webnovel

Bicara Wanita dan Harga Diri

"Lo tau nggak sih si Lea dari kelas sebelah itu." Tanya Gilang pada Lana. Mereka sedang berada di kantin untuk mengisi perut yang kosong akibat berangkat sekolah yang begitu pagi.

Entahlah, tak ada yang tahu ada angin apa kedua curut yang biasanya langganan telat tiba-tiba datang cepat seperti ini.

"Lea? Lea anak baru itu kan?" Jawab Lana sambil memasukkan satu suap nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Iya, anak baru yang sudah hampir dua bulan itu." Jawab Gilang membenarkan apa yang dikatakan oleh Lana.

"Kenapa rupanya?"

"Tadi malam Berani banget dia chat gue."

Mendengar itu sontak saja, Lana langsung menghentikan kunyahan yang begitu banyak di dalam mulutnya.

"Sumpah demi apa Lo?" Tanya Lana setelah bersusah payah menelan semua nasi yang berada di dalam mulutnya itu.

"Beneran, ngapain sih gue bohong? Nih baca kalau Lo nggak percaya sama gue." Gilang langsung melemparkan ponsel nya kepada Lana.

Ia tak pernah takut ketika chat mereka dibaca satu sama lainnya. Bagi mereka itu adalah hal yang biasa, toh selama ini tak pernah benar-benar ada yang namanya privasi di persahabatan mereka.

Mata Lana langsung melebar dengan sempurna ketika membaca dari atas Sampai bawah semua chat itu. Tak ada yang salah sebenarnya dengan chat itu semua karena masih di batas kata normal.

Wanita yang bernama Lea itu hanya mengungkapkan bahwa dirinya menyukai Gilang. Ini bukan pengakuan yang pertama untuk Gilang, mungkin sudah yang kesekian kalinya.

Mereka bertiga sangat terkenal di seluruh sekolah itu. Bisa dikatakan bahwa mereka bertiga penguasa sekolah karena orangtua mereka yang selalu memberikan suntikan dana.

Ditambah lagi mereka bukanlah hanya sekedar mengandalkan itu saja, tapi mereka memiliki otak yang sangat encer di bidang masing-masing. Itu merupakan salah satu hal yang sangat mereka banggakan.

Jadi tidak heran jika hampir semua wanita sangat ingin berada disisi mereka bertiga. Jadi tak ada yang salah dengan ungkapan perasaan pada chat itu, hanya saja balasan yang diberikan oleh Gilang yang salah karena terlalu cuek.

"Udahlah, coba aja lagi sama dia." Ucap Lana sambil menyerahkan kembali ponsel milik Gilang itu.

Gilang yang baru saja ingin minum itu langsung mengurungkan niatnya.

"Ck! Seenaknya banget Lo kalau ngomong. Untuk Lo aja deh kalau gitu, gue nggak mau." Sinis Gilang.

"Kenapa? Ini sudah wanita yang keberapa lagi sih yang Lo tolak Lang?"

"Bukan yang keberapa nya Lan tapi emang gue yang belum mau. Gue berhak dong menentukan siapa yang akan jadi pendamping gue, ini tentang masa depan gue. Jadi, gue harus bisa memilih dengan begitu teliti. Lagian gue nggak suka cewek yang murahan kayak gitu, mengungkapkan perasaan pada cowok lebih dulu itu sama aja dengan menjatuhkan harga diri seorang wanita. Sejak dulu hingga sekarang peraturan nya masih sama, masih tetap cowok yang mengungkapkan lebih dulu sementra wanita hanya bertugas untuk menunggu saja."

"Ck! Kenapa Lo nggak bilang aja kalau Lo masih mengharapkan si Feby?"

Ucapan itu sontak membuat Gilang dan juga Lana menoleh ke sumber suara yang tak lain dan tak bukan adalah Nanda pemiliknya.

Nanda menarik kursi untuk duduk dan kemudian menatap ke arah Gilang, "Sudah lah Lang, nggak usah pake alasan ini dan itu. Kalau Lo masih mau dengan Feby kenapa sih Lo tetap bertahan sama egois Lo itu huh?" Lanjut Nanda lagi yang mampu membuat Gilang terdiam di tempatnya.

"Atau Lo masih tetap berdiri dengan keegoisan Lo ini sampai Feby meruntuhkan semangatnya dan kemudian melupakan Lo? Gue dengar-dengar beberapa hari yang lalu si Arthur nganterin dia pulang, mana hujan-hujanan lagi mereka."

Lana menatap ke arah Gilang ia nampak sedang meremas sendok yang ada di tangannya itu. Kentara sekali kalau di hatinya masih saja ada na Feby, hanya saja keegoisannya itu lah yang membuat dirinya menutup mata dan telinga untuk apapun hal yang dilakukan oleh Feby.

"Bagus dong kalau gitu, emang seharusnya dia sudah move on dari gue." Jawab Gilang setelah bisa menguasai dirinya sendiri dan kembali seperti biasa.

Lana menggelengkan kepalanya, sudah jelas-jelas masih sayang kenapa sih Gilang harus berbohong seperti ini?

Padahal kemarin saat bermain ke rumah Gilang ia menemukan album foto yang berisi foto mereka berdua disana.

Nanda menggeleng kan kepalanya, "Kalau gue sih, daripada liat Feby sama Arthur lebih baik gue liat Feby sama Lana." Ia mengalihkan tatapannya ke arah Lana yang langsung membuat Lana menjadi kaget karena tiba-tiba saja ia dibawa-bawa dalam masalah ini, padahal sejak tadi ia hanya diam saja di tempat nya ini sambil terus makan nasi goreng yang tinggal sedikit itu.

"Lah kok gue?" Tanya Lana, ia melirik ke arah Gilang yang menatapnya dengan tatapan siap membunuh.

"Karena Lo sahabat gue, bukannya Lo tahu kalau si Feby itu adalah anak dari adik mama gue? Gue cuma mau dia mendapatkan yang terbaik aja sih dan gue rasa Lo memenuhi syarat untuk itu Lan." Jawab Nanda blak-blakan tanpa memperdulikan lagi Gilang yang saat ini sudah naik pitam dibuat Gilang.

Tak ingin dikatakan sebagai pengkhianat dan membuat hubungan persahabatan antara dirinya dan juga Gilang rusak, Lana lebih memilih untuk menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Lagian di hatinya saat ini sudah ada satu nama yang tak mungkin bisa untuk tergantikan oleh siapapun meskipun sudah banyak sekali para bidadari tak bersayap datang meminta hatinya. Baginya harga diri seorang laki-laki itu terletak pada kesetian. Jadi ia tak akan goyah dengan kecantikan dari para bidadari yang datang, menurutnya wanita yang ada di hatinya itu setara dengan sang Dewi.

"Sorry Nan tapi gue nggak bisa jadi apa yang Lo harap deh,"

"Oh iya Nan, tadi malam kita berdua udah memantau keadaan di taman. Apa Lo nggak mau dengar laporan dari kita tentang cewek ingkar itu?"

Belum juga sempat Nanda bertanya alasan dari Lana menolak sepupu nya itu, kini Gilang dengan cepat mengalihkan pembicaraan mereka.

Mendengar pertanyaan itu, ia juga baru ingat bahwa ia belum meminta laporan tentang Nina dan juga Nadia itu. Apakah sudah ada perkembangan ataupun belum untuk mengetahui apakah itu benar-benar Nadia atau bukan.

"Oh iya, gue sampai lupa mau nanya nya. Jadi bagaimana hasil nya? Jangan bilang kau kali ini misi kalian berdua gagal lagi ya? Gue benar-benar nggak mau dengar itu." Ucap Nanda memberikan peringatan pada kedua sahabatnya yang seolah tahu apa yang akan dilaporkan oleh mereka hari ini.