"Tidak perlu menutupinya. Earth sedang sedih di sana. Sekecil apapun, kalian harus segera menyelesaikannya, Moon. Bukan aku ingin membela Earth, tapi … dia memang pria yang sangat setia," ujar Sky.
"Woah … sepertinya kau memang lebih banyak tahu tentang Earth dari pada aku, ya?"
"Moon, percaya tidak percaya, aku sudah mengetahui tentangmu sejak lima tahun lalu. Ia memang sangat menyukaimu."
"HA? Lima tahun? Aku mengenalnya baru tiga tahun, Sky …."
"Kau tidak tahu, bukan?"
***
"Terima kasih," ucap Earth.
Moon hanya terseyum dan mengangguk. Keduanya masih memilih untuk banyak diam, meski sudah berbaikan. Kini mereka saling bertatapan, seperti ada sesuatu yang ditahan oleh mereka. Moon menggigit bibir bagian bawahnya, kemudian ia menunduk. Sementara Earth sedikit memiringkan kepalanya ke kiri, ingin melihat wajah Moon seutuhnya. Tangan Earth meraih dagu Moon dan mengangkatnya. Ia kini dapat melihat wajah sang kekasih seutuhnya.
"Aku merindukanmu," ucap Earth, kemudian melepas seat belt dan memajukan posisi duduknya, mendekt pada Moon.
Sementara Moon hanya diam di tempat. Meski sudah bisa menduga apa yang akan dilakukan oleh Earth, namun ia tidak ingin percaya diri dan memilih untuk diam di tempat saja. Earth menarik pelan bahu Moon dan menyatukan bibir mereka. Ia memberi lumatan lembut pada bibir Moon dan membuat Moon memejamkan mata, menikmati setiap lumatannya.
"Jangan marah lagi, ya. Aku risau jika kau seperti itu," pinta Earth, masih dengan ciumannya.
"Hm. Tidak lagi," balas Moon, kemudian melepas ciuman mereka. "Ini masih siang, nanti ada orang lewat yang melihatnya."
"Apa besok aku boleh memintanya lagi?" tanya Earth, nadanya sangat menggoda.
Moon menepuk bahu Moon, ia terlihat malu.
"Kau … tidak perlu memintanya, tinggal lakukan saja," ujar Moon.
"Terima kasih untuk hari ini. Aku masuk dulu, ya. Sampai jumpa besok."
"Aku akan menjemputmu besok," ucap Moon sebelum Earth keluar dari mobilnya.
"Siap, sayang …."
Earth diam di depan rumahnya, menunggu mobil Moon berlalu. Ia melambaikan tangan ketika mobil Moon perlahan pergi dan membunyikan klakson sebagai tanda sampai jumpa. Sudah tak terlihat lagi jejaknya, Earth akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumahnya. Hari ini rumahnya kosong, karena ibu dan ayahnya berada di toko hingga malam nanti. Ia sedikit merasa senang dan tenang karena tidak perlu bertemu dengan ayahnya, namun ia juga ingin makan masakan sang ibu.
"Duh, lapar …," keluhnya, memegangi perut sembari membuka lemari pendingin untuk melihat apakah ada bahan masakan yang bisa ia masak dengan instan. "Sepertinya aku hanya bisa makan mie instan saja siang ini dan malam nanti," gumamnya, kini beralih pada kitchen set dan membuka lemarinya.
Earth menutupnya kembali. Ia mengurungkan niatnya untuk makan dan memilih untuk ke kamarnya saja. Menahan lapar dengan tidur siang. Meski ia sudah baikan dengan Moon, namun sepertinya masih ada yang membuat dirinya unmood. Buktinya saat ini ia hanya diam dengan posisi tubuh yang telungkup di atas tempat tidur. Earth diam seperti sedang memikirkan sesuatu, namun jelas terlihat pandangannya sangat kosong. Earth seperti sedang galau saja.
"Kenapa Sky menjadi berlaku seolah tidak terjadi sesuatu di antara kami? Lalu … apa yang dikatakan olehnya kepada Moon, sehingga membuat Moon luluh dan memilih untuk berbaikan denganku?" gumamnya bertanya-tanya.
Earth mengambil ponselnya. Ia melihat status harian milik Cloud yang menunjukkan kalau dirinya tengah bersama seorang wanita di sebuah kafe. Earth tersenyum, ia sepertinya tidak percaya.
"Pria seperti Cloud sangat mustahil memiliki kekasih. Siapa yang bisa betah dan bertahan dengan sifat dan sikapnya yang seperti itu. Yang aku tahu juga, ia belum pernah memiliki kekasih selama ini," ujarnya, seolah menyepelekan Cloud.
Sementara itu, Cloud yang sedang berada di sebuah kafe bersama teman-temannya, selalu bersin dan tak henti.
"Sepertinya ada yang membicarakanmu," tukas Geo.
"Tidak tahu. Tapi lama-lama pedih juga, seperti tersedak," balas Cloud, berusaha menahan bersinnya.
"Hey Cloud, kau memposting foto kita? Bagaimana kalau adik manis itu melihatnya? Bukankah kalian sedang dekat?" tanya Five.
"Siapa adik manis yang kau maksud? Moon?"
"Siapa lagi?"
"Moon sudah berpacaran dengan Earth. Saat itu aku hanya menggodanya saja."
Cloud berada di kafe itu bukan hanya berdua dengan Five saja, namun ada Nine, Geo dan beberapa teman lainnya yang menjadi panitia saat masa orientasi pada bulan lalu.
"Lalu, siapa yang ingin kau buat cemburu dengan postingan itu?" tanya Geo menggoda.
"Tidak ada, hanya sekadar postingan saja. Aku tidak memikirkan hingga ke sana," jawab Cloud.
Rautnya tidak enak untuk dilihat. Meski tidak ada yang ingin Cloud buat cemburu, namun sepertinya ada sesuatu yang membuat hatinya kesal.
"Lagipula, aku bersyukur tidak benar-benar menyukai Moon. Dia adalah perempuan angkuh yang terlalu percaya diri."
***
HACUUUU!!!
Moon tiba-tiba saja bersin dan tak berhenti, membuatnya risih.
"Ada yang sedang membicarakanmu, sayang," ucap Mimi.
"Ma, itu hanya mitos," balas Moon, kemudian menggelengkan kepalanya.
"Tidak percaya, ya. Hmmm … istirahat, sana. Besok kau harus berangkat sebelum matahari terbit, bukan? Semoga semuanya lancar, ya … tugas Earth bisa selesai tepat waktu dengan hasil yang memuaskan."
"Iya, Mama … terima kasih, ya …."
***
Moon merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, sembari menatap layar ponselnya yang sedang melakukan panggilan video bersama Earth. Mereka memang sering melakukan panggilan video dari sebelum berpacaran. Sepertinya memang tidak pernah ada rasa bosan dari keduanya. Apalagi Earth yang terlihat sangat menyukai Moon sejak lama.
Moon diam, ia teringat pada cerita dari Sky tadi siang dan membuatnya tersenyum sendiri.
"Apa yang membuatmu tiba-tiba saja tersenyum sendiri seperti itu, Moon?" tanya Earth, yang sejak tadi memperhatikan Moon.
"Hmmm, tidak ada. Aku hanya sedang membayangkan shooting besok, Earth. Aku sangat senang membantumu melakukan project ini," jawabnya.
"Aku pribadi, serta mewakili teman-teman kelompok mengucapkan banyak-banyak terima kasih padamu, Moon. Film pendek kita pasti akan banyak disukai karena aku membawamu menjadi salah satu pemeran dalam film tersebut," ujar Earth.
"Kau lucu, ya Earth," kekeh Moon.
"Lucu? Lucu bagaimana?" tanya Earth bingung.
"Film kita ini adalah film boys love, dimana pemeran utamanya adalah kau dan Sky. Jika film itu terkenal dan disukai banyak orang, itu bukan karena aku yang menjadi salah satu pemerannya. Tetapi karena kalian berdua yang memiliki chemistri yang sangat kuat," jawab Moon.
"Hmmm, tapi … nanti orang akan mengira kalau aku … gay," keluh Earth, ada yang ia khawatirkan dari terkenalnya film itu.
"Earth … semua orang tahu kalau kau berpacaran denganku. Tidak akan ada yang menganggap kalau kau adalah seorang gay."
'Lalu … bagaimana dengan ayah ….'