Malam hari di tengah-tengah gunung, Gon, Killua, Lucia dan Kaname berlari menuju ke arah utara.
Kaname : Anu, mau sampai kapan kita terus berlari seperti ini?
Lucia : Kenapa? Segini saja kau sudah kelelahan? Dasar lemah!
Gon : Kata paman NPC, jika kita pergi ke arah utara, kita akan sampai ke tempat tujuan kita, kan?
Killua : Benar. Terus dia menyuruh kita untuk tetap waspada karena akan ada banyaknya bandit yang bermunculan di sepanjang jalan.
Lucia : Aku sudah tidak sabar ingin bertemu para bandit! Oi bocah, jadilah umpan ya! Hihihi...
Kaname : Eh?! Lucia-san jahatnya, kenapa selalu aku sih?!
Lucia langsung menoleh ke arah samping, dia tersenyum menyeramkan dan menatap tajam ke arah Kaname yang berusaha menyimbangi langkah kakinya Lucia supaya tidak ketinggalan.
Lucia : Jadi kau tidak mau, hm?
Kaname : I-iya, baiklah. Hiks.
Lucia : Bagus! Bagus! Hihihi..
Lucia tersenyum lebar. Kaname yang sedikit takut dengan Lucia hanya bisa menerimanya dengan pasrah saat diperlakukan seenaknya oleh Lucia.
Gon dan Killua yang berlari di depan mereka hanya bisa tertawa geli. Gon tiba-tiba berhenti berlari dan melompat ke atas pohon. Killua juga ikut melompat ke atas lalu berdiri di samping Gon. Lucia dan Kaname mendongakkan kepalanya melihat ke arah Gon.
Lucia : Ada apa?
Gon membalikkan tubuhnya dan diikuti oleh Killua. Setelah itu, Gon melihat lurus ke depan. Killua, Lucia dan Kaname refleks mengikuti arah pandang Gon.
Gon : Apa yang musti kita lakukan terhadap orang itu? (sweatdrop)
Tampak Biscuit yang berhasil mengikuti mereka sampai sini sudah berdiri tidak jauh dari mereka.
Killua : Biarkan saja dia. Nanti dia juga bakalan bosan sendiri jika terus mengikuti kita seperti ini. Lagian jika bandit muncul nanti, kita bisa biarkan dia terkepung saja untuk menyingkarkannya.
Gon : Bukannya itu sedikit terlalu kejam?
Killua : Apa yang kau bicarakan? Dia kan juga pengguna Nen. Jika terjadi hal gawat, setidaknya dia bisa kabur, kan?
Gon : Begitu, kah?
Lucia : Tapi bagaimana kalau kita manfaatin saja dia?
Kaname : (Uwa, lihat sifat iblisnya keluar sudah.)
Lucia langsung melirik ke Kaname yang buru-buru melihat ke arah lain.
Gon : (Ternyata Lucia juga sama kejamnya seperti Killua ya.)
Lucia : Kalian masih ingat bagaimana caranya kalian membayar hutang kalian, kan?
Kaname : Eh?
Killua : Kenapa kau tiba-tiba bahas itu lagi?!
Gon : Hm, caranya belajar Nen dari seseorang ya?
Lucia : Benar. Dan orang yang sejak tadi mengikuti ini adalah orang yang sangat tepat untuk mengajari kalian.
Killua : Itu tidak mungkin.
Lucia : Kenapa itu tidak mungkin?
Killua : Karena bukannya dia terlihat seperti nona yang manja, kan? (merasa ragu)
Lucia hanya tersenyum lebar menanggapi jawaban Killua. Dia berjalan perlahan ke arah Biscuit. Sejenak Killua dan Gon hanya saling pandang, kemudian memerhatikan apa yang akan dilakukan oleh Lucia. Biscuit buru-buru langsung menyembunyikan dirinya di balik pohon besar dan sedikit mengintip ke arah depan.
Biscuit : (Kali ini mau bagaimana pun caranya, aku harus berhasil bergabung dengan mereka!)
Lucia : Kenapa kau bersembunyi begitu?
Biscuit keluar dari balik pohon.
Biscuit : Anu...
Biscuit mulai berakting. Dia bersikap polos dan imut. Tiba-tiba Lucia memegangi tangannya lalu menariknya ke tempat Gon, Killua dan Kaname. Biscuit sedikit kebingungan. Dia hanya mengikuti Lucia dalam keadaan diam.
Lucia : Nah, mulai sekarang, dia bagian dari tim!
Biscuit : Be-benarkah?! (mata berbinar)
Killua : Ck.
Gon dan Kaname hanya bisa tersenyum kaku. Biscuit tidak merasa senang dengan sikap Killua. Meskipun dia tersenyum manis, dia berusaha menahan emosinya.
Biscuit : (Bocah ini... Beraninya dia berdecak lidah padaku! Kupotong lidahmu nanti! Grrr...) Mo-mohon bantuannya...
Gon : Iya, mohon kerjasamanya ya! Namamu siapa? Aku Gon. Yang disampingku ini Killua. Lalu Kaname-san. Dan yang disampingmu itu...
Lucia : Aku Lucia. Salam kenal ya (tersenyum)
Killua hanya menatap Biscuit dengan malas.
Kaname : Ha-halo...
Biscuit : Ah, aku Biscuit Krueger. Kalian bisa memanggilku dengan Biske saja ya.
Lucia : Wah, nama panggilan yang imut ya, Biske-san. Hihihi..
Biscuit : Begitu, kah? Hohoho.. Tidak perlu pakai "-san."
Lucia : Baiklah, Biske (tersenyum)
Killua : Dimananya sih yang imut? (bergumam)
Gon dan Kaname : (Itu kedengaran Killua) *tersenyum kaku*
Biscuit : (Dasar bocah sombong sialan, lihat saja pasti akan kubunuh nanti!)
Biscuit hanya bisa tersenyum sambil menahan emosinya. Tiba-tiba mereka sudah terkepung oleh para bandit yang bersembunyi di balik pohon. Gon, Killua dan Kaname langsung bersikap dengan cukup waspada.
Biscuit : (Hmm, bocah (Lucia) yang ada di sampingku ini tidak seperti mereka yang terlihat waspada. Dia cukup tenang, apa karena dia percaya diri dengan kekuatannya?)
Gon dan Killua sudah tampak bersiap untuk bertarung jika para bandit datang menyerang, akan tetapi tiba-tiba kumpulan para bandit itu langsung bersujud di hadapan mereka.
Para bandit : Tasukete kudasai! Onegai Shimasu! (Tolong bantu kami! Kumohon!) Uhuk uhuk uhuk.
Hanya Gon, Killua dan Kaname yang tampak kebingungan. Sejenak mereka tercengang. Kemudian saling memandang, lalu kumpulan para bandit itu langsung membawa Gon dan lainnya ke rumah gubuk mereka.
Di dalam rumuh gubuk ada seorang anak kecil sedang berbaring kesakitan. Salah satu dari kumpulan para bandit ini menjelaskan jika anak kecil ini sedang terjangkit sebuah penyakit endemik yang hanya ada di pulau mereka ini. Penyakit ini berupa demam dengan suhu tubuh yang terus meninggi dan batuk tak berhenti hingga sesak nafas lalu pada akhirnya mati.
Bandit itu mengatakan bahwa nyawa anak kecil ini hanya tinggal sebulan lagi. Mereka berkata untuk mendapatkan obat itu hal yang mustahil karena obat sangatlah mahal dan mereka tidak memiliki uang sepeser pun. Dan parahnya, semua bandit juga sudah terinfeksi dan menjadi susah bekerja sebagai bandit yang benar.
Sehingga para bandit pun terpaksa meminta bantuan kepada siapapun yang datang atau mereka temukan (para pemain) di tengah gunung ini untuk dicarikan obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang dapat menolong mereka.
Gon yang sejak tadi mendengar cerita yang cukup mengharukan baginya dari para bandit menunjukkan ekspresi serius dan berpikir keras. Dia juga merasakan sedikit rasa kasihan. Killua yang merasa Gon mulai sedikit terperdaya langsung berbisik menyadarkannya.
Killua : Gon, ini juga bagian dari game.
Lucia : Ini salah satu quest yang biasa terdapat di dalam game. Jika kau bisa membuat clear, maka kau pasti akan dapat hadiah, Gon.
Kaname : Itu benar.
Gon : Eh? Oh, begitu ya? Aku pikir ini nyata (sweatdrop, tersenyum kaku)
Biscuit : Kau sungguh polos ya.
Lucia : Jadi, apa kau akan menerima quest ini Gon?
Sejenak Gon melihat ke arah teman-temannya.
Bandit 1 : Kumohon! Jika begini terus anak ini akan mati dalam dua atau tiga hari lagi! Uhuk, uhuk, uhuk.
Istri bandit 1 : Apakah kau bersedia memberikan kami uangmu? T_T (menangis deras)
Gon : Bagaimana ini, Killua?
Killua : Biasanya di dalam game RPG, jika kau penuhi syarat dan permintaan mereka, maka mereka akan memberimu item khusus atau informasi.
Gon : Emm, berapa banyak uang yang kalian butuhkan?
Bandit 2 : Kami mengumpulkan cukup banyak yang kami dapatkan dari desa, tapi kami masih membutuhkan sekitar 80.000 jenni lagi! T_T (menangis deras sambil menghapus air matanya dengan sapu tangan)
Gon : Itu hampir semua uang yang kita miliki, kan?
Killua : Aku curiga mereka mungkin secara otomatis sudah tahu berapa uang yang kita miliki ya? Dasar!
Tiba-tiba Killua terbesit satu ide licik. Dia langsung menoleh ke belakang tepatnya ke arah Lucia yang sedang duduk manis dipojokan bersama Biscuit dan Kaname.
Killua : Luci! Pinjam uang! Nanti aku ganti!
Gon langsung sedikit tersentak kaget.
Gon : Eh? Killua itu... Um, Lucia tidak perlu (panik)
Killua : Tidak apa, tidak apa.
Belum sempat Lucia membalas ucapan Killua, Biscuit langsung menyelanya dengan cepat.
Biscuit : Anu...
Gon, Killua, Lucia dan Kaname langsung melihat ke arah Biscuit yang tersenyum manis.
Biscuit : Jika 80.000 jenni, aku pikir aku bisaー
Killua yang masih belum menerima kehadiran Biscuit di timnya, dengan cepat langsung memotong perkataan Biscuit.
Killua : Ah, sudahlah itu tidak perlu! Apa kau bisa diam saja di situ sebentar?!
Biscuit pun langsung diam dan tersenyum sambil berusaha menahan emosinya.
Biscuit : (ANAK SIALAN INI! AKAN KUBUNUH!)
Killua langsung menatap Lucia. Lucia menatap tajam Killua lalu menghela nafas.
Lucia : Ya, baiklah aku mengerti. Dasar kakak tukang palak. Sebagai gantinya, aku minta darahmu. Lalu satu permintaan khusus tapi akan kutagih nanti!
Killua : Oke. Setuju (menyeringai)
Gon hanya bisa tersenyum kaku.
Lucia : BOOK! Gon, aku bayar setengah saja ya. Sisanya kau yang bayar sendiri.
Lucia mengambil 4 buah kartu "uang" senilai 10.000 jenni dari bindernya.
Lucia : Ini total 40.000 jenni.
Gon : Terima kasih Lucia. Nanti aku ganti ya. BOOK.
Gon mengeluarkan 4 buah kartu "uang" dari bindernya.
Gon : Ini semua 80.000 jenni-nya. Silakan.
Bandit 1 : Te-terima kasih banyak! Dengan begini, anak ini akhirnya akan diselamatkan! T_T (menangis deras) Uhuk, uhuk, uhuk!
Anak kecil : Ugh. Ugh.
Bandit 1 : Ada apa anakku?!
Anak kecil : Aku... Aku kedinginan... Dingin sekali, ayah.
Bandit 1 : Bertahanlah! Para wisatawan baik hati ini memberikan kami uang! Besok kita bisa membelikan beberapa obat untukmu! Berjuanglah!
Namun anak kecil itu masih bergumam kata kedinginan berulang-ulang kali. Para bandit melihat Gon dan Killua sambil menangis dan juga batuk bersamaan. Terpaksa Gon, Killua dan Kaname menyerahkan baju luar mereka. Setelah itu, Gon dan lainnya keluar dari rumah gubuk tersebut. Di sepanjang jalan Killua terus mengeluh. Dia merasa sangat kesal sekali.
Killua : Sialan! Jelas sekali mereka menipu kita!
Gon : Mereka benar-benar mengambil semua barang yang kita punya ya.
Kaname : Kita dirampok ya.
Lucia : Namanya juga bandit.
Setelah beberapa menit kemudian mereka berhasil menuruni jalan pegunungan dan akhirnya mereka menemukan jalan keluar. Mereka tiba di daratan tinggi yang ada banyak sekali bebatuan tinggi dan besar.
Killua : Daerah berbatuan ya?
Kaname : Katanya setelah keluar dari pegunungan... (sedikit merasa cemas)
Gon : Ada banyak monster! (kembali semangat)
Killua : Ayo pergi berburu! (menyeringai)
Gon dan Killua langsung melompat turun ke bawah tanpa menunggu yang lainnya. Pada saat mendarat, tiba-tiba muncul beberapa monster giant dari balik bebatuan besar dan tinggi itu.
Gon dan Killua terkejut. Monster itu berbadan besar dan hanya memiliki satu mata. Monster giant membawa pentungan kayu besar sebagai senjata mereka.
Gon : Tiba-tiba dari mana datangnya mereka?!
Satu monster giant mengarahkan pentungan kayunya ke arah Gon dan Killua, refleks Gon langsung melompat ke arah samping kiri dan Killua ke arah samping kanan. Serangan monster itu pun meleset sehingga menghantam daratan bebatuan yang keras hingga hancur.
Tidak ada kesempatan untuk membuat Gon dan Killua untuk berpikir atau pun menyusun rencana, karena monster giant lainnya langsung datang menyerang mereka tanpa henti. Gon dan Killua hanya bisa terus melompat untuk menghindari serangan mereka.
Lucia dan Biscuit yang hanya diam menonton dari atas pun langsung saling melompat ke arah yang berlawanan karena satu monster datang menyerang mereka.
Kaname yang ketakutan hanya bisa gemetaran. Dia langsung berlari masuk ke dalam gunung dan mengaktifkan Nen transparannya untuk menyembunyikan dirinya di balik pohon besar.
Killua : Apa mereka ini level musuh yang keluar pada awal game?!
Gon : 1, 2, 3, 4... Menakjubkan! Mereka ada banyak sekali!
Monster giant : UWOOOOO!!!
Satu monster giant meninju daratan, dengan cepat Gon dan Killua menghindar. Lalu, Gon melompat dan memusatkan aura Nen pada kepalan tangannya dan meninju wajah monster itu. Sedangkan Killua mencoba menendang keras perut monster itu. Akan tetapi, gagal.
Monster itu langsung berteriak marah dan bermaksud untuk membalas pukulan Gon dengan mengayungkan pentungan kayunya ke arah Gon. Gon bermaksud ingin melompat untuk menghindari serangan tersebut. Akan tetapi, tekanan angin dari petungan kayu itu cukup kuat.
Gon : (Ga-gawat, aku tidak sempat menghindar! Anginnya kuat sekali! Jika terkena serangan itu, aku pasti...)
Lucia : GON MENUNDUKLAH!
Gon : Eh?!
Gon langsung menunduk 90°. Serangan kilat dari pedang darah Lucia yang datang dari belakang langsung menembus mata monster itu. Monster itu langsung berteriak histeris sambil memegangi matanya yang berdarah.
Dalam hitungan detik, monster giant itu langsung berubah menjadi kartu. Killua dan Gon yang menemukan titik lemah dari monster giant itu langsung tersenyum lebar. Dalam sekejap mata, mereka berhasil mengalahkan semua monster giant itu hingga tak bersisa satu ekor pun.
Killua dan Gon : Yay! (saling mengetos)
Gon : Lucia, yang tadi terima kasih ya!
Killua : Kita tertolong berkatmu, Luci!
Lucia hanya tersenyum.
Lucia : Tapi ini bukan berkatku. Ini kan idemu, oniichan.
Killua : Aku?
Gon : Killua, kau hebat!
Killua : Tapi memangnya aku membantu apa?
Lucia : Lho, oniichan kan yang berpikiran jika kelemahan monster itu ada pada matanya, bukan?
Killua : Ah, padahal aku hanya menebaknya saja, tapi kau yang membaca pikiranku dan langsung mencoba menyerangnya itu yang hebat.
Lucia hanya tertawa kecil.
Gon : Lho? Mana Kaname-san?
Lucia : Kaname, sudah aman! Cepat turun sini!
Kaname yang mendengar teriakan Lucia keluar dari persembunyiannya. Biscuit yang merasa sedikit tertarik dengan kemampuan misterius Lucia memerhatikan Lucia lekat-lekat.
Biscuit : (Hm, tidak aku sangka anak ini mempunyai kekuatan yang sedikit unik...)
Lucia yang menyadari tatapan menusuk yang diberikan Biscuit untuknya pun menoleh lalu tersenyum, Biscuit membalas senyuman Lucia.
Lucia : Baiklah, ayo kita kembali berburu!
Killua dan Gon : OH!! (mengangkat tangan tinggi-tinggi penuh semangat)
Kaname : Oh... (hanya mengangkat tangannya sedikit karena tidak begitu tertarik)
Tiba-tiba dari depan mereka muncul seekor kadal yang sangat besar sekali. Mereka pun langsung berlari terbirit-birit dikejar sama kadal besar itu.
Lucia berhenti berlari, dia memberanikan dirinya. Pada saat dia membalikkan tubuhnya dan bermaksud ingin membelah kadal itu, tapi rasa jijik tiba-tiba muncul.
Kadal itu semakin mendekat ke arahnya. Lucia yang panik akhirnya memilih untuk menyerah dan kembali berlari cepat. Gon, Killua dan Kaname yang bersembunyi di balik batu besar hanya diam melihat kadal besar itu mengejar Lucia. Mereka menghembuskan nafas lega karena kadal itu hanya fokus mengejar Lucia.
Killua : Apa monster itu sudah pergi?
Gon dan Kaname hanya mengangguk pelan. Sedangkan Biscuit duduk di atas bebatuan besar yang tidak jauh dari mereka hanya tertawa kecil. Dia sungguh menikmati serunya pemandangan pada saat Gon dan lainnya lari terbirit-birit dikejar sama kadal besar itu.
Biscuit : Pffft. Sekarang apa yang akan kalian lakukan?
Killua, Kaname dan Gon keluar dari persembunyian mereka.
Killua : Syukurlah, Luci yang jadi umpannya.
Kaname dan Gon hanya bisa tersenyum kaku.
Killua : Mustahil kan kita bisa mengalahkan monster kadal itu! Dimanapun kita memukulnya pasti tidak bisa dikalahkan!
Gon : Tapi bukannya seharusnya ada kelemahannya ya seperti monster mata satu tadi?
Killua : Itu jelas berbeda! Jika monster mata satu tadi peringkatnya G, maka perkiraanku kadal itu menempati peringkat A!
Biscuit : (Peringkat A, huh?)
Gon : Begitu ya...
Killua : Biarkan Luci yang membereskannya saja.
Kaname : Jika nanti ketemu monster lainnya lagi bagaimana?
Killua : Pokoknya kalau seolah-olah kita bisa mengalahkannya maka kita menyerang! Jika tidak, kita lari saja.
Gon : Kalau gitu ayo kita pergi menuju ke Masadora!
Killua : Ya!
Biscuit : Hee, mereka sungguh licik. Masa mereka lebih memilih untuk kabur dan meninggalkan satu rekannya sebagai umpan. Tapi kemana perginya anak itu (Lucia) ya?
Dari atas Biscuit melihat ke sekelilingnya tapi dia tidak dapat menemukan Lucia kecuali kadal itu. Biscuit yang penasaran dengan peringkat kadal itu turun ke bawah dan langsung menyerang kadal itu. Dalam sekejap kadal itu berhasil ditaklukkan dan berubah menjadi kartu.
Biscuit : Buh! Kalian salah. Ini bukan peringkat A tapi E. Sayang sekali, padahal kukira anak itu (Lucia), cukup kuat dan menarik. Tapi dia bahkan takut dengan seekor kadal.
Biscuit pun kembali mengikuti Gon, Killua dan Kaname dari belakang. Terlihat sudah cukup aman, Lucia keluar dari persembunyiannya. Dia hanya tersenyum licik.
Lucia : (Maaf ya, aku bukannya takut tapi aku hanya jijik saja dengan binatang yang menyerupai cecak. Tapi aku tidak menyangka Zetsu-ku ini bisa mengelabuinya. Atau sebenarnya dia tahu tapi pura-pura tidak tahu ya? Ya, terserahlah. Lagian dengan begini aku bisa lolos sebentar dari mereka. Aku masih ada satu hal yang musti kulakukan. Sementara kutitip mereka padamu ya, Biscuit.)
Lucia mengeluarkan bindernya, dia mengambil satu kartu "magnetic force."
Lucia : "Magnetic force on, Shalnark!"
Lucia pun terbang ke tempat Ryodan berada.
-Bersambung-