webnovel

7. Es Kelapa Muda

Zara sedang menahan rasa kantuknya saat guru sejarahnya sedang menjelaskan materi tentang proses dan masuknya agama di Indonesia. Materi yang sudah ada sejak SMP ini kembali di ulang saat mereka berada dikelas 11 SMA.

Biasanya Zara tidak pernah sampai mengantuk seperti ini. Tapi, karena tadi malam ia benar-benar mengerjakan tugas bahasa Indonesia yang hari ini harus dikumpulkan, terpaksa ia harus begadang.

Tugas milik Zara sempat terbengkalai karena kemarin dia juga disibukkan dengan mengurus beberapa dokumen untuk OSIS disekolahnya.

Dan sekarang Zara sedang menumpukan kepalanya diatas meja dengan mata terpejam menghadap ke arah Viona, agar tidak dilihat oleh orang lain.

Tak...

Zara terkejut saat tiba-tiba ada yang menjatuhkan pulpen di mejanya. Ia langsung membuka matanya dan melihat disana ada pak Herman, guru sejarahnya. Beliau guru yang Nara ambilkan kacamatanya tadi.

Zara semakin malu saat melihat teman-temannya banyak menatap ke arahnya.

"Kalo mau tidur silakan dilanjut di UKS sana, Zara. Saya tidak menerima siswa yang hanya tidur saja didalam kelas. Disini saya mau kalian semua belajar." Kata pak Herman dengan tegas. 

Zara menundukkan kepalanya. "Saya minta maaf, pak. Karena sudah tidur didalam kelas." Katanya pelan.

"Baik. Karena selama ini kamu masih taat aturan, jadi saya maafkan. Lain kali jangan diulangi lagi. Saya tidak suka melihat orang menyepelekan pekerjaan saya yang sedang menjelaskan materi." Kata pak Herman sambil melihat ke arah Zara lalu menatap ke semua muridnya.

Setelah itu, pak Herman kembali ke depan untuk melanjutkan materi yang sempat terpotong.

"Gue udah bangunin Lo tadi, Ra. Tapi kayanya Lo terlalu ngantuk, jadi ga denger pas gue bangunin." Kata Viona pelan. Justru sangatlah pelan, karena takut jika guru sejarahnya mendengar.

Zara mengangguk saja. "Nanti aja pas dikantin kita ngobrol lagi.". Katanya.

Satu jam terakhir pelajaran Zara benar-benar menahan rasa kantuknya. Matanya rasanya sangat pedas dan berat sekali.

Kringgg....

Akhirnya bel istirahat sudah berbunyi. Zara langsung bernapas lega. Ia merentangkan kedua tangannya dan menguap dengan lebar hingga mulutnya ditutup oleh Viona.

"Ga cuma lalat yang masuk, kayanya gedung sekolahan kita juga bisa masuk kalo Lo nguap selebar itu." Kata Viona menyindir Zara.

Zara tertawa geli. "Gue ngantuk banget. Kayanya mau cuci muka dulu deh. Lo ke kantin aja dulu gapapa. Nanti gue susulin." Katanya.

"Bener ya. Lo mau pesen apa buat gue pesenin sekalian?" Tanya Viona.

"Gue mau bakso aja deh. Kayanya harus dimakanin pedes biar melek nih mata gue." Jawab Zara.

Viona tertawa. "Oke. Kalo gitu gue sama yang lain ke kantin duluan." Katanya.

Zara mengangguk. Ia langsung menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar tidak mengantuk.

Setelah membasuh wajahnya, Zara kembali memakai bedak miliknya agar wajahnya terlihat lebih segar dan tidak pucat.

Selesai memakai bedak, Zara langsung menuju ke kantin dengan bedak yang ia letakkan disaku roknya.

Saat sudah sampai dikantin, Zara mengedarkan pandangannya untuk mencari dimana teman-temannya berada.

Ines melambaikan tangannya untuk memanggil Zara. Gadis itu tertawa kecil saat melihat tangan Ines yang dipukul oleh Yuna karena menyenggol kepala temannya itu.

"Bakso gue udah dari tadi ya ini?" Tanya Zara sambil duduk disamping Ines.

"Enggak, Zara. Itu baru aja datang. Dan masih kelihatan tuh asapnya. Mau langsung gue suapin?" Kata Yuna sambil menatap gereget pada sahabatnya itu.

Zara tertawa. "Makasih atas tawarannya. Tapi saya tidak minat." Jawabnya. Dan dibalas oleh tawa oleh Yuna.

Zara langsung meracik bumbu-bumbu untuk baksonya, dimulai dari kecap, sambal dan saus.

"Hmm, sedap." Katanya.

"Iyalah sedap. Lo kan emang pecinta bakso banget Ra." Kata Viona.

Zara diam saja. Dia lebih memilih untuk menikmati baksonya.

***

"Jangan dilihatin mulu, ga akan hilang kok bos." Kata Azka.

"Tadi dia tidur dikelas tau, Rel. Terus sama pak Herman ditegur. Akhirnya, dia minta maaf gitu. Kasian banget gue lihat si Zara, dia kan biasanya ga pernah dimarahin guru. Ini bener-bener perdana loh." Kata Pandu bercerita.

Farel mengalihkan atensinya saat mendengar cerita dari Pandu. Dia mengernyitkan dahinya. Baru kali ini, ia mendengar cerita dari Pandu tentang gadis itu yang mendapatkan teguran dari guru. Biasanya Pandu selalu bercerita tentang Zara yang mendapatkan nilai bagus, mendapatkan pujian dari guru dan hal lainnya.

"Emang kenapa bisa sampe tidur dikelas? Kesibukan apa yang bikin dia kurang tidur?" Tanya Farel.

"Ga tau juga sih, tapi kayanya karena ngerjain tugas yang dikumpulin hari ini deh." Jawab Vano menimpali.

Farel hanya diam saja mendengarkan jawaban Vano. Ia beranjak dari duduknya.

"Mau kemana tuh anak?" Tanya William.

"Ga tau, nyamperin Zara kali." Jawab Azka asal.

"Pdkt." Kata Evan.

"Iya Van, temen kita lagi pdkt kayanya. Kan si Farel kaya ada benih-benih gitu kalo sama Zara." Kata Pandu.

***

Zara terkejut saat tiba-tiba ada segelas es kelapa muda diletakkan disamping mangkok baksonya.

Ia melihat siapa yang meletakkan minuman itu. Dan ternyata seorang AlFarellza lah yang berdiri didekatnya.

"Maksudnya apa ya?" Tanya Zara bingung, karena cowok itu hanya diam saja tanpa memberikan penjelasan apapun.

"Minum. Biar Lo ga ngantuk pas dikelas." Kata Farel. Lalu pergi meninggalkan Zara yang masih bingung dengan semua ini.

"Dia tau darimana kalo gue ngantuk dikelas?" Gumam Zara.

"Kayanya dari sumber terpercaya gengnya Farel deh Ra." Kata Yuna.

"Siapa?" Tanya Zara.

"Si Pandu atau ga si Vano." Jawab Yuna.

"Iya deh kayanya. Soalnya mereka kan suka bocorin segala sesuatu tuh. Mulut ember emang." Kata Ines.

"Tapi kok lucu ya sama sikapnya si Farel. Kaya ala-ala pdkt gitu. Mana langsung ke sikap manis gitu." Kata Viona sambil menyangga dagunya.

"Acts of service gak sih?" Celetuk Yuna. Ines dan Viona mengangguk dengan kompak.

Zara melirik ke arah es kelapa muda yang terlihat segar itu. Ia mengambilnya untuk lebih dekat dengannya.

"Ini diminum gapapa kan ya?" Tanya Zara sambil melihat ke arah teman-temannya.

"Loh, ya silahkan dong Ra. Kan emang spesial buat Lo." Jawab Ines.

Zara mencicipi minuman dari Farel itu. Tenggorokannya langsung terasa segar. Ia melihat ke arah Farel yang duduk lurus dengan posisinya.

Cowok itu masih melihat ke arahnya. Zara langsung mengalihkan pandangannya karena tertangkap melihat-lihat ke arah Farel.

Cowok itu langsung menyunggingkan senyumnya.

"Kalo suka mah bilang dong. Jangan tiba-tiba beliin minum. Bisa-bisa yang disekitar Zara kena serangan jantung kalo kaya gitu." Kata Pandu dengan asal-asalan.

"Iya Rel. Bener kata Pandu, Lo mah apa-apa suka tiba-tiba. Gue aja ikutan kaget apalagi temen-temen Zara. Seorang Farel gitu loh, membuka hatinya untuk Zara." Kata Azka.

"Farel kan belum pernah pacaran Ka, siapa tau dia ga tau caranya deketin cewek. Mending Lo ajarin deh." Kata Vano.

Farel langsung menatap tajam ke arah cowok itu. "Gue pernah pacaran." Katanya.

Bukannya takut, Vano justru tertawa.

"Iya-iya pernah pacaran. Terus ditinggalin gara-gara lo cuek banget kan? Hahahaha."

Farel mendengus kesal karena diledek oleh Vano. Dia memang bukan tipikal orang yang bisa romantis. Tapi jika itu untuk Zara, akan ia usahakan.