webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
145 Chs

113 - Genei Ryodan × Netral × Zoldyck Part 2

Lucia masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah meja lipat dan sebuah kursi lipat dan meletakkannya di tengah-tengah sudut ruangan dekat pintu masuk. Lucia pun duduk santai dengan elegan seperti penonton VIP.

Lucia : Aa, yokatta wa. Saiwai, jikan dourideshita! (Syukurlah. Untung saja tepat waktu!) Hehehe...

Silva dan Zeno sangat terkejut dengan kedatangan Lucia. Mereka melihat Lucia membuka tasnya dan mengeluarkan satu buah gelas kosong dan dua buah botol yang berisi darah. Dia menuangkan isi botol tersebut ke dalam gelas kosong tersebut. Lalu tersenyum dan melihat lurus ke arah depan.

Tiba-tiba Chrollo sudah berjalan melewati Silva dan Zeno begitu saja. Dia membawa sekotak kue strawberry dan menaruhnya di atas meja lipat tersebut. Zeno dan Silva yang sangat terkejut dengan semua itu hanya melihat dan terdiam di tempat.

Walaupun terkejut, Zeno masih mempertahankan sikap stay coolnya. Dia yang melihatnya pun langsung tahu dan berkata, "Hmm, dasar anak nakal inikah kenapa akhir-akhir ini dia suka berkunjung ke kota Meteor."

Sedangkan Silva hanya terdiam dan melihat dengan ujung matanya.

Chrollo : Lucia, ini kue strawberry pesanmu.

Lucia : Sankyuu (Terima kasih) Lucilfer. Kau selalu bisa diandalkan ya. Hehehe...

Chrollo tersenyum sambil mengelus-elus lembut rambut Lucia. Zeno dan Silva menatap tajam dan sinis. Chrollo yang bisa merasakan tatapan menusuk itu berhenti mengelus kepala Lucia dan setelah itu, Chrollo kembali ke posisinya.

Zeno dan silva hanya terdiam tak bersuara. Lucia membuka kemasan kotak dan menikmati kue strawberry terlebih dulu. Zeno dan Silva kembali berjalan mendekati ke tempat Chrollo berada.

Silva : Oyaji (Ayah), berhati-hatilah. Dia bisa mencuri teknik Nenmu.

Chrollo menunjukkan ekspresi serius. Dia menatap tajam dan dingin ke arah Zeno dan Silva yang mendekatinya. Kemudian dia juga berjalan maju beberapa langkah ke depan.

Lucia memerhatikan Zeno, Silva dan Chrollo secara bergantian. Meskipun suara langkah kaki mereka terdengar. Akan tetapi, suara mengunyah dan gumaman "Emmmn oishii (enak)" Lucia tidak kalah terdengar dan sangat memecahkan keseriusan pembunuh papan atas itu. Zeno berhenti melangkah, lalu sedikit menoleh.

Zeno : Anou Luci... Bisakah kau makan di luar?

Tawar Zeno ke cucu kesayangannya.

Lucia : Gomen ne, jiichan (Maaf ya, kek) Aku cuma mau menonton di sini. Jangan perdulikan aku dan fokuslah bertarung. Lucilfer, jangan sampai kalah ya! Oyaji (Ayah) semangat! Kakek juga!

Silva, Zeno dan Chrollo hanya tersenyum. Mereka melihat Lucia melambai-lambaikan tangannya sambil memegangi kue di tangannya.

Lucia : (Akhirnya aku bisa melihatnya secara langsung. Aku sangat ingin melihat pertarungan luar biasa pada ketiga orang ini secara langsung. Hihihihihi..)

Tidak lebih dari 10 langkah, tiba-tiba dalam hitungan detik ketiganya sudah mulai berlari dan melancarkan gerakan mematikan. Chrollo hanya bisa bertahan dulu, Zeno dengan cepatnya terus mengambil langkah dan serangan, tampak dia berhasil menimbulkan luka goresan di wajah Chrollo.

Di saat Zeno mundur, Silva pun maju menggantikan. Chrollo seperti terpojok, namun dia tetap santai dan menghadapi mereka berdua dengan serius.

Zeno kembali menyerang barengan dengan serangan silva dari arah atas. Namun hal itu tidak bisa menimbulkan luka yang serius ke Chrollo. Malah dalam satu kesempatan Chrollo bisa menggores tangan silva dengan pisau beracunnya. Chrollo menghela nafas pelan.

Chrollo : Haaah... (Dua lawan satu, pasti ini akan sulit.)

Sesaat pertarungan terhenti dan mereka saling membuat jarak.

Lucia : Lucilfer sedikit lebih lembut dong! (berteriak)

Chrollo melirik ke arah Lucia lalu kembali melirik ke arah Zeno dan Silva. Mengetahui pisau itu beracun, Silva langsung mengangkat lengannya ke atas dan melihatnya, lalu kembali melihat ke arah Chrollo.

Silva : (Bisa melukaiku, pisau yang bagus. Sepertinya pisau Ben di era pertengahan.)

Zeno : Kamu baik-baik saja?

Silva : Tidak apa-apa.

Chrollo tersenyum sinis.

Chrollo : (Hmm, 10 mg racun ini dapat melumpuhkan paus besar dan dia bilang tidak apa apa?)

Lucia : Tentu saja dia tidak apa apa, masa kau pake racun murahan gitu?

Chrollo hanya bisa tersenyum tipis untuk membalas ucapan Lucia yang masih memandang ke arah Silva dan Zeno. Pada saat Silva hendak mau menghentikan racun dalam lengannya dengan menggunakan rambutnya, tiba-tiba Lucia berteriak memanggil Silva sambil melambaikan tangannya.

Lucia : Oyaji, kebetulan tehku habis, keluarkan racunnya di sini saja! (menyeringai)

Zeno : Luci, ada gerangan apa kau menonton di sini?

Zeno dan Silva berjalan ke tempat Lucia lalu Zeno mengambil sebuah kue dan mencicipi kue yang diberikan Chrollo ke Lucia. Sedangkan Silva menggoreskan lengan yang terkena racun pisau Ben untuk mengeluarkan racunnya. Darah pun mengalir ke gelas Lucia.

Zeno : Wah, sungguh kue yang lezat ya.

Zeno tersenyum sambil mengelus kepala Lucia. Chrollo yang berdiri beberapa meter dari mereka, memerhatikan seluruh gerak gerik mereka dengan sesakma.

Lucia : Tentu saja! Ini kue strawberry termahal di kota ini loh! (tersenyum ceria)

Setelah itu, Zeno dan Silva kembali berjalan ke wilayah pertarungan sambil berbicara. Mereka menganalisa mengenai kekuatan Chrollo.

Zeno : Kalau kau bisa mencuri Nen orang berarti kau pasti Tokushitsu (Specialisasi) ya. Kekuatan Nen yang merepotkan seperti kekuatan cucuku. Akan sangat mengancam jika kau bisa menggunakan semua Nen yang kau curi. Tapi pasti ada risiko untuk mengambil Nen seseorang. Karena sebuah teknik yang kuat pasti memiliki kekurangannya. Kurasa kau harus memenuhi empat sampai lima persyaratan untuk bisa mencuri Nen seseorang. Pasti sulit menyelesaikan persyaratan itu saat melawan kami.

Chrollo tampak kaget karena semua yang dikatakan Zeno itu benar. Chrollo tidak bisa mengambil kekuatan lawan jika lawannya tidak dalam keadaan lemah. Menghadapi Zeno dan Silva, Chrollo bahkan tidak memiliki celah walau telah menggunakan racun. Chrollo pun mulai bersiap untuk bertarung lagi.

Kali ini dia mengaktifkan Nen dalam dirinya. Melihat energi Chrollo. Zeno pun bisa menilai, lawan dia kali ini bisa dikataan setara bahkan melebihi dirinya, namun bukan Zeno namanya jika dia tidak menemukan jalan keluar.

Zeno : Silva, aku butuh dukunganmu. Pada saat aku menguncinya di tempat. Seranglah dengan kekuatan penuh, walau itu dapat membunuhku!

Silva : Ryoukai (Mengerti.)

Tiba-tiba terdengar teriakan Lucia.

Lucia : Kakeeekkkkk. Jangan mati ya, ingat kamu belum mengajakku ke taman bermain di wilayah utara loh!

Zeno : Hohohoho. Tentu saja.

Zeno kembali fokus ke pertarungan dan dia berjalan mendekati Chrollo dengan pengumpulan Nen di tangannya. Melihat hal ini, Chrollo mengaktifkan buku pencuri miliknya dan mengambil keluar sebuah mantel hitam milik Owl yang terbuat dari Conjuration yang baru dia curi baru-baru ini. Zeno sedikit tersentak kaget.

Zeno : (Wah, wah. Conjuration ya. Hmmm sungguh merepotkan.)

Zeno memusatkan tenaga ke dalam satu bulatan energi padat. Lalu, Zeno meledakkannya dan membentuknya menjadi kepala naga. Mata Lucia berbinar-binar melihat itu. Serangan pun di mulai.

Zeno memilih menyerang dari jarak jauh sambil menganalisa kekuatan Chrollo. Mantel hitam yang dipakai Chrollo bisa menangkal serangan Zeno, namun tidak lama kemudian serangan itu berbalik. Serangan bertubi-tubi itu datang.

Chrollo : (Kakek yang mengerikan.)

Lucia tersenyum melihat Chrollo tidak bisa mendekati Zeno. Akhirnya Chrollo memilih untuk menonaktifkan Nennya dan berencana menyerang dengan kekuatan fisik.

Silva yang mengetahui hal ini pun mulai mengejar dan mendekat ke arah Chrollo. Semua serangan Zeno membuat Chrollo kewalahan, namun Chrollo juga tidak memberikan celah bagi Zeno untuk menyerang.

Lucia : Wah, pertarungan live seperti ini memang sungguh luar biasa. Aku sungguh tidak menyesal bisa berada di sini (bergumam)

Silva sengaja mengeluarkan energinya dan perhatian Chrollo langsung terpecah. Satu celah yang diberikan langsung mengantarkan serangan Zeno ke Chrollo. Chrollo terhempas ke dinding dan di ikuti Zeno yang mengunci sambil memberikan tinju bertubi-tubi ke arah Chrollo.

Zeno : SILVA IMA JAA!! YARE!!! (SILVA SEKARANG!! LAKUKAN!!!)

Silva melihat kesempatan ini dan langsung menyerangnya dengan kekuatan penuh. Chrollo dan Zeno langsung terkena serangan yang seperti bom meledak itu.

BOOOOMMMM!!

Dinding batu yang hancur pun berterbangan ke segala arah. Lucia menggunakan pedang darahnya menghancurkan bongkahan batu yang terbang mengarah ke arahnya. Batu itu pun langsung terbelah menjadi dua.

Lucia : Oyaji! Dasar hati-hati dong! Untung saja tidak mengenai teh darahku, kan! (berteriak)

Sementara itu, di sebuah tempat di mana para Ten Dons berkumpul, Illumi dipekerjakan Chrollo untuk membunuh para Ten Dons dan Illumi yang ditemani oleh Kalluto pun sudah berada di rumah tersebut.

Para bodyguard mafia yang berjaga di halaman rumah mewah, dalam hitungan beberapa detik, tiba-tiba seluruh bodyguard ambruk ke tanah. Mereka semua telah dibunuh oleh Kalluto.

Bagaikan gempa bumi. Suara ledakan besar akibat serangan Silva membuat seisi gedung bergetar. Para mafia yang berada di dalam gedung pun terkejut dan panik. Bean muncul untuk menenangkan para mafia. Dia mengatakan bahwa dia berhasil menghubungi Ten Dons dan langsung menyambungkannya ke layar besar.

Para Ten Dons yang sudah mati dikontrol dan dimanipulasi oleh Illumi dengan menggunakan jarum di balik kepalanya. Ketua Ten Dons muncul di layar besar, dia menyampaikan kalau Ten Dons yang akan mengurus para Genei Ryodan. Mendengar hal itu membuat para mafia merasa lega dan tenang. Mereka tertawa senang.

Ketua Ten Dons : Dengan demikian perlelangan pun akan segera di mulai. Jadi kalian bisa segera menikmatinya pada malam ini.

Mafia : Uwoooooooo!!

Setelah itu, koneksi pun langsung terputus.

Bean : Seperti yang tuan-tuan lihat, Ten Dons akan melihat berjalannya acara secara langsung. Tolong berpatisipasi dalam perlelangannya.

Illumi berdiri di teras, setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia pun segera menelepon ke Silva untuk melaporkan hasil kerjanya. Silva mengangkat teleponnya yang berbunyi.

Silva : Illumi?

Illumi : Ya. Di mana kleinku?

Silva : Di sini.

Lucia : Oyaji, itu aniki, kan? Sini biar aku saja.

Silva memberikan ponselnya ke Lucia.

Lucia : Aniki, sudah lama tidak mendengar suara menyebalkanmu itu. Apa kabar?

Illumi : Oh? Luci? Di mana kleinku? Serahkan teleponnya ke dia.

Lucia : Lucilfer, kakek kalian sudah mati?

Tidak ada jawaban.

Lucia : Hm. Aniki sepertinya dia sedang sibuk. Apa yang ingin kau sampaikan, katakanlah. Aku akan memberitahunya nanti.

Tiba-tiba Zeno dan Chrollo membuka batu yang menimpa dirinya dan membuangnya ke arah samping. Illumi hanya diam karena bisa mendengar adanya suara batu yang di buang.

Illumi : Oh? Mereka sedang bertarung ya? Dia masih hidup, kan?

Lucia : Dasar tidak sopan.

Illumi : Hm. Baiklah, baguslah kalau dia masih hidup. Kalau gitu, sampaikan padanya. Aku sudah membunuh seluruh Ten Dons. Katakan padanya untuk mengirim uangnya ke rekening akunku sebagai persetujuan.

Lucia : Dipotong pajak 10% ke aku ya. Hihihi...

Illumi : Menolak.

Lucia : Kalau begitu, sebagai gantinya berikan saja padaku daraー Cih! Dia sudah memutuskan teleponnya. Dasar pelit! Lihat saja nanti! (mengeluh kesal)

Zeno : Hm. Aku terkejut...

Zeno sedikit berbalik untuk melihat ke arah Chrollo.

Zeno : Yare-yare... (Ya ampun...) Sepertinya kita berdua masih bisa hidup untuk kedepannya.

Chrollo : Apa kau tidak ingin membunuhku?

Zeno : Kalau itu kulakukan, bisa-bisa cucuku akan membenciku.

Silva, Zeno dan Chrollo melihat ke arah Lucia yang sedang tersenyum lebar sambil merogoh tasnya. Dia mengeluarkan beberapa botol kosong ukuran 100cc, lalu menyodorkannya. Zeno dan Silva menerimanya dan langsung menggoreskan telapak tangan mereka dan mengisi penuh darah ke dalam botol tersebut.

Zeno : Lagipula, kami dipekerjakan oleh Ten Dons. Sekarang mereka semua sudah mati, jadi tidak perlu khawatir, kau bukanlah target kami sekarang.

Chrollo : Benarkah? Itu mengejutkan (tersenyum tipis)

Chrollo berdiri lalu menepuk-nepuk debu yang tertempel pada celananya. Darah Zeno sudah terisi penuh. Lucia menerima botol isi darah dengan senang hati, lalu memberi tanda dengan menulis nama pada botol tersebut.

Chrollo : Kau tidak akan punya kesempatan seperti ini lagi lho nanti...

Zeno : Apa kau pikir kami membunuh hanya untuk bersenang-senang? Kami melakukannya juga bukan berarti kami senang. Aku hanya tidak mau bekerja atau mati tapi tidak menghasilkan apa-apa.

Chrollo : Apa kalian tahu, akulah orang yang mempekerjakan Illumi untuk membunuh para Ten Dons? (tersenyum)

Zeno : Tentu saja. Tapi ini adalah ini dan itu adalah itu. Kami hanya melakukannya karena kami disewa.

Chrollo : Begitu rupanya. Boleh kutanyakan satu hal padamu?

Zeno : Hm?

Chrollo : Jika pertarungan ini dilanjutkan, di antara aku dan kau, siapa yang akan menang?

Zeno yang mendengar pertanyaan konyol itu pun tertawa sinis lalu tersenyum licik.

Zeno : Tentu saja, itu aku. Kecuali kau mencoba membunuhku.

Setelah itu, Zeno berjalan lurus menuju ke arah pintu keluar. Chrollo hanya tersenyum.

Zeno : Dasar, bocah jaman sekarang (bergumam)

Chrollo : (Jadi aku ketahuan, ya?)

Sekilas Silva menatap tajam dan dingin ke arah Chrollo. Chrollo yang menyadari itu seketika itu juga senyumannya pun menghilang. Dia membalas tatapan itu dengan ekspresi serius.

Silva : Luci, pulanglah setelah semua urusanmu itu selesai.

Lucia : Baik, ayah (tersenyum)

Setelah itu, Silva keluar dari ruangan dan mengikuti Zeno dari belakang. Pada saat pintu ruangan tertutup rapat, dengan sengaja Chrollo langsung mengambrukan tubuhnya. Dia berbaring di atas tumpukan batu. Dia melentangkan kedua tangannya di atas batu, lalu menatap langit-langit ruangan.

Lucilfer : Beratnyaaaa... Aku tidak bisa mencuri kekuatan mereka (bergumam)

Lucia : Mustahil kau bisa membunuh dan mengambil kekuatan mereka. Aku bukannya berpihak pada mereka. Tapi sebaiknya kau urungkan saja niat jahatmu itu.

Chrollo : Begitukah? Sayang sekali.

Lucia berjongkok di samping Chrollo.

Lucia : Baiklah, sekarang giliranmu.

Lucia menyodorkan botol kosong kepada Chrollo. Chrollo melihat ke arah botol tersebut.

Chrollo : Bukankah kau cukup dengan makan cookies saja? Lagian kau juga sudah punya darah mereka.

Lucia tersenyum.

Lucia : Tarinai yo (Tidak cukup.)

Chrollo pun membangkitkan tubuhnya. Dia duduk di atas tumpukan batu. Lalu pada saat Chrollo mau mengambil botol tersebut, tiba-tiba para anggota lainnya memasuki ruangan, sehingga Chrollo tidak jadi mengambil botol kosong tersebut. Lucia pun berdecak kesal. Chrollo hanya bisa tertawa kecil melihat hal itu.

Franklin : Sepertinya kau bersenang-senang ya, boss?

Chrollo : Ya (tersenyum)

Feitan melihat ke arah Lucia yang berjongkok di samping Chrollo.

Lucia : Fei Fei, kau tahu menjadi penonton VIP itu luar biasa lho. Hehehe..

Feitan : Jadi kau dari tadi berada di sini?

Lucia : Yap! Hehehe..

Phinks : Haa? Kenapa kau tidak membantu boss?

Lucia : Menurutmu apa Lucilfer mau dibantu olehku? (tersenyum)

Feitan : Itulah kenapa kau menyuruh kita untuk tidak usah terburu-buru datang ke sini.

Lucia hanya tertawa kecil.

Chrollo : Aku agak lelah...

Shalnark, Kortopi, Shizuku dan Hisoka memasuki ruangan.

Shalnark : Ketua, kau melawan keluarga Zoldyck itu, ya?

Shizuku : Aku berharap bisa melihat bagaimana mereka berdua melawan boss.

Lucia : Aku menontonnya dengan sempurna, lho.

Shizuku : Irinya...

Lucia tersenyum bangga. Lucia melirik ke arah Hisoka yang tersenyum licik melihat ke arahnya.

Feitan : Bukannya melawan mereka lebih menyenangkan daripada melihatnya?

Chrollo : Kortopi, semuanya sudah siap?

Kortopi : Tentu saja. Meskipun aku tidak bisa membuat tiruan hidup, tapi aku bisa membuat benda mati.

Chrollo : Itu saja cukup.

Chrollo berdiri dari tempatnya. Lucia berjalan ke arah Hisoka.

Chrollo : Sisanya tinggal ikuti rencana awal. Dan juga...

Chrollo membuka kain yang mengikat pada keningnya.

Chrollo : Jangan sentuh ambulan gadis itu.

Sementara itu, tampak Kurapika dan Light dari samping sedang mengikuti dokter dan dua penjaga yang mendorong ranjang pasien yang keluar menuju ke tempat mobil ambulan.

Sedangkan perlelangan berjalan sesuai rencana. Para mafia sudah berkumpul dan berada di dalam satu ruangan. Para Genei Ryodan sudah berada di dalam gudang penyimpanan barang perlelangan yang berada di belakang panggung. Seorang pegawai yang di kontrol oleh Shalnark berada di atas panggung dan sedang mengumumkan sesuatu.

Pegawai : Inilah saat-saat yang kalian tunggu! Sekarang kita akan segera memulai perlelangannya!

Para mafia bertepuk tangan dengan riang sampai menggemakan seisi ruangan.

Pegawai : Izinkan aku memperkenalkan barang pertama malam ini!

Pakunoda yang menyamar sebagai pekerja keluar sambil membawa barang perlelangan.

Pegawai : Ini adalah pedang eksekusi yang terbuat dari emas murni yang di ambil dari Museum Yulu dari harta nasional!

Mafia : Uwooooooo!!

Pegawai : Baiklah, kita mulai lelang. Harga dibuka mulai dari 20 juta jenni!

Mafia 1 : 40 juta!

Mafia 2 : 50 juta!

Shalnark yang mengontrol pegawai di balik layar dengan menggunakan ponsel ungunya sedang sibuk menekan-nekan tombol ponselnya.

Pegawai : Baik, kudengar ada yang menawarkan 50 juta...

Mafia 3 : 100 juta!

Mafia lain : Uwooooo!!

Lucia : Hee... Shalnark luar biasa seperti biasanya ya, apa kau sedang mengontrolnya dengan teknik autopilotmu? (tersenyum)

Shalnark : Benar (menyeringai) Zero, setelah ini giliranmu keluar ya!

Lucia : Baik! (tersenyum)

Pegawai : Selanjutnya adalah cawan suci dari Disnati Rai yaitu Inspirasional Biru. Cawan ini sangatlah special dan bagian murni yang hanya tersisa satu-satunya di dunia ini...

Shizuku : Hmm, Inspirasional Biru...

Shizuku melihat sekitar untuk mencari cawan tersebut. Tiba-tiba dari belakang Phinks berdiri dan menunjukkannya.

Phinks : Aku menemukannya!

Shizuku : Kortopi, ini selanjutnya. Tolong buat tiruannya, biar Zero bisa segera membawanya keluar.

Kortopi : Oke.

Lucia tersenyum sambil keluar membawa Inspirasional Biru. Dia berpas-pasan dengan Pakunoda yang kembali masuk ke dalam untuk bersiap-siap mengambil barang selanjutnya.

Pegawai : Nah, ini dia, Inspirasional Biru...

Mafia : Uwoooo!!

Pegawai : Harga kita mulai dari 100 juta!

Para mafia berlomba-lomba menawarkan harga tinggi untuk mendapatkan cawan suci Inspirasional Biru.

Majikannya, Light dan Neon sudah masuk ke dalam mobil ambulan. Kurapika melihat mobil ambulan sudah melaju pergi. Tiba-tiba ada dua orang bodyguard mafia memanggilnya.

Bodyguard Mafia 1 : Hei, kau!

Kurapika menoleh.

Bodyguard Mafia 1 : Apa kau tidak ingin berpartisipasi di perlelangan?

Kurapika : Apa maksudmu?

Bodyguard Mafia 2 : Pemimpin Ryodan sudah dibunuh.

Kurapika tersentak kaget. Dia tidak bisa mempercayainya.

Bodyguard Mafia 1 : Itu sudah pasti, bukan?

Bodyguard Mafia 2 : Kita sedang membereskan sisanya. Memang para pembunuh professional itu berbeda ya.

Kurapika : Tidak mungkin...

Kurapika pun segera berlari masuk ke dalam. Dia bergegas pergi ke ruangan perlelangan yang sedang berlangsung.

Kurapika : (Aku tidak akan percaya sampai melihat tubuhnya dengan mata kepalaku sendiri!)

-Bersambung-