Amira mencebik. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan usaha Khalid yang seolah ingin selalu melihat dirinya kesal. Beberapa kali berinteraksi dengan laki-laki itu, belum pernah sekalipun Amira merasakan bahagia. Ia merasa terintimidasi dan ah, entah perasaan apa lagi namanya.
"Ssst, jangan durhaka padaku. Lihat tuh saudara perempuanmu, dia lincah sekali melayani Arsan. Mereka nampak akrab dan sangat bahagia meski baru pertama kali berjumpa. Kita sudah sering ketemu malah kalah sama mereka."
"Kau ingin tahu mengapa?" Amira membisikkan kalimatnya di telinga Khalid, membuat sultan yang sedang memandangnya tersenyum dan berpikir kalau Khalid dan Amira sudah bisa menerima satu sama lain.
"Memangnya kenapa, Yang?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com