webnovel

Istri Kejam Sang CEO

(+21 Mature Content) Renessa akhirnya kembali ke rumahnya setelah sebelas tahun hanya untuk menemukan bahwa beberapa hal telah berubah. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita muda yang terlihat membencinya setengah mati. Adik tirinya yang terlihat bagaikan malaikat menempati kamarnya dan dengan sukses merebut posisi Renessa sebagai anak terbaik di hati ayahnya. Tidak, ia tidak pernah menjadi anak terbaik di hati ayahnya. Ayahnya tidak pernah menginginkannya dan membencinya. Bahkan kebencian pria itu pada Renessa terkadang membuat Renessa mempertanyakan identitasnya yang sebenarnya. NAmun di balik itu semua alasan kepulangan Renessa adalah untuk mengetahui keberadaan makam ibunya yang hanya diketahui ayahnya. Ayannya sepertinya sudah mempersiapkan segalanya untuk mendepaknya dan kenangan almarhum ibunya keluar dari rumah itu. Namun bukan Renessa Jika ia tidak pulang dengan amunisi di tangannya. Ia memiliki hak penuh atas seluruh kekayaan ibunya yang membuat keberadaannya bagaikan noda membandel di tengah keharmonisan keluarga ayahnya.

xandrinha · Urban
Zu wenig Bewertungen
30 Chs

Konfrontasi (4)

"Lala, tunggu di luar, kami akan mendiskusikan ini," Suara tegas Rudi membuat tubuh Lala menegang. Kepala Rudi sudah hampir pecah mendengarkan isak tangis Mary dan Lala sejak satu jam yang lalu. Ia sadar Lala memberikan kontribusi yang besar pada Mary, namun ketika memahami perkataan Renessa, ia tiba-tiba merasa enggan membiarkan Lala menghabiskan waktu bersama Mary. Ia tidak mau putri polosnya menjadi selicik wanita itu.

"Tuan,,," Lala memperlihatkan wajah memelasnya pada Rudi.

"Keluar dari ruangan ini sekarang," Perintah Rudi dengan lebih keras lagi saat melihat Lala tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan ruangan. Ia sedikit kesal melihat Lala yang mulai membangkang perkataannya. Sepertinya pelayan itu sudah mulai berani menentangnya karena Mary berada di sisinya.

Tubuh Mary terlonjak kaget mendengar nada kasar dalam suara ayahnya.

Ini adalah kali pertama Rudi memarahi Lala di hadapan Mary. Mary selalu mengistimewakan Lala yang membuat wanita itu juga menjadi seseorang yang juga cukup diistimewakan dibandingkan para pelayan lainnya di hadapan Rudi dan Laura. Mary tidak pernah menyangka akan ada hari di mana ayahnya akan bersikap sekasar ini pada Lala.

Tidak terima Lala diperlakukan seperti itu, Mary menghentakan kakinya, berjalan mengikuti Lala keluar ruangan dengan isakan yang tertahan.

Sekarang setelah Lala dan Mary keluar dari ruangan itu, Rudi bisa bernapas sedikit lega Tidak ada lagi isak tangis yang membuat kepalanya pening.

"Perlihatkan buktinya padaku," Laura berkata dengan ketus. Renessa membiarkannya bersikap seperti itu karena ia hanya tinggal selangkah lagi menuju kemenangannya.

Laura melihat beberapa video pada handpone Renessa. Ia memutar video pertama. Laura merasa sedikit aneh ketika menemukan Lala terlihat sedang mengantar nampan makanan yang sepertinya mengarah pada kamar Renessa. Namun berhenti tak jauh dari pintu kamar Renessa dan mulai meludahi sop dan mengaduknya.

Laura mengernyit melihat tindakan menjijikan Mary. Ia tidak menyangka wanita itu akan melakukan tindakan seperti itu. Video terpotong dan menunjukan Mary yang berada di dapur. Kali ini dia memasukan satu sendok garam ke dalam gelas dan sop yang sepertinya akan kembali diantarkan pada kamar Renessa dan setelahnya video berhenti.

"Ini yang kau maksud dengan bukti?" Laura berkata dengan sedikit mencemoh. Ia sebenarnya menyukai bagaimana cara Lala memberi pelajaran pada gadis kurang ajar di hadapannya, sayangnya ia ketahuan karena kebodohannya sendiri.

"Apa tante tidak sadar bahwa tante sedang menanam bom waktu?" Renessa berkata dengan sedikit menggurui membuat emosi Laura tersulut.

Rudi yang mendengar percakapan mereka juga ikut murka dengan perkataan Renessa, "Anak bau kencur sepertimu tidak mengerti apa-apa. Jangan sok mengurui Orang yang lebih tua darimu!" Tegur Rudi dengan keras.

Renessa pada akhirnya mengalah, ia tidak bisa terus bersikap sekasar itu jika ia ingin mendapatkan apa yang diinginkannya, "Tante Laura tahu bahwa perasaan manusia tidak bisa ditebak, kan? Bisa saja nanti dia akan melakukan hal yang sama pada Marry karena merasa kesal karena masalah pribadinya. Mary terlihat seperti anak yang polos dan mudah dimanfaatkan, aku hanya takut dia akan memberikan pengaruh yang buruk pada Mary."

Perkataan Renessa membuat Rudi dan Laura terdiam. Renessa tidak sepenuhnya salah. Mereka bahkan pernah melihat sendiri bagaimana kelicikan Lala, namun saat itu mereka hanya berpikir akan kebahagiaan putri mereka dan tidak akan melakukan apa pun jika Lala tidak menyakiti putri kesayangan mereka.

Namun setelah mendengar apa yang dikatakan Renessa, Laura menjadi sedikit khawatir, sikapnya pada Lala tidak bisa dikatakan terlalu special. Ia dan Rudi terkadang menegur dan memarahi wanita itu jika ia membuat kesalahan, begitu juga dengan Mary yang sering keras kepala dan menentang perkataan Lala. Ia tidak tahu apakah Lala pernah melakukan hal seperti ini pada putrinya atau tidak. Ia selalu sangat mempercayai Lala dan tidak pernah memikirkan perasaan ataupun kesulitan wanita itu.

Renessa tersenyum melihat keraguan pada wajah Laura dan Rudi. Ia sebenarnya masih memiliki cara lain jika pada akhirnya Laura dan Rudi masih bersikeras untuk mempertahankan Lala bekerja di sana.

Ia akan mengancam ayahnya dengan harta yang dimilikinya. Walaupun hal tersebut sebenarnya cukup beresiko, namun ia akan berusaha untuk mengeluarkan Lala dari rumah ini. Mungkin saat ini hampir semua pelayan sudah mengetahui apa yang terjadi, dan membiarkan Lala tetap berada di rumah ini akan melemahkan posisinya sebagai majikan. Mereka mungkin akan lebih menghormati Lala di bandingkan dirinya jika Lala masih bisa bekerja di sini setelah melakukan beberapa tindakan kurang ajar padanya.

Sebenarnya ia tidak akan terlalu marah jika Lala hanya memasukan garam, namun sikap wanita itu yang dengan berani meludahi makanannya membuatnya benar-benar terkejut. Ia bersyukur tadi malam ia melemparkan makanan pada baki pertama dan tanpa mencicipinya sama sekali. Ia tidak bisa membayangkan jika saja Lala kembali meludahi sop atau airnya dan bukan hanya menambahkan garam.

Selain itu Renessa juga yakin wanita itu akan besar kepala jika pada akhirnya ia berhasil lolos dari masalah ini. Dia pasti akan merasa bangga majikannya lebih mempercayainya yang adalah seorang pelayan dibandingkan dengan anak mereka sendiri.

"Kau benar, kita harus memecat Lala, Mary sudah bergantung pada wanita itu terlalu lama," Laura berkata sambil menoleh pada Rudi.

Rudi mengangguk mantap mendengar keputusan istrinya. Ia sebenarnya hanya mengikuti keinginan dan keputusan Laura dan Mary, namun jujur saja ia sedikit muak dengan Lala. Wanita itu hanyalah seorang pelayan namun ia dengan seperti memanfaatkan Mary untuk kepentingan pribadinya. Dia akan menangis dan berkeluh kesah kepada Mary dan putrinya akan memohon di kakinya untuk memaafkan Lala.

Rudi pernah menceritakan keraguannya pada Laura, namun istrinya saat itu tidak terlalu mengubrisnya.

"Karena masalahnya sudah selesai, aku akan pergi terlebih dahulu. Aku akan mengatakan padanya untuk mengemasi barang-barangnya," Kata Laura kemudian meletakan ponsel yang ada di tangannya di atas meja sebelum melangkah keluar ruangan.

Ruagan itu berubah hening setelah ditinggalkan Laura. Rudi menatap Renessa dengan jengah karena gadis itu belum juga terlihat akan meningglkan ruangannya.

"Kau bisa keluar dari ruanganku sekarang," Usir Rudi dengan alis berkerut. Ia tidak ingin menghabiskan waktu lebih banyak Bersama Renessa.

"Ada yang ingin kubicarakan dengan ayah," Renessa berkata dengan tenang.

"Aku sibuk," Rudi menghela napas kasar dan menatap Renessa dengan tajam. Ia tidak butuh gangguan dari gadis ini. Melihat gadis ini mengingatkan Rudi pada mantan istri sialannya yang sangt pelit bahkan hingga maut menjemputnya.

"Ini tentang warisanku," Renessa berkata tanpa basa-basi.

Renessa tahu ayahnya tidak akan memiliki kesabaran untuk berbicara dengannya dalam waktu yang lama, namun jika menyangkut harta warisan ibunya, ayahnya tentu saja tidak akan menolaknya.