webnovel

MCMM 83

Happy Reading❤

"Nyu, elo beneran mau menunggu Senja jadi janda?" tanya Mila saat mereka bertemu di perusahaan milik orang tua Mila.

"Entahlah Mil. Akhir-akhir ini gue menjadi ragu. Bukan karena gue sudah nggak ada rasa sama dia, tapi karena permintaan orang tua terutama ibu."

"Memangnya kenapa? Kayaknya waktu itu elo nafsu banget pengen balik sama Senja. Bahkan elo memilih meninggalkan Gladys. Padahal tuh cewek kelihatannya cinta banget sama elo." Mila terlihat penasaran. "Apakah keluarga om Gilang mengancam elo?"

Banyu menghela nafas kasar. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menutup mata. Terlihat sekali beban berat yang harus dipikulnya. Kehilangan pekerjaan dan wanita yang dicintai sepertinya kembali takkan bisa dinikahi. Sementara wanita yang mencintainya akan menikah dengan orang lain. Betapa lucu komedi kehidupan yang harus dijalaninya.

"Nyu, gimana?" desak Mila penasaran. Banyu membuka matanya.

"Gue bingung Mil."

"Lho, itu kan pilihan yang gampang. Melanjutkan penantian lo entah sampai kapan atau move on sepenuhnya dari Senja. Terlalu banyak yang harus lo korbankan, Nyu. Kalau gue boleh usul, lupakan Senja."

"Kenapa gue nggak bisa mendapatkan wanita yang gue cintai?"

"Elo benar-benar mencintai dia? Kalau memang elo mencintai dia kenapa elo waktu itu nekat mencium Gladys di restaurant? Padahal lo tahu gadis itu akan menikah dengan pewaris tunggal Bram's Corp." Ya, Mila mengetahui hal tersebut karena sang suami kebetulan ada di restauran itu bersama kliennya saat kejadian itu. Dan ia sudah mendengar sendiri ceritanya dari Banyu saat keesokan harinya Banyu menyuruhnya datang ke rumah Pramudya. Saat itu kondisi Banyu terlihat mengenaskan. Wajah dan tubuhnya penuh lebam.

"Entahlah. Gue sendiri nggak tau kenapa gue melakukan itu. Bahkan sampai saat ini kadang gue masih mempertanyakan diri sendiri apa sebenarnya rasa yang gue miliki untuk dia."

"Elo cinta sama dia, Nyu." Dengan ringan Mila mengatakan hal itu. "Dan dia masih mencintai elo. Kalau memang dia sudah nggak punya rasa ke elo, kenapa dia membalas ciuman lo?"

"Nggak Mil. Cinta gue hanya untuk Senja." Banyu bersikeras.

"Oh c'mon Nyu!! Senja nggak cinta sama elo. Kalau dia memang masih cinta sama elo, dia nggak akan ikut Awan pindah ke Boston." Banyu terkejut mendengar ucapan Mila.

"Elo belum tau kalau mereka akan pindah? See... itu bukti Senja sudah nggak mengharapkan elo lagi. Senja itu manusia paling logis yang pernah gue kenal. Dia sadar sampai kapanpun dia nggak akan bisa lepas dari Awan, walau pria itu sudah memperlakukannya dengan kasar. Tapi perlu lo tau, Awan pula yang memperlakukan dia seperti seorang ratu. Apalagi sekarang Awan sudah mengetahui kehamilan Senja. Sampai kapanpun Awan dan keluarga Danudirja nggak akan melepaskan Senja. Gue tau banget gimana Awan sangat mencintai Senja, bahkan sejak elo belum pacaran dengannya. Gue yakin dia akan memperlakukan Senja dengan baik setelah mereka pindah."

"Nggak Mil! Dia masih cinta sama gue!" Banyu kukuh mempertahankan pendapatnya.

"Ya tuhaaan...! Bagaimana lagi sih gue harus kasih tahu elo. Senja itu manipulatif. Gue kenal dia dari kecil. Gue tahu gimana jagonya dia memanipulatif perasaan orang-orang di sekitarnya. Mungkin dia memang punya rasa buat elo, tapi dia juga pakai logika. Dia akan memilih mana yang mendatangkan kenyamanan untuk dia. Please, jangan terlalu naif Nyu."

"Nggak Mil! Senja wanita paling lembut dan paling penuh pengertian yang pernah gue temui. Dia menikah dengan Awan bukan karena mencintainya tapi demi orang tuanya. Sampai kapanpun dia hanya cinta sama gue!"

"Nyu, elo tuh batu banget ya! Harusnya elo tau, sampai kapanpun Senja akan lebih memilih orang tuanya daripada elo. Gue yakin elo pasti sudah tahu kenapa orang tua Senja lebih memilih Awan daripada elo. Bukan hanya karena Awan lebih kaya dari elo, tapi mereka berhutang budi pada keluarga Danudirja. Hutang budi yang dibawa mati. Sekali elo sudah terlibat dengan keluarga itu, maka hanya kematian yang bisa memutus ikatan itu. Apalagi sekarang Senja mengandung keturunan langsung keluarga Danudirja. Keturunan yang akan meneruskan nama besar keluarga itu."

Banyu terdiam mendengar ucapan panjang lebar Mila. Ia bukannya tak menyadari hal tersebut, tapi sulit baginya menerima kenyataan bahwa sampai kapanpun Senja tak kan bisa ia miliki.

"Mil, gue harus gimana?"

"Lupain Senja. Cari pengganti Senja. Gue yakin elo bisa menemukan pengganti dia."

"Hanya sedikit wanita yang bisa gue cintai dan gue nggak tahu apakah gue bisa mencintai wanita lain seperti gue mencintai Senja."

"Elo pasti bisa! Buktinya elo bisa mencintai Gladys, walaupun sampai kini elo masih mengingkari perasaan lo itu. Dan akibat pikiran lo yang sempit, elo lebih memilih wanita yang jelas-jelas nggak mungkin bisa dimiliki dan melepas wanita yang siap menerima lo apa adanya. Sekarang elo kehilangan keduanya. Elo memang pria terg****k yang pernah gue temui."

"Walaupun seandainya gue mencintai Gladys, gue tetap nggak bisa memiliki dia. Minggu depan dia akan menikah dengan pria pilihannya."

"Penyesalan memang selalu datang belakangan. By the way, kapan elo berangkat antar om Pram?"

"Besok. Ada sedikit penundaan karena urusan dengan pengacara yang harus ayah selesaikan. Dia memaksa gue menerima perusahaan dan mengelola seluruh asset keluarga seandainya dia meninggal nanti. Tentunya dibawah pengawasan om Agus hingga nanti gue siap." Banyu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang. Wajahnya tampak gusar.

"Kenapa muka lo jadi bete gitu?" tanya Mila.

"Pesan yang gue kirim ke Senja nggak terkirim," jawab Banyu dengan kening berkerut. Mila tergelak melihat wajah gusar sahabatnya.

"Elo tuh benar-benar susah dikasih tau ya. Gue rasa sekarang nomor lo sudah di block sama Senja. Bahkan bukan nggak mungkin, sudah dihapus oleh Awan dari hp Senja. Sesuatu yang seharusnya dari dulu Awan lakukan."

"Mil, elo sahabat gue kan?" Mila mengangguk. "Seharusnya elo berada di pihak gue. Bukan malah mendukung Awan. Memangnya elo senang melihat sepupu lo hidup seperti itu?"

"Nyu, gue juga salah dalam hal ini." Banyu memandang Mila bingung. "Seharusnya dari dulu gue peringatkan kalian untuk saling melupakan. Tapi kenyataannya gue malah nggak melakukan apapun. Tadinya gue pikir dengan adanya Gladys elo akan bisa melupakan Senja. Ternyata gue salah. Dan lebih salah lagi karena gue nggak melarang kalian bertemu tapi malah menemani kalian bertemu."

"Sudahlah Mil, elo nggak salah. Memang gue aja yang ternyata belum bisa move on tapi gue terus denial tentang hal itu. Mungkin ini balasan dari Allah karena gue sudah meninggalkan Gladys."

"Elo akan datang ke acara pernikahan Gladys kan?"

"Nggak tau, Mil. Mungkin nggak."

"Kenapa? Takut menghadapi kenyataan dua kali ditinggal nikah?" Banyu tertawa hambar mendengar perkataan Mila.

"Bukan karena itu. Gue kayaknya masih di Malaysia saat Gladys menikah nanti. Tapi kalau dipikir-pikir nasib gue memang nggak beruntung. Dua kali ditinggal nikah, dipecat dari pekerjaan. Giliran ada yang mau, guenya yang nggak sreg."

"Elo sama Diandra saja, Nyu. Dia kan keliatan banget naksir sama elo. Atau sama siapa tuh langganan elo yang ngebet banget pengen nikah sama elo.. ooh itu si Astuti."

"Entahlah Mil, gue masih mau menata hati dulu setelah ditinggal lagi oleh Senja," ucap Banyu sambil mengacak rambutnya. "Mungkin juga ini hukuman dari Allah karena selama ini gue membenci ayah."

"Hahahaha... urusan hukuman dari Allah atau bukan, yang pasti nasib lo lagi apes saja Nyu. Makanya buruan taubat dan jangan terlalu picky dalam memilih pasangan."

"Sialan lo, Mil. Kok elo bisa jadi dosen sih? Padahal kelakuan lo koplak begini."

"Jadi dosen mah hanya pilihan supaya gue nggak bosan mendekam di kantor terus. Kalau di kampus kan mata gue bisa lihat yang segar-segar," balas Mila sambil tergelak. Mau tak mau Banyu ikut tertawa mendengar jawaban Mila yang seenaknya itu. "Tapi kayaknya semester depan gue bakal berhenti. Soalnya mas Dika minta gue untuk memulai program punya anak."

"Baguslah. Biar elo nggak kelayapan dan nggak ngomelin mahasiswa melulu. Kasihan gue sama mereka yang jadi mahasiswa lo."

"K*****t lo Nyu!! Gini-gini gue salah satu dosen favorit di kampus," balas Mila tak mau kalah.

"Kira-kira nanti anak kalian mirip siapa ya? Semoga nggak mirip elo. Sudah jelek, judes, jahil pula. Gue bingung kenapa Dika mau menikah sama elo. Kalian kan belum lama kenal. Kalau nggak salah cuma ketemu tiga kali ya? Kok bisa sih? Dulu gue pikir elo hamil duluan."

"S****n lo Nyu!! Benar-benar sahabat terkutuk lo! Mendingan kayak gue lah. Ketemu nggak sampai sebulan, langsung dilamar sama mas Dika. Daripada kayak elo pacaran bertahun-tahun, menunggu bertahun-tahun tapi tetap nggak bisa menikah dengan gadis yang lo cintai." Banyu langsung terdiam mendengar ucapan Mila yang sesuai dengan kenyatan. Banyu hanya bisa tersenyum pahit.

"Mungkin gue harus belajar dari Dika bagaimana dia bisa yakin bahwa elo adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Karena ternyata mencintai seseorang walau sudah bertahun-tahun, tetap tak bisa menjadikan orang itu sebagai pendamping hidup gue," gumam Banyu. "Mil, elo cinta sama Dika saat dia mengajak lo menikah?"

"Nyu, elo tahu kan gimana perjalanan cinta gue saat itu. Boro-boro cinta, mengenal pribadinya juga nggak. Saat itu gue masih pacaran dengan Alvian. Perbedaan usia kita berdua juga membuat gue ogah mengenal dia lebih jauh. Bayangin aja kita baru ketemu tiga kali, mas Dika langsung menemui bokap untuk meminta ijin menikahi gue bulan depannya. Sumpah, saat itu gue panik karena bokap mengijinkan dia mendekati gue. Tapi ketulusan dan perjuangan dia berhasil membuat gue menerima dia walau saat itu gue masih cinta banget sama Alvian. Dan pada akhirnyaa gue bisa mencintai Dika yang berani memperjuangkan cintanya, dibandingkan Alvian yang sudah menjadi pacar gue selama 2 tahun tapi tak memberi kepastian."

Banyu terhenyak mendengar cerita Mila. Apakah itu yang dialami oleh Gladys sehingga dia mau menerima Lukas? Karena Lukas sangat mencintainya dengan tulus? Kenapa dia melupakan kisah cinta Mila. Padahal selama ini mereka cukup dekat. Apakah karena ia terlalu fokus pada Senja?

"Kenapa? Mirip ya dengan kisah lo, Gladys dan Lukas?" tanya Mila. "Nyu, seorang wanita pada akhirnya memilih orang yang berani mencintainya dan memperjuangkannya, bukan orang yang mencintainya tanpa berani berjuang. Elo malah lebih parah dari Alvian. Bukan hanya elo nggak memperjuangkan dia, tapi elo malah menolak dia demi wanita yang sudah menyakiti hati elo. Kadang-kadang gue bingung sama elo. Ganteng, pintar, baik, tapi untuk urusan cinta elo lebih bego dari Yogi, keponakan gue yang baru lulus SMP. Sekarang apa yang lo dapat? Nggak ada, selain ditinggalkan oleh dua wanita secara bersamaan."

Sekali lagi Banyu hanya bisa terdiam mendengar ucapan Mila. Benar apa yang dikatakan Mila. Ia benar-benar merugi akibat kebodohannya. Senja kembali meninggalkannya dan Gladys.... Ah, mengingat gadis itu membuat hatinya merasa hangat dan pedih secara bersamaan. Tak bisa dipungkiri ia masih memiliki rasa terhadap gadis itu. Rasa yang kini hanya bisa disimpan atau bahkan mungkin harus dibuang karena tak lama lagi gadis itu akan menikah dengan pewaris tunggal Bram's Corp. Dasar manusia t***l! Banyu memaki dirinya sendiri di dalam hati. Sekarang nikmati deh penderitaan lo!!

⭐⭐⭐⭐

Nächstes Kapitel