Melihat sikap Ji Anning yang masih seperti itu, dari tatapan matanya sepertinya Bai Guo menunjukkan sedikit kebencian, "Bukankah kamu hanya mengandalkan Ibunya untuk menyukaimu dan mendukungmu, tapi menurutmu apa artinya semua ini? Ibunya terus menjalani status Istri kedua dari keluarga Ji, dan bukahkan tidak bisa berbuat apapun seumur hidup dan tidak bisa menunjukan dirinya pada orang luar, kan? Nasibmu juga akan sama dengannya."
Mendengar Bai guo berbicara seperti itu, wajah Ji Anning seketika langsung berubah suram. Kemudian ia pun berbalik dan menatap Bai Guo, lalu ia menarik salah satu ujung bibirnya dan tersenyum dengan dingin, "Baiguo, karena kamu begitu tidak menghormati Ibuku, aku juga tidak akan membiarkanmu dengan mudah bisa bersama dengan Ji Jingfeng."
Ia sangat terkejut ketika Bai Guo bisa mengatakan hal seperti itu padanya, dan bahkan hampir saja menjatuhkan nama baik keluarganya yang berpendidikan.
Melihat sikap Ji Anning yang seperti itu, Bai Guo tidak marah dan ia justru tersenyum padanya.
"Ji Anning, aku sudah mengecek kamera CCTV yang ada di hotel kemarin. Kamu keluar dari kamar 804. Sebelum kamu keluar, seorang pria bertopi sambil mengenakan masker keluar dari kamar itu. Jadi kamu juga melakukan hal tidak senonoh dengan pria lain, dan kamu juga telah menyelingkuhi Jingfeng."
Setelah selesai bicara, ia melipat tangannya di depan dadanya dan menatap Ji Anning dengan sombong, ia bertekad untuk memenangkan argumen dengan Ji Anning.
Raut wajah Ji Anning seketika langsung berubah, dan jantungnya mulai berdegup kencang.
Ia tertegun sesaat, kemudian ia merespon dengan menggelengkan kepalanya untuk menyangkal, "Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku tidak keluar dari kamar mana pun."
Ji Anning mencoba untuk menahan ketegangannya, tetapi rasa panik di matanya tidak bisa disembunyikan.
Bai Guo tersenyum dingin, kemudian ia berkata dengan nada santai, "Tidak masalah jika kamu tidak mengerti. Coba pahami saja di dalam hatimu. Aku menyarankan kamu untuk melepaskan Jingfeng dengan patuh. Dengan begitu mungkin kamu tetap akan bisa tinggal di rumah Ji dan menikmati kehidupan yang makmur dan berkecukupan."
Saat ia berbicara ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah, dan percakapannya tiba-tiba berganti topik, "Bagaimana jika, aku memberikan video kamera CCTV ini kepada Kakek Jingfeng, mungkin kamu tidak dapat menanggung konsekuensinya. Apalagi orang tua kandungmu pasti yang paling tidak terima."
Perkataan Bai Guo itu langsung mengenai kelemahan Ji Anning, hatinya semakin berdegup kencang, dan wajahnya tampak sangat pucat.
Melihat gerak-gerik Bai Guo, ia tidak seperti orang yang berbohong, seolah-olah ia benar-benar memiliki video CCTV itu.
Dengan adanya video sebagai barang bukti. Ji Anning merasa ia tidak bisa membantah kata-katanya. Jika sekarang ia melakukan seperti apa yang dikatakan Bai Guo, atau hanya menunggu Bai Guo menunjukkan video kamera CCTV kepada kakeknya. Apapun pilihan yang ia ambil, baginya tidak akan ada yang berakhir baik.
"Video kamera CCTV yang ada di hotel saat jam itu sudah ada di tanganku. Aku sudah menghapus file yang ada di hotel itu. Aku beri waktu 48 jam untuk kamu mempertimbangkannya. Pada hari Sabtu di jam yang sama seperti sekarang, aku ingin kamu memberiku jawabannya."
Bai Guo memberikan pesan terakhir pada Ji Anning dan setelah itu pun berbalik pergi tanpa melihat lagi ke belakang.
Ji Anning menatapnya dengan linglung, dan langsung menyandarkan tubuhnya ke pegangan tangga yang ada di sampingnya. Menempelkan seluruh badan ke pegangan tangga, berjongkok perlahan, dan merosotkan tubuhnya di tangga.
....
Sanatorium yang seperti vila, dikelilingi oleh tanaman hijau, burung dan bunga, dan udaranya dipenuhi dengan aroma segar dan alami.
Ji Anning berdiri di depan gerbang dan melihat ke dalam, ada beberapa orang-orang yang mengenakan pakaian medis berjalan dengan santai, dan ada beberapa orang yang duduk di kursi roda.
Air mata keluar dari matanya tanpa ia sadari.
"Nak, kamu mencari siapa?"
Mungkin Ji Anning sudah berdiri terlalu lama, sehingga kakek penjaga pintu itu keluar dan bertanya dengan santai.
Ji Anning buru-buru mengubah suasana hatinya yang murung, menghisap ingusnya, dan menggelengkan kepalanya dengan lembut, "Aku tidak mencari siapa-siapa, aku hanya melihat-lihat."
Saat ia berkata, ia melihat jauh ke halaman, kemudian berbalik dengan sedih.
Padahal untuk perjalan ke sini ia butuh waktu lebih dari 6 jam menggunakan mobil. tetapi ia kini bahkan tidak memiliki keberanian untuk masuk ke sana. Ia benar-benar merasa tidak berguna.