Keesokan harinya adalah hari libur. Luo Luo awalnya berencana untuk pergi berbelanja bersama Xia Ling. Tetapi, setelah putusnya persahabatan mereka kemarin malam, Luo Luo tidak lagi menemui Xia Ling. Setelah melihat jadwalnya, Xia Ling memutuskan untuk pergi membeli barang-barang kebutuhannya untuk dibawa saat pengambilan video luar ruangan keesokan hari. Selain itu, ada beberapa kebutuhan harian yang perlu dibeli.
Ia pergi mencari Tan Ying, manajer dari kamp pelatihan, untuk meminta izin keluar hari itu. Sesuai dengan peraturan kamp, para trainee harus meminta izin terlebih dahulu apabila mereka ingin pergi keluar wilayah kamp.
Tan Ying mengalihkan pandangannya ke arah Xia Ling, tersenyum setengah hati seraya berkata, "Saya dengar Luo Luo dan kau berselisih kemarin?"
Xia Ling mengernyitkan dahinya sebelum menjawab, "Itu adalah urusan pribadi saya."
Tan Ying tertawa seraya mengangkat bahunya dan mengubah topik pembicaraan saat ekspresi Xia Ling menjadi dingin. "Saya juga mendengar bahwa kau melakukan kompetisi gerakan kincir angin melawan Lu Tao dan mengalahkannya."
Xia Ling berpikir dalam diam. Tan Ying sangat mengikuti berita yang beredar.
Ia tidak menjawab, hanya diam menunggu Tan Ying untuk melanjutkan.
Tan Ying juga tidak berkata apapun ketika pandangan mereka bertemu. Tiba-tiba, ia tertawa. "Ye Xingling, mengapa saya tidak pernah menyadari betapa menariknya kepribadianmu? Orang lain yang telah mengalahkan seseorang dengan keahlian sebagus Lu Tao pasti akan pamer. Tetapi, kau malah terlihat jengkel ketika seseorang bertanya padamu mengenai hal ini."
Xia Ling berusaha mengendalikan emosinya dan menarik ekspresi jengkel dari wajahnya. Bagaimanapun juga, Tan Ying adalah manajer dari kamp pelatihan ini. Ia memiliki peranan besar untuk menentukan apakah Xia Ling dapat debut dengan sukses di kemudian hari atau tidak.
"Dan juga seorang aktris yang hebat." Tan Ying menggelengkan kepala seraya bergumam pada dirinya sendiri.
"Bapak Tan, apakah ada hal lain lagi? Saya masih harus mempersiapkan beberapa hal untuk pengambilan video di luar ruangan dalam beberapa hari ke depan. Apabila saya tidak segera pergi, saya mungkin tidak punya cukup waktu." Kata Xia Ling dengan entengnya. Karena Tan Ying berkata bahwa ia sedang berakting, maka ia tidak perlu lagi menyembunyikan emosinya.
Tan Ying berkata, "Ya, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan. Ye Xingling, apakah kau pernah belajar breakdance sebelum kau bergabung dengan kamp pelatihan?"
Setelah menyadari ke arah mana pertanyaan akan diajukan, Xia Ling berpikir cepat untuk menjawabnya, "Saya tidak pernah belajar breakdance secara resmi. Lebih tepatnya, saya hanya belajar beberapa gerakan berputar dan gerakan kincir angin, lebih mengarah pada gimnastik sebagai latihan harian."
"Tidak heran kau memiliki fleksibilitas yang sangat baik." Tan Ying sekilas meneliti tubuh Xia LIng, dan kemudian menyuarakan pikirannya. "Mengapa kau tidak menyebutkan hal ini ketika mengisi kolom keahlian saat memasuki kamp tahun lalu?"
Xia Ling memutar bola matanya di dalam pikirannya. Tentu saja tidak, saat itu ia belum ber-reinkarnasi.
Tetapi, ia menjawab, "Apabila saya melaporkan keahlian ini dari awal, saya akan dikirim ke grup yang berlatih streetdance[1]1. Saya tidak suka streetdance." Xia Ling tidak pernah menyukai jenis tarian yang riuh ini karena tidak menggambarkan kepribadiannya.
"Sayang sekali," kata Tan Ying. "Sejak grup Hei Yao Shi bubar, Skyart Entertainment tidak lagi memiliki grup streetdance. Lu Tao memiliki potensi yang besar untuk itu, karenanya saya mencarikan baginya seorang partner yang bisa mengimbanginya. Sayangnya, hal ini sangatlah sulit."
"Saya tidak tertarik," kata Xia Ling.
Tan Ying mengernyitkan dahi. "Ye Xingling, kau telah bergabung dengan kamp ini selama lebih dari setahun. Saat ini, kau masih berkutat pada level menengah dan bawah. Kemungkinanmu untuk bisa debut sangatlah kecil. Apabila kau bergabung dengan Lu Tao…"
"Saya tidak akan bergabung dengan siapa pun." Xia Ling menyela Tan Ying. "Saya akan debut karena keahlian saya sendiri."
Tan Ying memandang padanya untuk waktu yang cukup lama. Tiba-tiba ia tertawa ringan dan berkata, "Terserah kau. Saya akan menantikannya."
Xia Ling berjalan keluar dari kamp pelatihan, mengangkat kepalanya dan menghirup udara segar dalam beberapa tarikan napas.
Di jalanan, matahari bersinar cerah diiringi oleh hembusan angin musim gugur yang sejuk. Xia Ling berjalan melalui toko-toko yang terletak di jalanan utama tempat berbelanja, membeli benda-benda yang ia butuhkan untuk pengambilan video sambil mengingat-ingat kehidupan lamanya. Lotion pelindung matahari, pelembab, lotion pengusir serangga, tissue wajah…
Ia tidak yakin apakah ia melupakan sesuatu.
Di kehidupan pertamanya, ia memiliki seorang asisten yang melakukan hal-hal ini untuknya dan memastikan ia terurus dengan baik. Sekarang, ia sendirian dan harus melakukan semuanya seorang diri, sehingga ia merasa kebingungan untuk beberapa saat. Berapa lama ia telah merasa seperti ini? Seolah-olah semuanya kembali ke awal mula kehidupannya di masa lampau, sebelum garis hidupnya sebagai seorang diva dimulai. Ia adalah seorang gadis yatim piatu bernama Xia Ling.
Ya. Di kehidupannya yang telah lalu, ia adalah seorang anak yatim piatu.
Menurut kepala panti asuhan, pada suatu pagi yang berkabut, ia mendengar tangisan bayi di luar pintu. Setelah mengikuti suara tangisan, ia menemukan dua anak kecil di balik sebuah pohon bunga Iris—Xia Ling yang masih berusia 3 tahun, memegang sebatang bunga kering, berusaha sebaik mungkin menghibur bayi yang ada di lengannya. Bayi kecil itu adalah adiknya, Xia Yu.
Ketika kepala panti asuhan menemukan mereka, wajah Xia Yu masih dibasahi oleh air mata, tetapi mulutnya yang mungil sudah membentuk senyuman. Ia tertawa bahagia seraya mengulurkan tangannya untuk mengambil bunga kering yang diletakkan Xia Ling di hadapannya.
Kepala panti asuhan berkata bahwa ia adalah seorang anak yang penuh tanggung jawab, sangat mengasihi dan mempedulikan adiknya. Ia juga mandiri dan kuat.
Sementara, Xia Yu adalah anak yang lemah dengan penyakit jantung bawaan yang serius. Ia tidak dapat berlari atau melompat. Apabila ia terlalu kepanasan atau kedinginan, ia akan mengalami infeksi paru-paru akut atau bahkan gagal jantung. Demi menjaga Xia Yu, Xia Ling melewatkan banyak kesempatan untuk diadopsi. Ia telah memberitahu kepala panti asuhan bahwa ia tidak akan pergi ke mana pun kecuali ada orang yang bersedia untuk mengadopsi mereka berdua bersama-sama.
Tahun demi tahun berlalu. Meskipun Xia Ling sangatlah cantik dan memperlihatkan sifat seorang anak yang baik dan bertanggung jawab, setiap pasangan akan menggelengkan kepala dan menyerah untuk mengadopsi mereka berdua ketika melihat betapa buruk dan kurusnya rupa Xia Yu akibat penyakitnya.
Sampai mereka bertemu dengan Pei Ziheng.
Xia Ling dulu berpikir bahwa laki-laki itu adalah penyelamatnya.
Ia muncul dari bawah pohon bunga Iris yang harum, sinar matahari musim panas memberikan aura keemasan mengelilingi tubuhnya yang tinggi. Ia mengulurkan tangannya dan tersenyum kepada Xia Ling seraya berkata, "Xiao Ling, ayo pulang bersamaku. Aku akan membuatmu menjadi seorang bintang terkenal di seluruh dunia dan memberimu apa saja yang kau impikan. Dan adikmu akan mendapatkan perawatan medis terbaik."
Xiao Ling, pulanglah bersamaku.
Kalimat inilah yang membuat Xia Ling memberinya seluruh cinta dan harapan.
Ia telah mengikuti Pei Ziheng sejak ia berusia 12 tahun. Pei Ziheng adalah pelindungnya, ayahnya, saudaranya, gurunya, dan… kekasihnya. Dia berpikir bahwa Pei Ziheng adalah miliknya untuk selamanya, tetapi ia lupa akan latar belakangnya yang miskin. Pei Ziheng berasal dari keluarga dengan kekayaan dari beberapa generasi, dan ia adalah ahli waris yang sah. Tentu saja keluarganya menginginkan pria itu menikahi seseorang yang bisa mengimbanginya.
Pei Ziheng bahkan tidak mendiskusikan hal tersebut dengan Xia Ling ketika menyetujui pernikahan yang telah diatur oleh keluarganya.
Xia Ling baru mengetahui pertunangannya dari berita. Hari itu, ia menerobos masuk ke kantor Pei Ziheng untuk menanyakan hal tersebut, hampir histeris. Pei Ziheng hanya mengernyitkan dahi dan berkata, "Ini hanyalah pernikahan yang telah diatur antar keluarga. Aku tidak akan meninggalkanmu. Xiao Ling, sejak kapan kau jadi tidak bernalar sehat?"
Ha. Jadi dialah yang tidak bernalar sehat.
Ia terlalu mencintai Pei Ziheng. Ia tidak bisa mentoleransi siapa pun memasuki hubungan di antara mereka, meskipun hanyalah seorang istri yang dinikahi oleh karena perjanjian. Selain itu, ia merasa cemburu bahwa sang istri akan dapat berjalan berdampingan dan bergandengan tangan dengan Pei Ziheng secara terbuka dan menerima persetujuan dari semua orang. Ia, sebaliknya, hanya dapat bersembunyi di kegelapan dan menjadi wanita simpanan yang tidak dapat Pei Ziheng tunjukkan kepada siapapun.
Ia terlibat perdebatan sengit dengan Pei Ziheng mengenai masalah ini, berkali-kali membawa laki-laki itu pada batas kesabarannya. Ia bahkan pergi untuk bernegosiasi dengan wanita yang akan menjadi istri Pei Ziheng seolah-olah Xia Ling adalah istri yang telah dikhianati. Wanita calon istri Pei Ziheng dengan sikap anggun dan pandangan yang merendahkan berkata, "Xia Ling, siapa kau? Kau ini hanyalah seorang aktris, sebuah mainan. Apabila kau pandai membawa diri, aku masih akan bertoleransi terhadapmu setelah pernikahan kami. Tetapi, apabila kau melanggar batas, jangan lupa siapa nyonya dari pemimpin Imperial Entertainment di kemudian hari."
Pada titik itu, Xia Ling menyadari betapa tidak penting keberadaannya.
Apalah artinya bahwa ia adalah dewi dalam dunia hiburan? Apalah artinya memiliki para pengagum yang tak terhitung jumlahnya? Di hadapan keluarga-keluarga kaya raya ini, ia hanyalah setitik debu tak berharga, seekor semut yang bisa diinjak sampai mati dengan mudah.
Ia pulang ke rumah dengan asa yang telah patah, sebuah rumah yang ia tinggali bersama Pei Ziheng. Ia membuat dekorasi dengan susah payah dari setiap dinding di setiap ruangan sampai pada peralatan dapur. Ia mencurahkan segenap hatinya pada setiap detail. Namun, wanita itu tiba-tiba menyadari bahwa selain memberinya uang dan orang-orang untuk membantunya, Pei Ziheng tidak pernah berbuat apa pun. Selama ini, satu-satunya orang yang merasa bahwa tempat ini adalah rumah hanyalah dirinya sendiri, Xia Ling. Pei Ziheng hanya menganggap rumah ini sebagai sebuah hotel atau tempat tinggal wanita simpanannya.
Kelelahan tiba-tiba merasuki seluruh tubuhnya.
Ia sungguh sangat lelah dan ingin menyerah. Apabila ia tidak dapat menghabiskan hidup dengan Pei Ziheng, hanya berdua saja, lebih baik ia pergi ke suatu tempat yang jauh, meskipun ia harus meninggal dunia seorang diri.
Ia berjongkok di atas tempat tidur yang ia gunakan dengan Pei Ziheng dan menangis sejadi-jadinya. Setelah itu, ia menghapus air matanya, bangkit berdiri, membuka lemari pakaiannya dan mulai menata koper. Sebelum ia pergi, mengingat bahwa cuaca telah berubah menjadi dingin, ia kembali dan mencari-cari di lemari pakaian sampai ia menemukan jaket wol tebal kesayangan Pei Ziheng, kemudian menggantungnya di rak pakaian terindah berhiaskan ukiran-ukiran di ruang tamu.
Setelah itu, ia mengangkat kopernya yang berat dan berjalan terseok-seok menuju pintu.
Pada saat itu, Pei Ziheng membuka pintu dan memasuki ruangan.