Awalnya Callista merupakan sosok gadis yang pemalu dan pendiam, namun dikemudian hari sifatnya berubah 180 derajat. Gadis cantik itu telah menjelma menjadi dingin dan tak tersentuh, bahkan melebihi dinginnya Kutub Utara. Kelvin Lindsey adalah seorang pria famous disekolahnya, hampir semua siswi memuja ketampanannya namun di balik semua itu ternyata Kelvin mempunyai sisi buruk yaitu suka mempermainkan perasaan wanita.
Pagi itu terlihat seorang gadis cantik yang berperawakan tinggi semampai sedang berjalan menyusuri koridor sekolah menuju dimana letak kelasnya berada.
Sesampainya disana dia segera bergegas duduk di bangku miliknya, suasana kelas maupun sekolah masih sangat sepi, karena kebanyakan siswa-siswi baru datang ketika jam pelajaran akan dimulai. Hanya gadis itu lah yang selalu disiplin selain itu dia pun sangat menyukai suasana seperti ini.
Manik hooded nya menelusuri ruang kelas tersebut hanya sekedar untuk menghilangkan kesuntukannya, namun disaat sedang asyik dalam rangka 'mari menelusuri seisi kelas' hooded eyes nya tak sengaja bersiborok dengan manik obisidian seorang pria tampan berkulit tan yang entah sejak kapan sudah berada dikelas.
Deg!
Gadis itu merasakan detak jantungnya berdegup kencang, namun dia segera menggelengkan kepalanya mencoba menepis perasaan yang dulu pernah ada.
"Please Lista, lo harus bisa melupakan dia. Ingat, selain sudah punya pacar... dia juga gak pantas buat lo," gumam Callista, nama gadis tersebut.
Kemudian Lista memutuskan untuk membuka buku paket pelajaran, membaca sedikit materi agar dapat memahaminya walaupun hanya secuil. Tanpa diduga pria itu berjalan kearahnya lalu dia duduk disampingnya dengan seenak jidatnya.
"Masih juga pagi, sudah belajar aja lo," ujar Kelvin sambil memasang wajah congkaknya.
Hening, gadis itu tidak memberikan respon sama sekali hanya dari ekor matanya saja Lista mengetahui niat busuk seorang fuckboy seperti Kelvin.
"Yaelah, tega banget lo kacangin cowok setampan gue," gerutunya sambil memasang wajah melas yang dibuat-buat.
Gadis itu masih asyik dengan dunianya sendiri, benar-benar tak mengindahkan ucapan dan keberadaan Kelvin di sampingnya.
"Ck, dasar batu! Pantesan gak ada yang mau jadi teman lo!" Cibir pria berkulit tan itu dengan wajah kesal.
Kelvin bangkit dari duduknya tak lupa menendang mejanya dengan keras setelah itu dia melangkah kearah bangku miliknya, namun baru saja duduk tiba-tiba Lista menyahutnya dengan wajah datar dan suara rendah nya.
"Lebih baik gue gak punya teman sama sekali daripada punya banyak teman yang hanya bisanya memanfaatkan saja," dia menghela nafas kasar. "Lagi pula itu bukan urusan lo! Sampai sini faham?!" Lanjutnya dengan tatapan yang amat sangat dingin.
Pria berkulit tan itu sedikit bergidik ngeri karena seumur-umur dia belum pernah mendapatkan tatapan mengintimidasi seperti itu sedangkan Lista kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti karena gangguan dari pria tersebut.
Tak lama kemudian siswa-siswi berdatangan satu demi satu hingga suasana yang awalnya sepi menjadi sedikit ricuh karena saling berbincang-bincang dengan teman-temannya masing-masing, namun seperti biasa hanya gadis cantik nan beku itu yang terlihat tenang dengan kegiatannya bahkan tidak merasa terusik sama sekali.
Ya jelas, tak ada yang berani mengganggu ketenangan kucing galak itu.
Suara ricuh dari siswa-siswi lenyap begitu saja, karena seorang pria berkulit putih pucat masuk kedalam kelas tersebut, dia mempunyai sifat tak jauh berbeda dengan Lista dan hanya pria itu yang betah duduk sebangku dengan gadis titisan Kutub Utara tersebut.
Hampir semua siswa-siswi menahan nafas melihat pria berkulit putih pucat yang sialnya tampan dan swag secara bersamaan, apalagi ketika dia melemparkan death glare nya tentu akan membuat mereka mati kutu sekaligus mengecil. Sedangkan sang oknum hanya bersikap acuh namun manik kucingnya mengunci satu objek yang terlihat tenang seolah tak ada orang lain selain dirinya sendiri.
Bruk!
Dia segera duduk disampingnya, masih betah menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit ditebak. Namun Lista melihat dengan jelas melalui ekor matanya, sehingga dia merasa jengah sendiri dengan kebiasaan teman(?)nya tersebut.
Ah entahlah dia sendiri ragu mempunyai teman atau tidak.
"Ck, sudah berapa kali gue bilang sama lo? Berhenti menatap gue seperti itu," ucap Lista datar.
"Lo sudah tahu bukan? Kalau itu kebiasaan gue," pria bernama punggung El itu menyahutnya dengan cuek.
"Terserah lo aja deh, cape kalau ngomong sama batu!" Cibir gadis cantik tersebut dengan wajah datarnya.
"Mirror! Sebelum ngatain orang!" Balas El sarkas.
Setelah mendengar ucapan tersebut Lista hanya diam sambil mempersiapkan buku pelajaran yang akan segera dimulai.
Sedangkan El merasa bersalah karena ucapannya sendiri, gadis disampingnya sudah jelas merasa tersinggung. Ya walaupun dia sendiri sebelas duabelas dengan Lista tapi pria itu masih mempunyai hati nurani dan sangat peka terhadap sekitarnya.
"Lista, maaf ya," gumam El pelan sambil menundukkan kepalanya.
"Buat apa lo minta maaf? Lagi pula ucapan lo gak salah, gue memang cewek batu," ucap Lista dengan wajah tenang, tidak menoleh sama sekali.
"Ta, ucapan lo bikin gue semakin merasa bersalah. Seharusnya gue juga sadar diri sebelum bilang kaya gitu sama lo," sahut pria berkulit putih pucat itu lirih.
"Ck, tuh lo ngaku sendiri. Gak beda jauh dengan gue, tapi hanya karena hal sepele aja lo sudah melempem kaya gitu!" Umpat Lista sarkas.
"Lo tenang saja, gue gak marah cuma sedikit kesel," sambungnya.
Ucapan gadis titisan Kutub Utara itu sukses membuat El mendengus kesal, karena gadis itu telah menginjak-injak harga dirinya berupa umpatan. Dia merasa tidak swag lagi dimata orang-orang terutama Lista sendiri, ck berlebihan memang.
Kriiiing!
Bel istirahat berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan keluar ke tempat tongkrongannya masing-masing seperti ke kantin, rooftop sekolah, disudut aula, ditaman, adapun yang sekedar duduk-duduk santai di koridor sekolah.
Salah satunya Callista, gadis itu lebih memilih duduk santai ditaman yang berada di belakang sekolah tersebut.
Karena hanya ditempat itulah suasananya tenang dan damai, dia membiarkan wajah dan surai kecoklatannya berantakan karena tertiup semilir angin membuatnya terlihat cantik nan anggun dalam waktu bersamaan.
Padahal sikapnya sudah mengalahkan dinginnya Kutub Utara.
"Ck, kenapa setiap melihatnya bermesraan dengan pacarnya hati gue masih saja terasa nyeri?" Monolog Lista kesal.