webnovel

Chapter 12 Goresan Pola Gambar

Alex yang melihatnya terlebih dahulu, ia menurunkan badan dan tangannya mulai meraba dari setiap goresan pola gambar yang terbentuk di atas keramik lantai kamar milik ayahnya ini. 

Tetapi tidak ada yang terjadi apapun pada dirinya tersebut. Rieza yang diam saja, melihat tindakan dari Alex ini.

"Rieza, coba kamu pegang goresan yang terletak pada keramik di dalam kamar milik ayah aku ini. Aku ingin melihat reaksi apa yang akan ditimbulkan oleh goresan pola gambar," perintah Alex kepada Rieza untuk segera menyentuh goresan pola gambar yang terdapat pada dalam kamar ini. 

"Hah…? Aku…? Kenapa aku, Ka Alex. Ka Alex saja tidak dapat merasakan apapun dari goresan pola gambar itu, apalagi aku, Ka. Bahkan diriku belum belajar jurus dari Pedang Katana ini dan sekarang kakak ingin menyuruh aku untuk mempelajarinya juga," tanya Rieza yang heran karena ia tidak menyangka, bahwa kakak percaya kepada diriku ini. 

"Haha… Aku tidak akan pernah meminta sesuatu kepada orang yang belum tentu dapat memenuhi permintaan diriku ini," ujarnya santai seraya terkekeh mendengar penjelasan dari Rieza ini.

"Jadi Ka Alex percaya kepada kekuatan diriku ini. Agar dapat menaklukkan kekuatan dari goresan pola gambar yang terukir pada keramik lantai kamar dari Rolland ini," ungkap Rieza senang karena mendapatkan kepercayaan penuh dari Ka Alex. Yang sekarang telah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri.

Rieza melirik sebentar ke arah Alex yang sudah berdiri tegak di belakang dirinya. Setelah itu ia mulai menundukkan badannya sedikit seperti orang yang sedang sujud. Lalu setelah itu tangan kanannya mulai meraba goresan pola gambar. 

Pada saat ia mengikuti alur dari goresan pola gambar yang terletak di atas keramik kamar ini. Rieza mulai merasakan keanehan pada dirinya kembali. Jiwanya mulai ditarik kembali ke ruangan hampa yang semua ruangannya berwarna putih bersih. 

"Ini sama seperti pertama kali aku bertemu dengan Hydra waktu di rumah makan itu. Tetapi kenapa sekarang diriku dibawa ke ruang hampa yang berwarna putih bersih seperti ini," pikir Rieza sedikit bingung karena dirinya dibawa kembali ke dalam ruang hampa yang berwarna putih bersih seperti ini. 

"Hei, siapapun kalian yang berada di dalam ruangan ini? Cepat keluar dan tunjukkan dirimu seperti apa yang sebenarnya?" bentak Rieza berteriak kencang di dalam ruangan ini.

"Hei, anak kecil. Kamu tidak perlu berteriak seperti itu! Aku mendengar panggilan kamu, tetapi aku heran kepadamu, wahai anak kecil. Kenapa kau bisa masuk ke dalam istana diriku ini?" tanya dari suara yang bergema pada setiap sudut ruangan ini. 

"Cepat tunjukkan wujud asli kamu seperti apa, wahai pemilik istana ini?" Rieza memohon kepada pemilik ruangan ini, untuk segera keluar dan ia ingin berhadapan dengan pemilik dari ruangan ini.

"Haha… Kau punya kekuatan seperti apa? Sampai-sampai ingin berhadapan langsung dengan diriku ini," ujarnya sombong dari sumber suara yang tidak tahu seperti apa wujud aslinya itu. 

"Memang aku tidak memiliki kekuatan apapun untuk menghadapi dirimu, wahai suara yang agung," ujar Rieza merendah kepada sang suara yang masih enggan menunjukkan wujud aslinya seperti apa. 

"Kalau kau tidak memiliki kekuatan apapun, kenapa kamu masih bersikeras untuk bertemu dengan diriku, wahai anak kecil," tanya dia kembali kepada Rieza yang sedang menunggu dia datang untuk menunjukkan dirinya dihadapan Rieza. 

"Karena aku ingin menjadi murid kamu, wahai suara yang agung. Aku mampu merasakan bahwa kekuatan diri kamu itu sangat besar dan tidak akan terkalahkan. Maka apabila aku dapat menjadi muridmu, itu karena aku ingin mendapatkan sebuah kekuatan yang tidak terkalahkan dari dirimu, suara yang agung," jelas Rieza panjang lebar alasan dia ingin menjadikan suara yang agung ini sebagai gurunya. 

"Aku sangat tertarik dengan kamu, wahai anak kecil. Kamu dengan berani memohon kepada diriku untuk menjadikan kamu sebagai murid, tetapi aku tidak ingin menerima siapapun juga sebagai muridku," jelas suara yang masih enggan menerima dirinya sebagai murid dirinya itu. 

"Hah…? Apa aku tidak pantas menjadi murid kamu, wahai pemilik dari ruangan ini, tuan," Rieza meminta kepada suara yang sedang berbicara dengan dirinya tersebut. 

"Kalau kau masih bersikeras untuk menjadi murid aku. Aku akan memberikan beberapa tes kepada dirimu ini," tantang suara misterius itu memberikan sebuah tantangan dan ujian yang harus dilewati oleh Rieza tersebut.

"Apa saja tes yang akan kamu berikan kepada diriku ini, wahai pemilik dari ruangan ini," tanya Rieza yang sangat penasaran dengan ujian yang akan segera diberikan oleh pemilik dari ruangan ini.

"Tes"

Seberkas cahaya mulai muncul dan bergerak ke arah Rieza dengan cepatnya, dia yang melihat kecepatan dari cahaya tersebut yang berusaha menyerang dirinya seperti itu.

Rieza langsung saja melompat ke pojok dari ruangan ini, guna menghindari serangan dari cahaya tersebut, yang membabi buta dalam menyerang dirinya.

"Apa ini adalah salah satu tes yang diberikan oleh guru untuk aku? Aku harus bisa menghalau serangan dari guru ini, bagaimana pun juga caranya," pikir Rieza yang sedang mencari kelemahan dari kekuatan yang sedang menyerangnya ini.

"Kau masih memiliki aku, Tuan Rieza. Aku akan membantu kamu untuk mengalahkan kekuatan dari gurumu itu," bisik Pedang Katana kepada Rieza yang sekarang lagi bingung. Cara untuk mengalahkan kekuatan dari sang guru ini. 

"Apa kau punya cara untuk menghalau kekuatan atau bahkan bisa mengalahkan kekuatan dari guru ini," bisik seraya bertanya kepada Pedang Katana yang sudah bagian dari tubuhnya tersebut.

"Hem… Tenang saja tuan. Aku telah memiliki cara untuk mengalahkan kekuatan dari guru kita ini," jawab Pedang Katana dengan berbicara pelan kepada Rieza yang mungkin hampir berbisik dia mendengarnya.

"Bagaimana wahai pedang aku yang merupakan pusaka legendaris? Apa aku harus mengeluarkan kamu dari tubuh ini, Katana?" cecar Rieza yang sudah tidak sabar untuk segera mengalahkan jurus dari sang guru. 

Agar dirinya bisa segera berlatih kepada sang guru ini dan ia diterima sebagai murid dari suara yang membimbing dia untuk mengalahkan jurus yang telah dikeluarkan oleh guru ini. 

"Baiklah tuan. Aku akan keluar dari diri kamu sekarang. Dan pada saat Katana telah keluar dari tubuh kamu. Aku ingin kamu menganyunkan diriku ke arah datangnya jurus itu," jelas Katana kepada Rieza, yang sedang mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Katana tersebut.

Akhirnya Pedang Katana yang baru saja dia dapatkan, dia mulai mempergunakannya dengan cara mengayunkan pedang tersebut dengan sangat pelan tetapi sangat bertenaga, ke arah datangnya cahaya kilat yang selalu mengincar diri Rieza itu. 

Tetapi ternyata setelah Rieza mengayunkan Pedang Katana miliknya tersebut. Jurus tersebut tetap masih mengejar dirinya ini. Sehingga membuat wajah Rieza sedikit ketakutan.