Kecupan itu, telah membuatnya bertingkah bagaikan cacing kepanasan. Roki memeluk bantal dengan sangat erat, ia pun menciuminya hingga air liurnya menempel. Seketika gula darahnya meningkat, raut wajahnya memerah setiap mengingat kecupannya. Sekilas, dia teringat kembali akan sosok almarhum kekasihnya.
Setiap seminggu sekali, gadis itu selalu menciumnya sebelum berangkat sekolah. Di kala sepi, gadis itu selalu menemaninya dan menjadi pendengar yang baik di kala ia mempunyai masalah.
Roki mengingat, raut wajah ayahnya yang murka ketika menyalahkan dirinya, atas kematian anaknya. Andaikan dia tau, bahwa kekasihnya ada saat di tempat kejadian tawuran itu terjadi mungkin ia akan mencegah kematiannya. Nasi sudah menjadi bubur, kejadian yang sudah terjadi tak bisa terulang.
Pada akhirnya, kejadian itu, meninggalkan duka yang mendalam. Dirinya tidak ingin, hal serupa terjadi pada Angela. Maka, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melindunginya apapun yang terjadi.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com