webnovel

I. sekolah baru

Aku berlarian mengejar bajaj akibat terlalu lama mengangkat telfon di tempat keramaian. Untunglah abang bajajnya baik hati mau berhenti lagi meski aku harus membayar lebih ketika sampai di gerbang sekolah. Rambutku yang tadi berkibar di awang awang harus berantakan ketika memasuki gerbang. Sambil sibuk merapikan rambut aku menyaksikan ada sebuah pertandingan futsal putra di lapangan indoor sebelah parkir sepeda. Sementara di lapangan outdoor ada pertandingan basket putri yang sepertinya akan segera di mulai, dan seseorang berteriak membuatku sampai terlompat.

"Fadia! Kok baru nyampek sih! Pertandingan udah mau di mulai tuh!"

Laki laki tidak sopan ini dengan songongnya menghampiriku sambil memaki maki, dan aku ingat betul dia memanggilku dengan nama fadia?! Siapa yang dia maksud? Aku menoleh ke belakang tapi tidak menemukan siapapun. Cowok dengan body atletis dan ganteng maksimal ini meraih rambut panjangku.

"Sejak kapan rambut kamu panjang tiba tiba?! Kamu pakai wig? Atau tanam rambut palsu?"

Tanyanya lagi, karena merasa tak nyaman aku meraih rambutku yang masih dia genggam.

"Dengar ya mas. Namaku bukan fadia itu yang pertama. Yang kedua, aku anak baru disekolah ini. Dan yang ketiga aku nggak pakai wig atau tanam rambut. Are you understand?"

Aku melangkah membiarkan laki laki tadi masih berdiri mematung. Segera aku mencari ruang guru agar di tunjukkan ruang kelasku.

"Jadi, kamu nanti bisa tanya-tanya ke anak osis jika ada keluhan. Ketua osisnya ganteng buanget lo"

Kata guru yang mengantarku sampai pintu kelas, aku membaca plakat nama kelas di atas pintu, tertulis disana 'KIMIA' baiklah aku akan menjadi siswi baru di kelas kimia. Aku akan fokus pada pencampuran zat dan reaksi-reaksi kimia beserta anak cucu molekul lainnya.

Aku perlahan memasuki kelas sambil celingak-celinguk melihat pemandangan kelas baru yang akan ku tempati dua tahun kedepan. Suasana sedang lelang, hanya ada beberapa siswa sedang bernyanyi dengan gitar di pojok kelas. Melihatku datang mereka langsung diam memandangiku. Aku balik memandangi empat siswa disana, dandanannya sedikit urakan tapi aku tidak yakin IQnya juga demikian. Kelas kimia adalah kelas yang berat, tak jarang murid pindah dari kelas kimia karena kewalahan dengan tugas tugas individu maupun tugas kelompoknya yang menumpuk. Segera saja ke empat lelaki tadi menghampiriku yang berdiri di muka kelas.

"Hallo, pasti murid baru itu kan. Namaku radis"

"Kita dengar kamu tokcer ya, namaku sandi"

"Aku kemal anak paling ganteng di kelas meskipun gak paling ganteng satu sekolah"

"Namaku akmal, saudara kembar kemal tapi cuma namanya doang yang agak kembaran"

Mereka bergantian memperkenalkan namanya sembari berjabat tangan denganku. Seperti mereka baik, gumamku dalam hati, toh mereka begitu welcome dengan kehadiranku. Baiklah, aku bersyukur sampai detik ini belum bertemu queenbee atau paling tidak fakboi atau badboy sekolah yang kerjaannya memalak atau menggoda dan sok cool.

Ke empat siswa ini menyilahkanku untuk memilih bangku mereka sebagai bangku baru untukku, ah astaga baik sekali mereka. Tapi aku tak tega mengambil alih hak mereka, aku memilih duduk di bangku pojok paling belakang, bangku kosong sepertinya. Aku melambai dan mengacungkan satu jempol pada radis, sandi, akmal dan kemal meyakinkan mereka bahwa aku akan duduk di bangku itu dan aku akan baik baik saja.

Mungkin hari ini tidak ada pelajaran karena ini adalah minggu pertama tahun ajaran baru. Osis pasti sibuk mengurusi murid baru kelas 10 dan yang lain pasti sibuk mengejar ketertinggalan nilai atau mengurus administrasi di tahun ajaran baru. Tapi rupanya tidak hanya itu, setiap ekstrakurikuler di SMA ini sangat maju, mereka saling melakukan pembukaan rekrutmen selain itu juga diadakan bazar ekstra yang fungsinya untuk memperkenalkan berbagai ekstra yang ada kepada peserta didik baru.

Ada kegiatan turnamen di sekolah ini, kegiatan lomba lomba antar kelas dan turnamen undangan untuk sekolah lain bagi ekstra olahraga. Ekstra pencak silat juga tak mau kalah mengikuti bazar dengan memamerkan kekuatan gerak mereka. Aku menyusuri lorong sekolah karena gabut berada di kelas yang sepi. Aku pun bertemu dengan laboratorium biologi, beberapa anak melakukan praktikum disana. Sekarang aku paham anak anak aktif disekolah ini sibuk dengan aktivitas mereka masing masing ketika jam kosong di sekolah. Semua tempat ramai di penuhi anak, kecuali kelas. Hanya kelas yang mengerikan. Ruangan kosong yang dipenuhi tas di tiap tiap mejanya.

"Hai..sini masuk saja, tidak apa apa"

aku pun melangkah perlahan memasuki ruangan laboratorium. ruangan dengan desain klasik dengan bau yang wangi dan beberapa anak yang sibuk membawa nampan atau gelas ukur.

"nama kamu siapa?" seorang perempuan menyapaku, anak yang tadi menyuruhku masuk.

"ratih dari kelas 11 kimia" jawabku malu malu.

"ridho, bawain jas lab, sarung tangan sama maskernya" kata dia "namaku siwi, kelas 12 biologi, ini ridho dari sekelas denganku" lanjutnya.

aku banyak bercerita tentang sekolah lama pada mbak siwi, dia adalah orang yang kalem namun ekspresif, begitu juga mas ridho yang antusias menyimak setiap pembicaraan kami. hari itu mbak siwi dan mas ridho sengaja melakukan praktikum pada unggas.

walau aku anak kimia, ternyata aku pun boleh mempelajari bahkan menyentuh nyentuh objek praktikum di laboratorium biologi, mbak siwi baik sekali dia sendiri yang mengijinkan dan mengajariku. kami menghabiskan waktu di ruang laboratorium sampai jam istirahat tiba dan kami meninggalkan lab untuk pergi ke kantin.

"mau pesen apa nih?" tawar mas ridho

"aku bakso aja" jawab mbak siwi

"nasi goreng disini enak lo, mau coba?" sahut mas ridho lagi aku pun mengangguk.

mas ridho memesan makanan dan menunggunya sementara aku dan mbak siwi mencari tempat duduk.

meskipun dia senior, dia tak ketus seperti senior lain di sekolah lain. apalagi senior di sekolah lamaku yang selalu sok menguasai hanya karena dia lebih dulu berada disini. mbak siwi dan mas ridho dua orang pintar yang rendah hati. mungkin saja mereka itu adalah sepasang kekasih karena kemanapun mereka selalu bersama. aku tertawa tertahan memikirkannya.

mataku berputar mengedarkan pandangan, kantinnya sangat luas sekali bahkan penjual makanannya juga sangat banyak dan semuanya ramai. berbeda dengan sekolah lamaku yang sederhana, sekolah ini memang sekolah elite. aku diam menyadarinya, betapa beruntung aku bisa menikmati bersekolah disini, yah walaupun mungkin akan sulit untuk beradaptasi nantinya tapi aku yakin tidak semua orang yang ada disekolah ini bersikap dingin, contohnya mbak siwi dan mas ridho serta kemal, akmal, radis, sandi dan pasti masih banyak lagi yang lainnya hanya saja aku belum bertemu ya mungkin karena spesiesnya disini terlalu sedikit.

Nächstes Kapitel