Kang Jae memasuki mansion besar klan mafia Millenia. Ia menggeret perempuan yang baru saja ia ketahui bernama Kim Yoona. Tapi tetap saja Kang Jae akan terus panggil dia 'cabe-cabean'.
Pria kekar berjas membukakan pintu untuk Kang Jae. Di ruang tamu sudah ada sang godfather-nya gangster Millenia bernama Kim Jaerim.
"Wah wah, Mawarnya Millenia dan Pangeran Millenia sudah datang ternyata," ucap Tuan Kim Jaerim sambil bangkit dan mendekat ke arah Kang Jae dan Kim Yoona.
Kang Jae membungkuk hormat pada Tuan Jaerim. "Saya telah membawa cabe-cabean ini sesuai perintah Anda, Boss."
"Heh? Cabe-cabean? Boss?"
Tuan Jaerim mengernyit saat mendengar kalimat aneh yang terucap dari anak angkatnya itu.
Tuan Jaerim menganggap Kang Jae sebagai anak baru 1 bulan yang lalu karena Tuan Jaerim sangat suka dengan kinerja pria yang memiliki nama lahir Jaelani Untung Selamet Sejahtera Sehat Sentosa, yang dipanggil Bejo. Dan kini berubah jadi Kang Jae, nama panggilan dari cinta pertamanya.
"Maksud saya, saya sudah membawa perempuan ini sesuai perintah Anda, Abeoji (Papa)."
Kang Jae segera meralat perkataannya.
Tuan Jaerim merentangkan tangannya bak pemeran utama di film-film Bollywood itu.
Kang Jae langsung termangu, apa Papa angkatnya itu ingin memeluknya? Tapi di ruangan ini kan banyak teman-teman Kang Jae yang lain? Kang Jae jadi tersipu malu membayangkan memeluk boss-nya itu. Walah-walah, nista sekali imajinasi Kang Jae ini.
Greb!!
Ternyata yang lari ke pelukan Tuan Jaerim adalah Yoona. Seketika itu juga rasa kecewa menyeruak dalam hati Kang Jae.
"Annyeong haseyo!"
"Annyeong, Yoona-ya. Sul ah waerae?"
"Aniya. Jeoneun-jeoneun noereul weonhaeyo, Appa."
Dan pada akhirnya Kang Jae hanya bisa termangu sembari menyaksikan percakapan yang tak ia mengerti itu. Namun, ada satu kata yang membuat Kang Jae terlonjak. Iya, Yoona memanggil boss-nya dengan sebutan 'appa'. Kalau Kang Jae tak salah ingat itu kan artinya 'ayah'. Tunggu! Tidak mungkin si cewek ular itu anaknya boss, kan? Bagaimana bisa? Ah, mungkin itu panggilan cabe-cabean buat manggil sugar daddy-nya. Iya, pasti seperti itu, pikir Kang Jae. Kang Jae tersenyum miring merasa kekhawatirannya tadi sungguh tak perlu. Memangnya ini drama?
***
Dan ternyata drama yang Kang Jae khawatirkan terjadi. Kang Jae duduk di meja makan paling ujung saat ini. Ia dapat melihat jelas interaksi ayah dan putrinya di meja makan sisi yang lain.
"Kamu mulai liar akhir-akhir ini, Yoona-ya." Tuan Jaerim mencubit gemas hidung lancip putrinya.
"Tidak, Appa! Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentang negara kelahiran eomma. Dan sungguh tak kusangka, Indonesia ini sangat indah. Banyak destinasi wisata di sini. Makanannya juga enak-enak. Kelak jiwa aku sudah menikah dan mempunyai anak, aku ingin tinggal di Indonesia saja."
"Jadi, apa kau sudah menemukan cintamu, Sayang?" sahut Tuan Jaerim.
"Kali ini belum, dan aku yakin suatu saat takdir akan mempertemukan kami. Aku ingin kisah cintaku unik dan tidak membosankan." Yoona berucap. Ia sembari melihat ke awang, membayangkan pangeran seperti apa yang akan ia temui suatu saat.
Kang Jae duduk terdiam di sudut kursi makan paling ujung. Ia merasa tak pantas semeja dengan mereka, jadi ia memilih menghindar. Belum lagi ia harus menanggung malu karena mengira putri boss-nya sebagai wanita simpanan si boss. Sungguh, Kang Jae tak memiliki muka saat ini. Rasa malu ini seolah membunuhnya.
***
Kang Jae berada di ruang tengah mansion Millenia saat ini. Kang Jae berlutut di hadapan Yoona, sambil menunduk.
"Maafkan atas kelancangan saya, Nona Muda. Anda boleh menghukum saya dengan cara apapun, asal jangan ceritakan kejadian di villa kemarin kepada ayah Anda. Maaf! Hanya kata itu yang dapat saya ungkapkan."
Yoona terdiam. Ia sebenarnya tak menaruh dendam pada Kang Jae, lagipula yang kemarin itu hanya kesalah pahaman. Namun, memberi sedikit pria angkuh berkumis tipis ini hukuman, sepertinya boleh juga.
Yoona memegang kedua lengan Kang Jae menyuruhnya berdiri. Yoona tersenyum ramah ke arah Kang Jae. "Tak perlu dipikirkan, Kakak. Itu hanya salah paham. Kau tak perlu sesungkan itu padaku. Bukankah kita nantinya akan jadi saudara, heum?"
Kang Jae mengangguk. Ia terlalu naif untuk mengetahui makna sebenarnya dari senyuman misterius Yoona.
Dan memang benar, Yoona telah memberi hukuman telak pada Kang Jae. Seusai menenggak minuman yang diberi Yoona tadi, Kang Jae terus saja bergerak tidak nyaman. Kepalanya terasa sedikit pusing, pandangannya pun mulai mengabur. Seluruh aliran darahnya terasa terpusat pada tubuh bagian bawah Kang Jae. Keringat mengucur deras dari seluruh tubuh Kang Jae. Kang Jae berulang kali menghela napas panjang untuk mengontrol dirinya. Ia tidur di ranjang, mengampit kuat kedua kakinya. Rasanya ada yang tak terkendali di bawah sana. Kang Jae terus-terusan meninju kasur. Ia bergerak tidak nyaman.
Obat semacam apa yang sebenarnya cewek ular itu berikan padanya? Mungkinkah aprodisiac? Kang Jae bersumpah akan membalas ini semua. Tapi itu nanti, ia harus membuat junior-nya tenang dulu.
Tok tok tok!
Pintu kamar Kang Jae diketuk. Kang Jae malas membuka sebenarnya. Namun, ia mendengar deheman dari luar pintu, deheman bos besarnya.
Kang Jae mengusap kasar keringat yang masih mengucur dari tubuhnya. Ia juga menstabilkan napasnya yang masih menderu. Ini tidak boleh. Ia tak boleh menghadap bos besarnya dengan penampilan kacau seperti ini.
"Jae! Apa kau di dalam? Keluarlah, aku ingin meminta tolong sebentar padamu," suara dari luar pintu Kang Jae.
Sial! Kang Jae tak mungkin mengabaikan permintaan orang yang begitu baik padanya, bukan? Dengan gontai, Kang Jae berjalan ke arah pintu. Ia juga masih mengampit kedua kakinya seolah sedang menahan kencing. Sungguh terkutuk orang yang telah membuatnya seperti ini.
Sekilas ia menatap sendu pintu jati yang berada di hadapannya itu. Ia sudah tidak kuat lagi dengan derita ini. Apa dicepitkan ke pintu saja, ya? Sekelebat pikiran nista hinggap ke otak Kang Jae.
"Jae! Kau di dalam, kan?" Suara di balik pintu membuyarkan niatan nista yang hendak mencepitkan juniornya ke pintu tadi.
Kang Jae membuka pintu. Di balik pintu telah berdiri bos besar dan putri semata wayangnya itu. Jantung Kang Jae berdegup kencang. Ia benar-benar ingin menghukum wanita ular itu saat ini juga.
"Antar Yoona menonton film kesukaannya ya, Jae! Aku ada urusan ke Bandung malam ini dan akan pulang minggu depan." Tuan Jaerim menepuk bahu Kang Jae. Ia tak memahami situasi sulit yang dialami anak angkatnya saat ini. "Baiklah, kalian yang akur, ya?" ucap Tuan Jaerim sebelum meninggalkan mereka.
Tubuh Kang Jae luruh ke lantai. Ia benar-benar tak dapat lagi menahannya. Ia tak pernah meminum obat-obatan aneh sebelumnya. Jadi, efek obat yang diberikan wanita ular itu benar-benar membuat Kang Jae bereaksi.
Yoona yang sudah siap pergi menonton malam ini, berjongkok di depan Kang Jae. Ia terlihat sangat cantik menggunakan dress pendek warna merah muda. Kang Jae sempat mengira itu Namira karena pandangannya agak memburam. Namun, Kang Jae mengenyahkan halusinasi itu. Ia tahu betul bahwa Namira masih berada di Jombang saat ini.
Yoona tak dapat menahan tawanya. Ia berkali-kali bertepuk tangan melihat gerak-gerik Kang Jae yang aneh. Terkadang tengkurap, telentang, dan bahkan ngesot di lantai. Seperti cacing kepanasan.
"Mau kubantu menyepitkan barangmu ke pintu?"
"APA?!" pekik Kang Jae.
Bersambung ....