Keisha yang telah lama memiliki kekasih harus menerima kenyataan atas kepergian separuh jiwanya pergi untuk selamanya. Sebuah kecelakaan yang menewaskan seorang pria bernama Kenan yang tak lain adalah kekasih yang sangat di cintainya. Kejadian ini membuat Keisha mengalami depresi, dia hilang akal hingga melampiaskannya pada minuman yang membuatnya mabuk. Tapi, tak lama setelah Kenan pergi. Entah apa yang terjadi hingga Keisha dapat melihat Kenan yang muncul sebagai sosok roh. Kenan kembali berada di samping Keisha walau dia pun menyadari dirinya bukanlah manusia lagi. Awalnya Keisha tidak percaya dengan situasi yang sedang di hadapinya, karena tidak mungkin seseorang yang sudah pergi bahkan sudah berbeda dunia dapat kembali muncul di kehidupannya. Ada banyak hal yang belum di selesaikan oleh Kenan pada Kekasihnya, itulah alasannya dia muncul dan tinggal bersama Keisha. Tidak ada cara lain selain meyakinkan Keisha bahwa dirinya benar-benar masih ada. Rohnya tidak dapat pergi karena janji yang dibuatnya sebelum dirinya mati. Andai kecelakaan itu tidak terjadi, mungkin dirinya sudah melamar Keisha. Dan andai Kecelakaan itu tidak terjadi, Keisha masih menjadi kekasihnya. Sesosok makhluk lain yang muncul di hadapannya membantu Kenan untuk menyelesaikan yang harus dia lakukan. Hingga waktunya tiba Dia harus merelakan Keisha bersama pria lain. Walaupun dirinya bukanlah manusia lagi tapi rasa cinta yang dimilikinya untuk Keisha tidak hilang. Raganya mungkin sudah tidak ada tapi cinta dan kasih sayang akan tetap hidup sampai kapanpun. Keisha pun merasakan hal yang sama, Kenan adalah cinta pertamanya. Hanya saja dia sadar bahwa hidupnya harus terus berlanjut dan bersama dengan pria yang akan menjadi pasangannya, telah membuktikan bahwa hidupnya bahagia karena Kenan.
Entah apa artinya cinta yang sesungguhnya
Haruskah sebuah hubungan berakhir begitu saja?
Dia yang telah pergi, meninggalkan banyak kenangan
Seolah hati ini akan baik-baik saja
Memang terluka tapi hati sangat mencintainya
Bersama kepergiannya, cinta ini pun hilang
Keisha yang memakai pakaian serba hitam berdiri di samping makam kekasihnya. Matanya terlihat sembab, semalaman dia menangis tiada henti. Kepergian kekasihnya membuatnya sangat terpukul. Perpisahan yang di alaminya sekarang masih belum dia terima. Dia tidak percaya bahwa kekasihnya benar-benar telah meninggalkannya. Dia terus melihat nama pada batu nisan yang tertancap di atas gundukan tanah, 'Kenan Lucius'. Yeah, sudah lima tahun dia berpacaran dengan pria yang sekarang telah pergi untuk selamanya.
Keisha berjongkok untuk menyentuh batu nisan di hadapannya. Dia meraba nama kekasihnya yang tertulis di sana. Tangannya sedikit gemetar, dia kembali menitikkan air matanya. Seorang sahabat yang sedari tadi berdiri di sampingnya, berusaha menenangkan Keisha dengan menyentuh pundaknya. Berharap Keisha untuk kuat mengahadapi kejadian ini.
"Zea, apakah ini mimpi?" Tanya Keisha pada sahabatnya tapi Zea tidak menjawab lalu dia mengusap punggung Keisha, "kalau ini mimpi, aku ingin segera bangun. Ini mimpi yang tidak aku inginkan…Zea."
Zea membantu Keisha untuk berdiri, dia menatap wajah sahabatnya yang memerah karena menangis namun Keisha hanya menunduk dan terus meneteskan air matanya. Zea mencoba untuk memeluk sahabatnya, tangis Keisha tumpah di pelukan Zea. Keisha menangis tersedu-sedu, sementara Zea hanya dapat mengusap punggung Keisha agar sahabatnya dapat kembali tenang. Zea pun menahan air matanya, dia tidak ingin menunjukkan rasa sedihnya di depan sahabatnya karena dia juga merasa kehilangan sosok Kenan. Zea terus memeluk Keisha sambil menatap batu nisan dengan perasaan sedih.
*Love*
Keisha yang masih memakai pakaian hitam kembali ke rumah lalu dia pergi ke kamarnya, dia membuka pintu kamar. Tepat pada dinding di atas tempat tidurnya sebuah foto berbingkai cukup besar terpajang di sana. Itu adalah foto dirinya dan Kenan. Dia berjalan mendekati foto itu dan kembali membuat kedua matanya berkaca-kaca. Lalu dia melihat pada dinding yang lain, ada banyak foto berukuran kecil yang tersusun pada sebuah papan dengan membentuk seperti hati. Dia mengambil foto Kenan yang sedang berada di lapangan basket sambil memeluk bola basket dan tersenyum lebar. Senyum itu membuatnya semakin terluka. Kenan seakan senang meninggalkannya dalam keadaan seperti ini.
Keisha memeluk foto itu. Erat. Dia kembali menangis. Entah bagaimana harus menghentikan air matanya yang terus saja keluar, hatinya terasa hancur, sakit yang di rasakannya seperti menyesakkan dadanya. Kenan, kekasihnya tidak dapat lagi dia peluk. Bahkan tidak ada kata-kata terakhir yang di ucapkannya untuk mengatakan perpisahan. Surat pun tidak di tulisnya, ini seperti sebuah pengkhianatan. Hubungannya selama ini berakhir begitu saja dengan tiba-tiba. Padahal cintanya untuk Kenan tidak pernah berkurang sedikit pun dan sekarang semuanya terasa bagaikan mimpi.
"Kau bahkan pernah mengatakan untuk melangkah pada hubungan yang lebih serius denganku. Kau bohong padaku Kenan!"
Keisha mengusap air matanya, dia mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia menatap foto di tangannya.
"Tolonglah kembali Kenan…aku tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan nanti untuk menjalani hidup tanpamu. Aku sudah terbiasa bersamamu…jangan tinggalkan aku seperti ini…aku mohon…"
*Love*
Suara telepon terdengar dari ponsel milik Keisha. Dia semalam tertidur dan masih menggunakan pakaian hitam, foto Kenan kembali di pelukannya. Keisha membuka kedua matanya yang terasa berat. Panggilan telepon terus saja berbunyi. Keisha meraih ponselnya yang terletak di atas meja samping tempat tidurnya. Dia melihat ke layar, panggilan itu dari sahabatnya, Zea.
"Kei, kau baik-baik saja?" Tanya Zea.
"Yeah, aku baik-baik saja." Jawab Keisha sambil menutup matanya dengan tangan. Kedua matanya terasa perih.
"Aku akan ke rumahmu ya. Hari ini tidak perlu masuk kerja dulu, nanti aku akan minta izin."
Keisha belum menjawab tapi telepon sudah di matikan. Dia meletakkan kembali ponselnya di atas meja lalu dia berdiri di depan cermin. Melihat wajahnya yang terlihat kusut dengan kedua matanya yang sembab. Dia menghela nafas lalu pergi dari kamarnya menuju kamar mandi. Dia memutar keran shower dan membasahi kepalanya. Pakaian hitam yang masih di kenakannya basah karena air. Keisha menunduk sambil memegang dinding. Kepalanya terasa sangat berat.
Keisha keluar dari kamar mandi yang hanya di balut oleh handuk dan rambut panjangnya di biarkan basah. Suara bel terdengar, dia berjalan menuju pintu. Keisha membukakan pintu dan Zea sudah berdiri di hadapannya.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Zea lalu masuk. Tapi Keisha tidak menjawab, dia pergi menuju kamarnya untuk memakai pakaiannya. Zea hanya melihatnya yang masuk ke kamar lalu dia pergi menuju dapur untuk meletakkan makanan yang dibawanya.
Zea meletakkan beberapa makanan di atas meja. Keisha keluar dari kamarnya dan sudah mengganti pakaiannya. Dia pergi ke dapur untuk menghampiri Zea. Dia duduk di belakang meja makan.
"Kau pasti belum makan. Aku beli makanan kesukaanmu. Ini nasi goreng yang biasa kau beli di kafe dekat toko." Kata Zea sambil menyodorkan sepiring nasi goreng dengan beberapa udang goreng tepung di atasnya.
Keisha hanya menatap piring itu dengan wajah tanpa ekspresi. Zea terdiam karena dia pikir Keisha akan langsung menyantap makanan yang di belikannya.
"Lebih baik kau jauhkan piring ini. Aku tidak ingin bersedih lagi karena melihat makanan ini." Kata Keisha yang masih dengan wajah datar lalu dia mengambil mangkuk berisi sup jagung dan sosis yang ada di hadapan Zea.
"Tapi itu punya…" Kalimat belum selesai di ucapkan, Keisha sudah menyendok sup itu dan memakannya, "ku…" Lanjutnya dengan suara pelan.
Keisha segera menghabiskan semangkuk sup jagung di hadapannya, membuat Zea melongo.
"Terima kasih makanannya." Kata Keisha yang merasa sudah kenyang lalu dia pergi ke ruang tengah dan menyalakan televisi.
"Sejak kapan dia menyukai sup?" Gumam Zea sambil melihat mangkuk sup yang sudah bersih dari isinya. Dia duduk di belakang meja dan mulai makan nasi goreng di hadapannya, "ah, pedas sekali! Aku sengaja memesannya pedas agar dia mau memakannya, tapi kenapa aku yang harus menghabiskannya? Ini terlalu pedas untukku…Kalau tidak dihabiskan akan sayang, aku sudah membelinya mahal." Gumamnya lagi.
Zea akhirnya menghabiskan satu piring nasi goreng. Dia minum dua gelas air putih karena merasa kepedasan, keringat pun bercucuran di dahinya.
"Aku merasa akan bersahabat dengan toilet segera." Kata Zea sambil memegangi perutnya.
Zea melihat Keisha sedang berada di kamar. Keisha memasukkan beberapa barang ke dalam sebuah kotak berukuran cukup besar. Zea melihat beberapa foto milik Kenan di masukannya ke dalam kotak itu bersama beberapa barang lainnya.
"Aku sudah berusaha untuk mengikhlaskannya. Tapi setiap kali melihat fotonya aku merasa dia masih ada. Aku tidak tahu harus ku apakan barang-barang ini." Kata Keisha sambil melihat isi dari kotak di pangkuannya.
Zea mendekat lalu duduk di samping Keisha. Dia memeluk sahabatnya dari samping.
"Aku mengerti bagaimana perasaanmu, Kei. Melepas kepergian seseorang yang sangat kita cintai untuk selamanya itu tidaklah mudah. Kau hanya butuh waktu untuk membiasakan diri dengan keadaan seperti ini."
"Aku merindukannya, Zea. Sangat merindukannya."
Keisha meneteskan air matanya. Zea melepaskan pelukannya, dia mengambil tissue lalu mengusap air mata sahabatnya.
"Tenangkan dirimu, Kei. Kenan sudah bahagia di sana. Jika dia melihatmu yang terus bersedih seperti ini, dia pun akan merasa sedih."
"Biasanya setiap pagi dia akan membangunkanku dan membuat sarapan untukku. Tapi sekarang, pagi yang biasanya membuatku bahagia tiba-tiba saja terasa sepi." Kata Keisha sambil menatap wajah Zea.
"Aku akan selalu ada untukmu…tenanglah…kau bisa datang padaku kapanpun kau mau. Aku sudah kenal kau jauh sebelum kau mengenal Kenan. Seorang sahabat tidak akan meninggalkan sahabatnya dalam kesadaan terpuruk seperti ini."
*Love*
Suara musik yang di mainkan oleh seorang disc jockey dari sebuah bar memenuhi seluruh ruangan. Terlihat Keisha sedang duduk di atas bar stools. Dia sendirian di antara deretan kursi tinggi itu. Hanya ada seorang bartender yang sedang melayaninya di sana. Keisha sudah menghabiskan beberapa botol wine di hadapannya. Bartender itu hanya berdiri melihatnya sambil menyibukkan diri dengan mengelap beberapa botol minuman.
"Kau sudah mabuk, lebih baik kau pulang saja." Kata Bartender itu sambil menyingkirkan botol minuman yang kosong milik Keisha.
"Berikan aku satu botol lagi." Kata Keisha yang dengan nada bicara seperti orang mabuk.
"Tidak, kau sudah sangat mabuk. Aku akan menelpon pacarmu, berikan ponselmu."
"Pacar?" Keisha tertawa, "aku…sudah tidak lagi…memiliki pa…car." Kata Keisha dengan nada masih seperti orang mabuk.
"Oh pantas saja kau minum hari ini. Ternyata kau baru saja di putus oleh pacarmu ya?"
"Pacarku, dia…sudah pergi jauhhhhh sangat jauh." Kata Keisha sambil menunjuk ke atas, "dia…sudah bersama Tuhan." Lanjutnya lagi lalu dia meletakkan kepalanya di atas meja. Dia tertidur.
Mendengar Perkataan Keisha, bartender itu terdiam sambil menatapnya. Dia mengerti maksud dari tamu wanita di hadapannya itu. Pria yang biasa datang ke tempat ini bersama Keisha ternyata sudah meninggal. Bartender itu mengerti kenapa Keisha memesan minuman berakohol hari ini mungkin untuk menghilangkan rasa sedihnya, karena ini adalah pertama kalinya dia mabuk. Tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke ponsel milik Keisha. Bartender itu segera mencari ponsel di dalam tas yang di letakkan di atas meja bar. Di layar ponsel tertulis nama Zea.
Tak lama setelah bartender itu menjawab panggilan masuk dari ponsel milik Keisha. Zea datang dan segera menghampiri counter. Dia melihat Keisha masih tertidur di sana.
"Ah! Kenapa dia jadi seperti ini?" Gumam Zea sambil membantu Keisha untuk berdiri, "minum berapa banyak gelas dia?" Tanyanya pada bartender.
"Bukan berapa gelas tapi berapa botol." Jawab bartender sambil mengambil gelas di hadapan Keisha.
"Apa?! Pantas saja dia sampai mabuk seperti ini. Maaf ya sudah merepotkan."
Zea mengambil tas milik Keisha. Keisha terbangun saat Zea akan memapahnya.
"Heyyyy sahabatku Zea…sedang apa kau di sini? Kau ingin minum juga?"
"Huh! Mulutmu bau sekali, Kei. Ayo kita pulang. Aku pikir kau sudah melupakannya ternyata kau malah datang ke tempat ini." Kata Zea sambil membantu Keisha untuk berjalan.
"Tunggu."
"Ya?"
"Aku turut berduka atas kepergian pacarnya. Dia dan pacarnya sering datang ke sini jadi aku sedikit mengenal pria itu." Kata Bartender itu dengan wajah sedih.
"Ya, terima kasih. Ini akan jadi hari terakhirnya untuk datang ke sini." Kata Zea lalu mereka pergi.
Bartender itu terus melihat ke arah Zea dan Keisha sampai mereka keluar dari pintu bar.
*Love*