webnovel

8. Razia

Farel berjalan di koridor sekolah dengan langkah santainya. Dengan gaya jalan yang biasa saja sudah membuat cewek-cewek disana memekik tertahan. Pesona Farel memang tidak bisa ditolak.

"Rel."

Farel menoleh dan memutar kedua bola matanya malas. Dia lagi.

"Kenapa lagi?" Tanya Farel dengan nada malasnya.

Karin menunjukan senyuman manisnya. Lalu dia memberikan kotak makan pada Farel. Seperti pagi-pagi sebelumnya.

"Ini buat Lo." Katanya.

Farel menatap kotak makan itu. Lalu menatap Karin. "Kan gue udah bilang, ga usah bikin kaya ginian lagi. Dirumah Mama gue udah masak. Gue juga udah sarapan." Kata Farel.

"Ya gapapa, kan gue emang mau masakin buat Lo." Kata Karin.

"Yakin, Lo masak sendiri?" Tanya Farel.

Karin langsung gelagapan.

"Ya... Ya enggak sih, tapikan ini usaha gue buat bisa bikinin Lo sarapan. Ayo dong diterima." Katanya.

Farel menerima bekal itu. "Thanks. Besok-besok ga usah bikin lagi."

Setelah itu Farel meninggalkan Karin yang masih berdiri ditempatnya tadi.

Bukannya tidak mau menerima pemberian dari orang, namun Farel tidak suka jika dia diberi makanan-makanan seperti ini. Setiap pagi dia sudah sarapan dengan masakan Mamanya.

Dia membawa bekal itu ke dalam kelas lalu memberikannya pada Azka.

"Nih makan dari Karin." Kata Farel. Ia mendudukkan dirinya ditempatnya.

Azka yang memang selain suka cewek juga suka makan, dengan senang hati menerimanya.

"Lo mau ga?" Tawar Azka. Farel menggeleng.

"Gue udah makan.' jawab Farel.

"Oke, kalo gitu gue habisin." Kata Azka dengan antusias.

Sepuluh menit setelah Azka makan, bel masuk berbunyi. Mereka langsung duduk ditempat masing-masing.

Guru matematika memasuki kelas. Setelah berdoa, ia menjelaskan materi lanjutan dari Minggu kemarin.

Tok... Tok... Tok...

Saat sedang menjelaskan tiba-tiba pintu kelas diketuk. Pintu lalu dibuka. Ternyata ada beberapa anak OSIS dan pembinanya yang memasuki kelas Farel.

"Anjing, pasti mau razia ini." Umpat Azka pelan.

Karena biasanya jika ada yang keliling ke setiap kelas, pasti akan ada pemeriksaan. Memeriksa siapa saja yang membawa rokok, obat-obatan atau mungkin make up bagi para cewek.

"Lo bawa rokok ga?" Tanya Azka pada Farel.

Farel terlihat tenang saja dan mengangguk. Sedangkan ketiga temannya sudah bergerak gelisah ditempatnya.

"Umpetin dimana nih? Buruan. Nanti ga keburu." Kata William.

"Taruh kaos kaki." Kata Azka.

"Udah gila Lo. Pasti ketahuan lah." Kata William.

Evan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Padahal jika terlihat panik justru menjadi sasaran pertama. Lebih baik bersikap diam dan tenang. Jangan terlihat terlalu panik.

"Nanti kalo ketahuan kita dihukum apa gimana?" Tanya Azka.

Biasanya mereka mendengar bocoran dari temannya yang ikut OSIS tentang razia. Kali ini tidak ada yang memberitahu pada mereka.

"Santai aja kenapa sih, palingan dapat point' pelanggaran. Kemungkinan besar ya dihukum aja." Kata Farel.

"Lo kok tenang banget sih Rel? Lo ga bawa rokok ya?" Tanya William.

"Bawa. Kalo kalian gerak terus bakalan jadi sasaran utama. Diem aja. Nanti kalo ditemuin sama mereka ya udah biarin aja." Kata Farel.

Azka dan William berusaha duduk dengan tenang padahal mereka sudah panik.

"Maaf memotong waktu belajarnya sebentar pak, disini saya dan anak-anak OSIS lainnya ingin memeriksa masing-masing tas dari anak-anak. Seperti biasanya, razia bulanan akan kami laksanakan." Kata pak Ilham.

Guru dikelas Farel mengangguk dan mempersilahkan.

"Buat temen-temen minta tolong tasnya taruh diatas meja ya, biar lebih mudah buat kita. Terima kasih." Kata Zara sambil tersenyum.

Mereka langsung meletakkan tas diatas meja masing-masing.

Zara bisa melihat ada beberapa yang terlihat panik ada juga yang terlihat santai. Setelah diberi perintah mereka langsung berpencar.

Zara memulai dari belakang. Dia menemukan banyak rokok di tas cowok-cowok. Zara menggelengkan kepalanya pelan. Sudah diberi peringatan untuk tidak merokok di sekolah. Namun, mereka tetap saja melakukannya.

Zara membuka tas Azka dan melihat isi tas itu. Zara sudah tidak kaget jika melihat isi tas geng Farel ini. Pasti isinya rokok semua.

"Ra, jangan di ambil dong. Nanti gue traktir deh pas istirahat." Kata Azka membujuk Zara agar tidak membawa rokoknya.

"Diem ya." Zara mengambil satu kotak rokok yang masih tersegel.

"Wih gila, masih baru itu Ra. Gue belum nyoba masa Lo mau bawa sih," kata Azka.

Zara diam saja dan melanjutkan lagi untuk memeriksa tas Evan, William dan terakhir Farel.

Saat melihat Farel, dia menunduk seperti orang malu. Farel pun juga tengah menatap Zara.

Gadis itu jadi grogi saat ingin mengambil rokok didalam tas Farel.

"Ambil aja." Kata Farel.

Zara mengernyitkan dahinya. Biasanya orang akan menghindar saat di razia. Namun sekarang Farel justru menyerahkan rokoknya pada Zara.

Zara langsung membawa rokok Farel. Dia juga mencatat siapa saja yang membawa rokok.

Zara membawa banyak rokok ke meja paling depan, disana pak Ilham sedang menata masing-masing barang.

Ada make up, hp, rokok dan obat. Zara tidak menyangka jika ada yang berani membawa obat ke sekolah. Lebih tepatnya dia heran siapa yang berani mengkonsumsi obat-obatan berbahaya itu.

Memang mereka dibiarkan untuk dandan, namun masih dibatas wajar. Bedak saja atau mungkin memakai sedikit lipgloss. Bukannya membawa eyeshadow, eyeliner dan banyak lainnya. Itu sudah tidak wajar bagi siswa sekolah.

"Kami memang membiarkan kalian semua membawa hp, tapi tidak untuk dimainkan saat pembelajaran berlangsung. Kalian bisa memakainya nanti saat istirahat. Karena tadi saya mengetahui ada yang memainkan hp saat proses pembelajaran, hp akan saya sita dulu. Beritahu orang tua kalian untuk mengambil hp yang saya bawa." Kata pak Ilham.

Setelah itu, beliau pamit keluar dan diikuti oleh anak OSIS lainnya.

"Ah elah, mana rokok baru beli lagi. Ck, anjir lah." Umpat Azka lagi. Dia masih tidak terima rokoknya tersita.

"Rel, Lo ada apa sama Zara, kayanya tadi sempat tatap-tatapan gitu gue lihat-lihat." Tanya William.

Farel menaikkan satu alisnya.

"Ga ada apa-apa." Jawabnya.

"Ga usah bohong Lo. Awas aja kalo ada yang ditutup-tutupi." Kata William.

"Emang ga ada apa-apa. Dia kan lagi di meja gue, ya bisa aja dong ga sengaja lihat-lihatan." Kata Farel.

Farel sendiri tidak tau arti dari tatapan Zara tadi. Namun, dia tau jika gadis itu tadi sempat ragu untuk mengambil rokok miliknya. Entah, apa yang dipikirkan oleh gadis itu.

"Tapi pas gue lihatin si Zara ga mau lihat gue." Kata Azka.

"Takut itu mah sama Lo. Wajah Lo kan serem." Kata Evan yang dari tadi hanya mendengarkan saja.

"Anying." Azka mengumpat pelan.

Evan melirik Farel sekilas. Dia tadi juga melihat jika temannya ini sempat saling tatap dengan Zara. Sepertinya baru saja terjadi diantara keduanya.