webnovel

dave.pov

cinta? kupikir makna sebenarnya dari kata itu sudah punah di era seperti ini. cinta adalah uang, berdasar pengalamanku selama ini, itulah makna cinta yang kupahami. ayahku yang dulu katanya mencintaiku pergi meninggalkanku karena uang, wanita-wanita yang sering merayuku dengan mengucapkan kata cinta juga mendekatiku karena uang. aku tidak menemukan makna cinta selain uang. tapi bisa-bisanya gadis itu masih percaya dengan kata-kata cinta seperti itu. naif sekali.

"om, aku butuh rak buku" kata clara yang kini sedang makan di depanku.

"bisa gak kamu gak panggil aku om? usiaku gak setua itu untuk kamu panggil om" kataku, kesal juga mendengar itu, apalagi dari mulutnya.

"heh om, usia 27 tahun tu kalo dibandingin usiaku yang belum genap 20 tahun itu udah pantes kali dipanggil om, jadi terima-terima aja deh kalo aku panggil kamu om" ujar clara kurang ajar.

"aku suami kamu, bukan om kamu, aku juga punya nama, lebih baik kamu panggil aku pake namaku atau kamu bakal dikira cuma perempuan panggilan" kataku.

"perempuan panggilan?" clara mengerutkan kening tidak mengerti, dia itu sebenarnya polos atau bego? istilah seperti itu saja tidak tahu.

"ya, yang cuma dateng kalo dipanggil buat nemenin tidur" jelasku. wajah clara memerah.

"kamu sering manggil cewek buat tidur sama kamu?" tanya clara lebih seperti mengintrogasi.

"kalo iya kenapa kalo gak kenapa?" tanyaku.

clara menghela napas sejenak.

"kalo iya aku bakal sedih karena aku yang masih baru dan tersegel rapat ini dapet barang bekas kaya kamu, kalo gak aku bersyukur karena sama-sama masih baru dan tersegel" ujar clara.

"sayangnya kamu harus sedih karena kamu cuma dapet barang bekas" ujarku tanpa merasa bersalah, untuk apa juga merasa bersalah, toh aku juga tidak berharap untuk dapat barang baru, aku juga tidak yakin kalau dia benar-benar masih perawan. kulihat raut muka clara berubah suram. namun hanya sesaat karena kemudiam ia tersenyum.

"gak papa, gak masalah. tapi karena sekarang kamu udah punya aku, kamu gak usah lagi manggil cewek buat tidur sama kamu" kata clara. amit-amit dengan para wanita panggilan itu. hanya satu wanita yang bisa membuatku bertindak sejauh itu, ya wanita itu, sampai sekarang aku tidak bisa melupakannya, wanita sialan itu. brak!

"dave? kamu kenapa? kamu tersinggung sama omonganku?" tanya clara dengan raut muka cemas, sialan, aku sampai kelepasan.

"gak, gak apa-apa, gak ada hubungannya sama itu, kamu lanjutin makan, aku pergi dulu, kalo butuh apa-apa bilang rosa atau yang lain" ujarku lantas pergi meninggalkan clara.

ah, kenapa aku tidak bisa melupakan wanita sialan itu? setiapa mengingatnya hanya menimbulkan rasa sakit dan kecewa. Sialan!

Nächstes Kapitel