webnovel

#Pernikahan

Tenda yang berdiri kokoh di depan rumah seorang ustadz nampak telah ramai. Janur kuning yang melengkung menandakan bahwa akan ada sebuah pernikahan. Kayla, putri pertama Ustadz Hamzah, hari ini akan menikah dengan Dio. Meski nampak tersenyum, namun senyum yang tersungging di wajah sang Ustadz dan istrinya jelas sekali nampak dipaksakan. Hanya sekedar lengkung bibir tipis, yang tak sampai pada mata. Sedangkan Kayla tak nampak diantara hiruk pikuk orang yang ada di rumah Ustadz Hamzah, ia hanya berdiam diri di kamar sambil menunggu calon suami nya datang untuk prosesi Ijab qabul. Sedangkan Inaya- adik Kayla, terlihat bebarapa kali menghampiri lemari pendingin di dapur, membawa batu es yang ia masukkan ke dalam sebuah mangkok kemudian dibawanya ke lantai dua dan memasuki kamar dengan pintu berwarna peach berhias bunga menjuntai dan pernak pernik huruf "K&D", yang menandakan itu adalah kamar pengantin. Kamar kayla yang dihias cantik untuk menyambut pasangan pengantin baru nanti.

"Mbak, ini es nya. Ayo dikompres mata nya biar nggak bengkak. Masak nanti pas ketemu sama suami matanya bengkak gitu, gak cantik ah", ucap Inaya berusaha menghibur sang kakak yang akan melepas status lajang hari ini agar tidak terus menerus menangis.

Kayla, mestinya seorang yang akan menikah akan merasa sangat bahagia. Namun tidak dengan Kayla. Hatinya pedih, hanya ada penyesalan yang entah kapan bisa hilang dari diri nya. Ia sangat menyesal telah mengecewakan orang tua dan keluarganya. Terutama Abi nya, dimana sang Ayah yang tak pernah lelah berpesan pada nya tentang segala kebaikan. Namun kini ia telah melakukan sebuah dosa besar, yang sangat fatal baginya hingga harus terjadi pernikahan ini untuk menutup aib yang belum tersebar, denfan harapan semoga Alloh menutup aib ini. Meski ia sudah berusaha memperbaiki diri, bertaubat namun nasi telah menjadi bubur. Kesalahannya sekali membawa nya merasakan tekanan batin, malu dan rasa bersalah yang tak kunjung hilang hingga saat ini tiba.

"Sudahlah mbak, jangan seprti ini. Sekarang mbak harus jalani dulu, mbak bertaubat dan berusaha menjadi lebih baik, insyaAlloh Alloh akan mengampuni dosa mbak. Bukankah Alloh Maha Pengampun, mbak tau kan. Hal ini dijelaskan pada ayat dalam Al Qur'an, Allah Ta'ala berfirman, "Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (QS. Az Zumar: 53).

Ibnu Katsir mengatakan, "Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan, " (Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 12/138-139, Muassasah Qurthubah). Nah sekarang kewajiban kita sebagai manusia hanya bertaubat dan memperbaiki diri. Serta berusaha menutup aib kita. Mbak harus percaya itu", Inaya berusaha meyakinkan dan mensupport sang Kakak.

"Iya dek, mbak akan berusa seperti itu. Semua ini kesalahan mbak, yang gak dengerin nasihat Abi. Padahal tiap kali ngobrol sama Abi, Umi beliau selalu berpesan agar mbak menjauhi minuman keras, tidak mendekati Zina dan selalu mengingat Alloh. Tapi mbak lalai akan semua itu, mbak tersilaukan nafsu dunia. Memang benar kalau minuman keras adalah induk dari segala kejahatan dan kekejian", kayla yang masih berusaha menahan isak tangis yang akan kembali berurai.

"Di Alquran sudah dijelaskan dengan detail tentang semua ini, tapi mbak tak mengindahkannya", ucapnya kembali.

"Ya sudah, makanya kewajiban mbak sekarang adalah bertaubat, dan memperbaiki diri. Sudah yuk, kita ke bawah sepertinya tadi Abi dan Umi sudah nunggu di bawah. Mungkin sebentar lagi Mas Dio dan keluarga nya datang", kemudian Inaya menggandeng lengan sang kakak untuk bergabung dengan orang tua mereka di ruang tamu.

Sanak saudara mereka juga sudah terlihat duduk rapi, lesehan di karpet berwarna coklat, denfan motif polkadot yang menutup seluruh lantai ruang tamu. Di sudut kiri, terpasang meja putih berukuran 100cm x 80cm, dihiasi taplak cantik dengan warna senada, dan bunga di satu sisinya. Sedang Ustadz Hamzah dan sang istri duduk di dekat meja putih yang akan digunakan untuk acara Ijab Qabul tersebut. Setelah mengahampiri kedua orang tuanya dan bertegur sapa sejenak dengan sanak saudara, Kayla kembali memasuki kamar, namun kali ini kamar tamu yang sengaja dipakai untuknya menunggu acara Ijab qabul selesai. Tak lama Mak Yah, seorang ART yang sudah ikut dengan keluarga ini semenjak Kayla masih bayi mengetuk pintu kamar tamu.

Tok tok tok, pintu pun dibuka, Inaya berdiri dan tersenyum pada Mak Yah mempersilakan masuk.

"Ada apa Mak?", tanya Inaya.

"Itu mbak Naya, ada keluarga mas Faiz datang, Emak disuruh Abi manggil mbak Naya buat nyapa mereka sebentar", Mak Yah mengungkapkan tujuan nya.

Seketika binar cerah dan bahagia terpancar di wajah Inaya, dihiasi senyum lebar ia berterimakasih pada Mak Yah.

"Terimakasih Mak, saya segera kesana", jawabnya.

"Mbak, aku ke depan sebentar ya. Ada mas Faiz dan keluarganya datang, aku sapa mereka sebentar. Nanti aku temani mbak lagi. Jangan nangis lagi ya", Pamit Inaya pada sang kakak dengan mengusap lembut lengan kakak Kayla agar merasakan tenang.

"Iya dek, sapalah mereka. Beruntung sekali mereka mendapatkan gadis baik seperti kamu", jawabnya sambil memaksakan senyum dan merasakan kegetiran di hatinya.

Dan Inaya pun hanya menjawab dengan senyuman. Kemudian melangkah keluar dari kamar menuju ruang tamu, mengahampiri Faiz dan kedua orang tuanya. Ia menangkupkan tangan di dada sambil tersenyum, menyapa Faiz, kemudian mencium tangan kedua orang tua Faiz.

"Assalamualaikum mas Faiz, Abi, Umi". Sapa Inaya pada Faiz dan kedua orang tuanya. Kemudian mereka berbincang sejenak. Ianaya tak bisa menahan debaran jantung nya,saat Faiz mengajaknya bicara meski hanya sepatah kata.Wajah gugup dan pipinya yang memerah tampak sekali, sambil terus menundukkan pandangan nya ia menimpali sesekali ucapan Faiz dan kedua orang tua nya.

"Ina, apa gak sekalian sekarang aja Akad Nikah nya? Bareng sama Kayla", Ucap calon Ayah mertuanya menggoda Inaya.

Dan jangan ditanya bagaimana malu dan gugupnya Inaya sampai tak bisa berkata-kata untuk menjawab godaan mereka. Ia hanya tersemyum dan tak berani menatap tiga orang yang sebentar lagi menjadi keluarganya ini. Setelah beberapa saat, ia pamit untuk kembali menemani Kayla.

"Mas Fai, Abi, Umi, saya pamit dulu nemani mbak Kayla", ucapnya sambil mengangguk dan menangkupkan tangan di dada.

"Iya Nak,

Faizul Haq Zakaria, dia adalah putra dari Ustadz Zakaria sahabat Ustadz Hamzah, seminggu yang lalu ia bertaaruf dengan Inaya, kemudian langsung menghitbahnya dan rencana nya dua minggu lagi akan menikahi Inaya, hanya perniakahan sederhana dan walimatul Ursy dengan mengundang saudara, tetangga dan anak panti asuhan saja. Dan bulan berikutnya Faiz akan berangkat ke Kairo untuk melanjutkan pendidikan nya dan memboyong sang Istri kesana. Faiz dan Inaya dijodohkan oleh orang tua mereka yang sejak lama bersahabat.

###

Satu jam berlalu, belum ada tanda-tanda kedatangan Dio dan keluarga nya. Bahkan penghulu sudah datang sejak sepuluh menit yang lalu. Ustadz Hamzah yang tampak tak jenak dalam duduk nya meski sesekali masih menimpali perbincangan para tamu dan kerabat nya.

"Hamzah, apa tidak coba hubungi calon besan mu? Itu penghulu sudah menunggu. Kira-kira mereka sampai mana, tak enak kalau penghulunya menunggu terlalu lama. Mungkin beliau sungkan bertanya padamu karena kalah set. Hahaha", ustadz Zakaria mengingatkan sahabatnya dengan sedikit candaan. Karena sejak ia datang ia perhatikan wajah sahabat nya yang tak seceria biasanya. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Hanya saja ia masih enggan untuk bertanya karna saat nya belum tepat.

"Kamu ini ada-ada aja. Ya aku hubungi mereka sekarang. Eh... tapi ini memang blm jam nya kok Zak. Masih kurang limabelas menit dari yang dijadwalkan. Tapi tak apalah. Biar kutanyakan keberadaan mereka. Kalau-kalau mereka kesasar." Ustadz hamzah pun menimpali dengan candaan.

Sambil mengeluarkan gawai dari saku kemeja, ustadz Hamzah berdiri dan berjalan menepi menuju sisi samping kanan rumah nya yang tidak terlalu ramai. Kemudian ia menghubungi orang tua Dio.

"Waalaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh. Maaf sampai mana ini pak Burhan. Kok belum sampai. Ini penghulu sudah datang juga," Ustadz Hamzah mengawali percakapan telpon dengan Burhan, ayah Dio.

"..."

"Baiklah, kami tunggu semoga perjalanan segera lancar kembali. Fii amanillah. Assalamualaikum", Ustadz Hamzah mengahiri percakapan telpon nya, dan kembali duduk di sisi ustadz Zakaria.

"Gimana Zah? Sudah sampai mana mereka?", Ustadz Zakaria langsung melontarkan kalimat tanya pada calon besan sekaligus sahabat nya.

"Mereka terjebak macet di Tol. Entah ada kecelakaan truk terguling melintang di tengah jalan tol katanya. Sedangkan Dio sudah di depan jauh dari Rombongan. Tapi tak bisa dihubungi, tadi saat berangkat hpnya lowbath katanya. Mungkin saja sekarang hpnya sudah mati. Semoga saja segera teratasi agar mereka segera sampai", terlihat raut pasrah dari ustadz Hamzah.

"Ya sudah Zah, nanti kalau memang mereka belum sampai. Dan penghulu buru-buru balik biar Faiz dan Inaya saja yang dinikahkan. Hahaha." Goda ustadz Zakaria sambil menepuk punggung sahabatnya

Memberikan ketenangan.

"Ngawur kamu,"

###

Sebelumnya di tempat yang berberda.

"Dio, kamu sudah siap?" Tanya Ela pada putranya yang tak kunjung selesai mematut diri nya di depan cermin.

"Sudah ma, aku sudah tampan kan ma?" Ucap Dio menaik turunkan alis nya menggoda sang mama.

"Ya ampun Dio... segitunya. Sudah sudah ayo. Sudah siang ini. Kamu ini mau nikah kok masih aja alay",

"Santai ma, dari sini ke rumah Kayla cuma 30menit. Gak usah buru-buru", jawabnya cuek.

"Heh... kamu ini ya, cepet sampe kan bagus gak perlu buru-buru dan ngebut di jalan." Ela menjewer telinga kiri Dio.

"Adih duh ma, sakit mama, nanti kalau telingaku putus gimana? Nggak jadi nikah ma", sambil cberut Dio menggoda mama nya.

"Halah, lebay kamu ini. Telinga yang putus gak ngaruh, kecuali leher yang putus",

"Ih... mama kok gitu sih. Ati-ati ma kalo ngomong. Ntar kalo leher Dio putus bener gimana?"

"Ya ampun... nggak lah", Ela menepuk nepuk bibir nya. "Ayo makanya cepetan."

Mereka pun bernjak dari kamr hoel tempatnya menginap. Dio memasuki mobil yang berbeda dengan kedua orang tua dan keluarganya yang lain. Ia menaiki mobil pengantin, Honda City hitam yang telah dihias bunga di bangian depan dan belakangnya. Sedangkan keluarga yang lain memasuki Mitsubishi Expander hitam yang akan membawa mereka ke pinggiran kota Surabaya.

Keluarga Dio yang berasal dari kota gudeg, memutuskan untuk menginap di Naira Hotel, yang tepat berada di sisi kiri masjid kebanggan kota pahlawan. Dengan pertimbangan agar tak terburu-buru mempersiapkan segala kelengkapannya esok. Mereka menolak tawaran untuk menginap di rumah kerabat yang lokas nya tak jauh dari rumah mempelai wanita.

###

"Tok tok tok, Mbak Naya bisa keluar sebentar?" Sambil berurai air mata Mak Yah menjalankan titah dari ustadz Zakaria agar segera memanggil Inaya untuk menemuainya di ruang tamu...

ada apa kira2...

Nächstes Kapitel