webnovel

Satu

Jessie

gadis berkulit sawo matang, dengan kulit bertekstur, bekas jerawat di pipi, dan kacamata tebal yang menghiasi wajahnya.

jessie menatap malas kertas yang di suguhkan di bawah tudung nasi di meja makan.

*mama berangkat duluan. kamu masih punya uangkan*

jessie berdecih.

ibunya tidak pernah peduli. terakhir kali ibunya memberi uang adalah seminggu yang lalu dan jumlahnya juga tidak besar. jessie kembali ke kamarnya, memilih melubangi celengan berbentuk ayamnya untuk menarik beberapa lembar uang 20 ribuan.

setelah susah payah mendapatkan 2 lembar uang 20 ribuan, akhirnya jessie berangkat ke sekolah. ia berjalan ke halte untuk naik angkot. jarak dari rumah nya menuju ke sekolah lumayan jauh. setelah naik angkot ia akan menunggu bus sekolah.

jessie membiarkan orang-orang menatapnya dengan wajah yang tak enak. ia sudah biasa, di tatap seperti itu. mungkin karena wajahnya yang berjerawat dan berminyak. kebetulan juga jessie tidak pernah memakai apapun ke sekolah. mengolesi gincu di bibirnya pun tak pernah.

"kiri pak" kata jessie setelah sampai di tujuannya

"makasih pak" ucap jessie setelah memberikan selembar uang 5 ribu.

jessie berlari kecil melihat bus sekolahnya sudah tiba. ia bukan takut tak mendapat tempat duduk, tapi takut berkerumun dengan keramaian. jadi secepat mungkin ia sudah harus duduk dengan tenang di dalam bus.

"selamat pagi mang dadang" sapa jessie pada supir bus

"pagi neng jess, tumben cepet banget neng berangkatnya?"

"males rebutan masuknya mang" kata jessie mengambil posisi duduk di samping mang dadang

jessie mengeluarkan buku novelnya dan memakai headset. ia menyibukkan diri dengan dunianya sendiri sambil menunggu bus penuh.

"kayaknya jaman sekarang pada suka pake kendaraan pribadi ya neng. tumben ini bus sepi" kata mang dadang

"ia mang, udah pada gengsi paling naik bus sekolah" ujar jessie

bus sekolah pun akhirnya jalan juga, setelah kurang lebih 15 menit menunggu murid-murid yang ingin berangkat menggunakan fasilitas geratis dari sekolah.

mungkin sampai saat ini hanya jessie dan beberapa murid nerd lainnya yang masih setia menggunakan bus sekolah.

*

sesampainya di sekolah, jessie langsung berjalan menuju kelasnya.

anak-anak kelas 2, kelasnya terletak di lantai 2 gedung sekolah. Jessie selalu memakai headsetnya setiao bepergian kemanapun. ia tidak memutar musik, hanya memakainya saja. karena ingin berpura-pura tidak mendengar apapun.

"denger apa sih"

seorang cowok mencabut headset dari telinga kanan jessie dan memasangny di telinganya.

"apaan sih lo Zra!"

"lo denger apa njir? kagak ada bunyinya" cletuk pria bernama Ezra

"telinga lo budek kali. coba di korek dulu" kata jessie menarik kembali headsetnya dari tangan Ezra

Ezra dengan polosnya mengorek telinganya sendiri "kagak congekan gue" gumam ezra

Ezra berlari kecil menyusul langkah jessie. ia merangkul jessie sampai membuat gadis itu kewalahan.

"ketek lo bau anjir!" omel jessie

"ngawur ajh! deodorant gue mahal!" kata ezra tak terima

"deodorant lo bau bangke" kata jessie mendorong Ezra agar menjauh

Ezra adalah teman satu-satunya yang jessie punya. cowok tampan dengan segudang prestasi. kapten tim basket dan juga juara kelas.

dan anehnya, hanya Ezra yang mau berteman dengan Jessie. terkadang Jessie berfikir bahwa Ezra fake, ia hanya ingin kelihatan baik di depan semua orang karena tidak memilih-milih teman.

tapi untuk Jessie, membuat Ezra menjauh itu hal yang paling sulit dilakukan. Marahnya Ezra lebih bahaya daripada serangan Hewan Buas.Mulut ibu ibu tetangga di kompleks Jessie saja kalah pedas dari mulut Ezra kalau sudah ngomel.

"jauh jauh si zra!" kata jessie mendorong ezra yang masih mencoba merangkulnya

"kenapa sih? gue sebau itu ya?" tanya ezra sambil mengendus dirinya sendiri

"ck, lo itu bego atau aoa sih zra?" "lo gak liat itu fans fans lu udah melototin gue semua?"

"Lah? gue punya fans? gue seterkenal itu ya ?"

"bodo ah! cape bicara ama lo"

jessie berjalan cepat meninggalkan Ezra. sedekat apapun Jessie dengan Ezra, jessie tidak pernah bisa menebak orang seperti apa Ezra sebenarnya. keuntungan apa yang Ezra dapatkan dari bergaul dengan dirinya yang jelas-jelas berbeda jauh dari level yang setara dengan Ezra.

"jess, nih salin PR gue, sebelum pak Slamet masuk" tawar Siti

"makasih ti" kata jessie menerima buku PR yang di sodorkan oleh siti

jessie duduk dengan tenang sambil menyalin PR kimia milik siti dengan cepat. karena waktu pelajaran pertama sudah tiba.

sret.

Ezra mengambil buku PR Jessie.

"kok lo gk nyontek di gue ajh sih jess!"

"zra balikin cepet!" omel jessie sambil meloncat berusaha mengambil bukunya yang di pegang oleh ezra.

Ezra cowok dengan tinggi 180 cm, mengerjai Jessie yang hanya memiliki tinggi 165 cm. bukankah sebuah penghinaan?

"Ngapain kalian!"

'mampus' batin jessie

pak Slamet guru Kimia killer yang jessie takuti, sudah berada di dalam kelas. dengan dirinya yang baru menyalin 1 nomor.

"kumpulkan PR kalian!" perintah pak Slamet

"yang merasa tidak mengumpulkan PR langsung berdiri di depan"

jessie melihat sekelilingnya. tak ada seorang pun yang maju. dengan takut-takut jessie berdiri dan berjalan ke depan kelas.

"kenapa kamu tidak mengerjakan PR jessie?" tanya pak Slamet

"maaf pak saya semalam ketiduran pak" jawab jessie jujur

"kamu ini, sudah jelek, tidak pandai pula! mau jadi apa kamu nanti hah?" omel pak Slamet sambil mendorong kepala jessie dengan ujung tongkat yang selalu ia bawa

"maaf pak" kata jessie sambil menunduk

"lari kamu keliling lapangan 10 kali"

jessie pun segera berlari kecil menuju lapangan.

"lebih baik disini daripada di dalam" gumam jessie

jessie lebih senang di suruh keluar dari kelas pak Slamet daripada harus mengikuti pelajarannya. bukan karena Jessie tak suka Kimia, tapi ia tak suka dengan mulut pedas pak Slamet yang selalu menghina fisiknnya, bahkan meski tidak ada sangkut pautnya dengan pelajaran.

dan untuk Ezra, sudah sering ia membuat Jessie di hukum seperti ini. itulah yang membuat Jessie percaya bahwa Ezra benar-benar Fake, sama seperti murid lainnya. kecuali Siti. mungkin hanya siti yang bersikap baik pada jessie meskipun mereka tidak berteman dekat.

ssttt,, ssttt,,

Jessie berhenti berlari dan menengok ke arah suara yang seperti memanggilnya.

"saya kak?" tanya jessie

"ia lo. sini"

jessie berlari kecil menghampiri gerombolan kakak kelasnya yang habis bermain basket

"ada aoa ya kak" tanya jessie

"beliin air dingin,,, 1. 2. 3. 4,,, 10 botol ya"

"tapi saya lagi di hukum kak" kata jessie

"alah alasan aja lo. cepet beli!"

"baik kak" jessie mengambil selembar uang 50 ribu yang di berikan oleh kakak kelasnya

dengan cepat jessie berlari ke kantin, karena takut akan di cek oleh pak Slamet.

"bi, air mineral dingin 10 botol"

setelah membayar jessie segera kembali ke lapangan. namun sialnya ia malah berpapasan dengan pak Slamet yang akan kembali ke ruangannya.

"kamu! bukannya saya hukum suruh lari di lapangan!"

"maaf pak"

"ikut saya ke ruang guru!"

jessie menghela nafas panjang, lalu mengikuti pak Slamet ke ruang guru.

"berani sekali kamu ke kantin! padahal sedang di hukum"

"maaf pak tadi saya,,," belum selesai jessie berbicara, pak Slamet sudah memotong ucapannya

"banyak alasan! kamu taukan saya tuh muak, jijik liat kamu terus. berhenti buat masalah sama saya!"

"saya minta maaf pak"

"keluar kamu! hormat tiang bendera sampai jam istirahat selesai!"

jessie pun dengan pasrah keluar dari ruang guru sambil menenteng air mineral yang sudah tak dingin lagi.

jessie menahan tangisnya, ia menghampiri gerombolan kakak kelasnya yang masih berdiri di lapangan.

"kak maaf saya lama, tadi saya,,"

"lelet banget jadi adik kelas!"

"maaf kak"

"ini air kenapa udah gk dingin! kita mintanya yang dingin! kita udah nunggu lama buat sebotol air ini!"

"maaf kak biar saya ganti"

"ganti nih ganti!"

jessie basah kuyup karena di siram air oleh kakak kelasnya.

"lo apansih kak!"

"eh Ezra. kenapa? mau jadi pahlawan kesiangan?"

"ck, maksud lo apaan kak? kenapa nyiram jessie!" ezra menarik kerah baju kakak kelasnya yang bernama rico.

"dia itu jadi adek kelas gk becus, di suruh beli air dingin ajh lama, mana pas dateng airnya udah gak dingin!"

"ck! nih gue ganti!" melempar beberapa lembar uang 100 ribuan "asal lo minta maaf sama jessie!"

"Ezra! apaan sih! gk usah ikut campur!" jessie memungut uang ezra dan memasukannya di saku baju Ezra

"tuh denger, cewek lo ajh bilang jangan ikut campur" kata rico

"Hei! Ngapain Kalian!"

"kali ini lo selamat ya zra!" ucap rico lalu pergi bersama gerombolannya.

"lo gpp?" tanya Ezra pada jessie

"buta ya mata lo! ini semua gara gara lo!"

jessie meninggalkan Ezra dan menjalankan hukumannya, memberi hormat pada tiang bendera sampai jam istirahat berakhir.

Nächstes Kapitel