webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
145 Chs

89 - 10 Juni x Tantangan x Hisoka

Pertandingan antara Gon melawan Sadaso dimenangkan langsung secara multak oleh Gon tanpa bertarung sama sekali dikarenakan Sadoso tidak hadir dalam pertarungannya sama seperti pertarungannya saat melawan Killua.

Lalu semenjak hilangnya jejak Sadaso, sudah hampir sebulan, Gon, Killua dan Lucia terus latihan Nen tanpa henti di apartemennya Wing dan keesokan harinya adalah pertarungan Gon melawan Gido untuk kedua kalinya juga pertarungan Killua melawan Riehlvelt.

Wing : Bagaimana perasaan kalian? Gon-kun, Killua-kun, apa kalian siap untuk pertandingan kalian besok?

Gon dan Killua : Ya!

Killua dan Gon tersenyum penuh percaya diri.

Wing : Karena Gon-kun akan melawan Gido untuk yang kedua kalinya, jadi tidak perlu dinasehati lagi.

Wing membetulkan kacamatanya.

Wing : Apa kau punya rencana?

Gon berkata kalau kali ini dia akan menggunakan alat pancingnya untuk melawan Gido. Dia juga memperagakan gaya orang yang sedang memancing. Wing yang mengerti pun tersenyum.

Keesokan harinya, dimulailah pertandingan antara Gon melawan Gido. Kali ini penonton yang datang untuk menonton pertandingan Gon menjadi dua kali lebih banyak dari pada pertandingan pertama Gon saat melawan Gido.

Di tengah-tengah pertandingan, Gon berhasil memecahkan trik gasing yang digunakan oleh Gido dan menghancurkan kaki palsunya Gido yang terbuat dari besi yang dibuat untuk menjadi gasing.

Gido yang kehilangan kaki palsunya tidak dapat melanjutkan pertandingannya lagi, sehingga Gon pun berhasil memenangkan pertandingannya tanpa bersusah payah.

Diakhir pertandingan, Gon sedikit berteriak keras ke arah Gido. Ternyata dia sangatlah marah atas rencana dan niat buruk yang dilakukan oleh Gido, Sadaso dan Riehlvelt terhadap Zushi.

Gon : Jika kau berniat melakukan apapun agar bisa bertanding melawanku, aku pun tidak akan perduli maupun berkomentar. Tapi jika kau sentuh temanku, aku tidak akan ragu-ragu menghajarmu sampai habis!

Gido pun gemetaran saat melihat Gon yang mengamuk. Dia merasa takut. Setelah itu, Gido pun langsung jatuh pingsan. Dari arah penonton terlihat Lucia, Killua, Zushi dan Wing sangat menikmati pertandingan Gon dan mereka pun tersenyum lebar.

Sedangkan penonton lainnya tidaklah berhenti untuk bersorak. Disamping itu, Hisoka yang juga menonton pertandingan Gon melalui monitor TV yang berada di arena lantai 50 pun tersenyum cukup lebar.

-Di kamarnya Gon-

Lucia yang dibantu oleh Zushi sedang membalut punggung tangannya Gon yang terluka akibat menghancurkan kaki besinya Gido.

Lucia : Gon, selamat ya! Kau sangat keren sekali tadi! (tersenyum)

Gon : Terima kasih, tapi Lucia, Zushi maaf telah merepotkan kalian.

Lucia : Tidak masalah, lagian aku sangat mengerti akan perasaanmu itu. Kau pasti sangatlah kesal.

Zushi : Gon-kun, demi membantuku untuk membalaskan dendam, maaf telah membuat tanganmu terluka. Tapi terima kasih (sambil menundukkan kepala)

Gon : Tidak apa, Zushi. Sekarang aku sudah merasa sedikit lega. Berikutnya pertandingan Killua, ya?

Zushi : Semangat ya, Killua-kun!

Gon : Semangat! Kita akan menontonmu dari kursi penonton!

Killua : Ini akan mudah dan pastinya membosankan (tersenyum)

Gon tersenyum kaku saat melihat ke arah Killua yang santai dan Zushi secara bergantian. Dia melihat Zushi sedikit merasa tercengang saat mendengar perkataan Killua.

Lucia : Kalau begitu, sini biar aku saja yang menggantikanmu untuk bertarung, oniichan (semangat)

Killua : Dou yatte? (Bagaimana kau melakukannya?)

Lucia : Itu mudah soalnya kita terlihat seperti kembar karena dari segi tubuh dan wajah kita ini kan sangatlah mirip, jadi biarkan aku yang menggantikanmu melawan si kursi roda (Riehlvelt) itu, ya? (berharap)

Killua berpikir sejenak. Dia melihat Lucia sedang menatapnya dengan tatapan memelas dengan gaya kucing yang manja.

Killua : Dame da (Tidak boleh.)

Lucia : Eh?! Doushite da?! (Eh?! Kenapa?!)

Killua : Kalau kamu yang melawannya, dia pasti mati. Kalau pun tidak, tapi nantinya dia pasti akan kabur dan Gon tidak akan dapat kebagian untuk bertanding melawannya.

Lucia : Hm, kalau begitu, Gon duluan saja, setelah itu baru oniichan (masih mata memelas)

Gon hanya bisa tersenyum kaku saat melihat kedua sahabatnya berdebat. Sedangkan Zushi yang pertama kali melihatnya hanya bisa tercengang. Dia merasa kebingungan saat melihat kelakuan Lucia ketika membujuk Killua.

Killua : Tidak. Aku berubah pikiran, sepertinya aku ingin melawannya.

Lucia : Baiklah (tersenyum menyerah)

Selesai pertandingan, terlihat Killua sedang berjalan santai di koridor dan hanya di sambut oleh Gon yang tersenyum sangat lebar.

Gon : Nice, Killua! (sambil mengacungkan jempolnya ke atas)

Killua tersenyum senang ketika mendapatkan pujian dari Gon. Dia menunjukkan sebuah pose tanda peace sambil mengedipkan satu matanya.

Killua : Kau sendirian saja?

Gon : Iya, Lucia bilang dia mau membelikanmu chocorobo sebagai hadiah kemenanganmu.

Killua : Hee (tersenyum sangat lebar) Selanjutnya kau kan, Gon? Kau akan bertarung dengannya 6 hari lagi, bukan?

Gon : Iya! Berikutnya tanggal 10 Juni.

Killua memperingatkan Gon untuk tidak melakukan seperti apa yang dia lakukan olehnya tadi karena apa yang tadi dia lakukan hanya bisa dilakukan olehnya saja. Gon pun mengangguk tanda mengerti dan berkata akan melakukan alternatif lainnya untuk mengalahkan Riehlvelt.

Killua penasaran dengan cara dan rencana apa yang akan dilakukan Gon untuk memenangkan pertandingan. Gon hanya berkata bahwa dia mempunyai sebuah ide. Killua pun tersenyum.

Killua : (Di dalam jiwanya, ternyata dia juga ikutan bertarung saat melihatku bertarung tadi. Sudah kuduga, dia juga suka bertarung.)

Tiba-tiba dari arah belakang, terlihat Hisoka tersenyum sangat licik. Baik Gon maupun Killua tidak menyadari keberadaan Hisoka yang sedang memerhatikan mereka yang sedang berjalan menuju ke kamarnya Gon.

Hisoka menyadari ada seseorang sedang berjalan ke arahnya pun langsung menoleh. Dia melihat Lucia sedang berjalan santai mendekatinya sambil membawakan kantong kertas yang berisi chocorobo.

Lucia : Hisoka, kau sedang menungguku ya? (Mana mungkin, aku tahu dia sedang mengamati Gon, tapi entah kenapa setiap kali melihatnya aku ingin sekali menggodanya. Hehe..)

Hisoka hanya menatap Lucia dengan sinis lalu berkacak pinggang. Dia mengangkat kedua bahunya ke atas dan tersenyum tipis. Kemudian melewati Lucia begitu saja.

Lucia : Hisoka...

Hisoka berhenti melangkah tanpa menoleh ke arah Lucia sedikit pun.

Lucia : Setelah pertandingannya melawan si kursi roda itu. Kau pasti akan menemuinya, kan? Dan aku sungguh sangat menantikan wajahmu itu akan ditinju olehnya. Hehehe..

Hisoka menoleh sedikit lalu tersenyum tipis.

Hisoka : Hm. Apa begitu?

Lucia : Entahlah, coba tebak? (menyeringai)

Tanpa menunggu jawaban dan responnya Hisoka, Lucia langsung pergi meninggalkan Hisoka yang berdiri di tempatnya. Hisoka terus memerhatikan Lucia sampai dia menghilang dari arah belokan. Setelah itu, Hisoka pun kembali berjalan sambil menunjukkan ekspresi tersenyumnya yang sangat menyeramkan.

-10 Juni-

Pertandingan Gon melawan Riehlvelt akan segera dimulai. Kursi penonton sudah penuh dan tidak tersisa sama sekali. Terlihat Killua dan Lucia duduk ditengah-tengah para penonton lainnya yang berada di bagian lima dari depan.

Di samping itu, Wing dan Zushi duduk terpisah dari mereka. Mereka duduk di kursi penonton yang berada di bagian belakang. Terlihat Hisoka ikut menyaksikan pertandingan Gon. Dia berdiri di dekat pintu masuk dan keluarnya arena pertandingan.

Komentator : Setelah kalah dari Killua, catatan Riehlvelt yang 5-3 membuatnya tidak punya banyak kesempatan. Seperti kau ketahui, setelah kalah 4 kali, kau akan dikeluarkan. Kau akan memulainya dari awal lagi.

Riehlvelt menatap serius dan tajam ke arah Gon. Dia sudah bersiap-siap untuk langsung menyerang pada saat wasit meniup peluitnya.

Komentator : Tampaknya dia waspada pada kecepatan Gon dan juga dia sudah mengeluarkan ular cambuk listriknya.

Gon sedang melakukan pemanasan sebelum wasit meniupkan peluitnya.

Komentator : Sementara itu, hari ini Gon tidak membawa alat pancingannya... Seperti apakah rencananya?

Wasit meniupkan peluit dan bertanda pertandingan telah dimulai. Sesuai cerita aslinya, Gon berhasil memenangkan pertandingannya. Setelah Gon menyelesaikan pertandingannya saat melawan Riehlvelt, dia berjalan ke arah pintu keluar arena pertandingan.

Langkah kakinya terhenti sejenak saat dia melihat sesosok yang tidak asing baginya sedang berdiri bersandar di tembok koridor sambil bertepuk tangan pelan.

Orang itu tersenyum licik menyeramkan. Seolah-olah mengetahui dirinya telah disambut, Gon tidak terkejut sama sekali melainkan wajahnya langsung berubah serius.

Hisoka : Iyaaa~ omigoto (Wuiiih~ kerja bagus.)

Hisoka menghentikan tepuk tangannya.

Hisoka : Aku bisa melihat kemajuanmu dari pertandinganmu yang sebelumnya.

Gon terpaku diam ditempatnya.

Hisoka : Kau bebas memilih tempat dan waktu pertandingannya.

Hisoka bangkit dari sandarannya, dia membelakangi Gon lalu tersenyum licik. Tanpa menoleh sedikitpun, dia melirik Gon hanya dengan sudut matanya.

Hisoka : Kapanpun itu aku siap jadi lawanmu.

Setelah itu, Hisoka meninggalkan Gon begitu saja yang masih terpaku diam ditempatnya. Gon hanya memandangi punggung Hisoka yang semakin menjauhi darinya. Tanpa sadar matanya bergetar dan dia juga menggepal erat tangannya.

-Bersambung-

☆Dukung Author dengan Vote dan Komentar☆