ojah pakai sumpit' kata Galih dalam hati.

"Bi Ojah, mana roti lapisku?" Tiba-tiba Risha datang dari belakang punggung Bi Ojah dan mengagetkannya.

Sontak makanan yang dimasukkan Bi Ojah jatuh.

"Hey, gak liat apa. Bi Ojah sedang mengerjakan sesuatu." Teriak Galih marah karena sushi kesukaannya ada yang jatuh.

"Hadewh, berkurang nech jatah makan siang gue karena ada yang jatuh. Nanti gimana cara jelasin ma Marsya?"

Risha hanya melihat satu sushi yang jatuh, "Kenapa kamu marah? yang jatuh kan cuma satu, bukan semuanya." Risha tertawa melihat shusi kesukaan Galih jatuh.

"Meskipun satu, tapi kan berharga. Ngapain tertawa? Stres ya karena gak ada yang kirimin makanan"

"Ogah. Itu namanya kutukan dari istri setia, makanannya jadi jatuh dech! Makanya jadi suami tidak usah kecentilan."

"Siapa juga yang kecentilan! Ini namanya berkah suami tampan".

"Idih, tampan dari hongkong! Aku doain makanannya tumpah semua." Risha mulai menggoda Galih.

"Hey, doa jelek akan kembali ke orangnya," balas Galih.

"Iya iya, aku ngerti itu dari Marsya, kekasihku tersayang. Nanti aku ganti makanannya," ucap Risha yang berjalan menuju dapur untuk mengambil roti lapisnya.

"Semoga kamu jadi gendut kekenyangan, perut besar dan pipi semakin tambun suamiku tersayang." Teriak Risha dari dapur.

Wajah Galih merah karena marah. Dia berpikir kenapa kakeknya menjodohkan dia dengan wanita seperti itu. Tidak ada halus-halusnya, selalu berkata kasar, dan masih banyak lagi yang sering membuatnya jengkel sampai pingin gigit meja, tapi sayangnya giginya tidak kuat.

Huh, andai dia bisa memilih sendiri wanita yang akan menjadi istrinya. Pasti akan bahagia dan saling sayang.

"Sudah, gak usah berkhayal menikahi wanita lain kalau aku masih menjadi istri Mas Galih." Teriak Risha dengan posisi kepalanya nongol di salah satu pintu dapur. Dia terlihat nyengir dan mengatakan dengan tepat apa isi hati Galih. Tentu saja Galih menjadi salah tingkah.

Risha keluar dari dapur sambil menenteng sebuah tas, Galih sudah bisa menebak isi tas tersebut.

"Kamu tahu! Itu adalah impianku sebulan ini sejak menikahi istri jodoh." Galih membalas ucapan Risha yang ucapannya benar.

"Kalau gitu, selamat berkhayal suami jodoh," ucap Risha tertawa berjalan menuju pintu keluar.

"Dasar istri jodoh gak tahu diri." Galih setengah teriak karena kesal dengan ucapan Risha.

Segera Galih berdiri dan berjalan cepat menuju ruang kerjanya untuk mengambil tas kerja.

Bi Ojah dan Mang Diman yang melihat pertengkaran tuan dan nyonyanya dari pintu dapur hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kapan mereka bisa akur ya, Mang?" Ujar Bi Ojah.

"Entahlah," balas Mang Diman.

Sudah menjadi kebiasaan kalau tuan dan nyonya mereka bertemu seperti Tom dan Jerry. Tokoh kartun kucing dan tikus yang selalu bertengkar.

Padahal sudah sebulan tinggal bersama. Meskipun begitu, Galih dan Risha tidur berbeda kamar. Tapi, tidak ada yang berani bilang pada tuan besar.

Ketika Galih baru keluar dari rumah, dilihatnya kalau Risha sudah berangkat ke kantor. Meskipun Galih dan Risha suami istri, tapi mereka bekerja di perusahaan yang berbeda.

Tidak ada yang tahu tentang pernikahan mereka, karena Galih dan Risha hanya merayakannya dengan keluarga dekat saja.

Tentu saja alasan utamanya karena masing-masing kehidupan mereka tidak mau diusik hanya karena berita pernikahan yang tidak diinginkan. Untungnya kedua keluarga besar menyetujui meskipun awalnya keberatan.

Ketika Galih akan memasuki mobilnya, terdengar ada seorang wanita yang memanggilnya.

"Galih!"

Galih menoleh dan terbelalak melihat siapa yang datang