Di desa Suwak yang terletak jauh di ujung kerajaan Zuva, hidup seorang pemuda bernama Irhamovsky. Desa ini, meskipun jauh dari gemerlap kehidupan kota, adalah tempat yang penuh dengan kenangan pahit dan harapan yang sudah lama memudar. Setiap pagi, kabut tipis mengambang di antara tumpukan jerami yang menandakan kehidupan yang sangat sederhana. Irhamovsky, dengan tubuh tinggi kurus dan kulit yang terbakar matahari, telah belajar hidup dalam keterbatasan sejak kecil.
Desa Suwak bukan tempat yang makmur. Penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petani, menggantungkan hidup pada hasil panen yang tak pernah pasti. Namun, meski hidup dalam kemiskinan, mereka berusaha menjaga keharmonisan dalam kehidupan yang serba kekurangan. Irhamovsky sendiri bekerja sebagai buruh tani, membantu ayahnya yang sudah tua mengolah ladang. Tidak ada banyak kata-kata yang terucap di antara mereka; kehidupan mereka lebih banyak berbicara melalui kerja keras dan keteguhan hati untuk bertahan hidup.
Namun, Irhamovsky merasa ada yang salah dengan dunia di sekitarnya. Setiap kali melihat pasukan tentara kerajaan Zuva melintas, mengenakan pelindung logam berkilau dengan lambang kerajaan di dada mereka, hatinya dipenuhi dengan kebencian. Kerajaan yang dipimpin oleh Raja Razog yang kejam itu telah menindas rakyat kecil seperti dirinya dan keluarganya tanpa ampun. Pajak yang harus dibayar, hasil panen yang selalu diambil paksa oleh para penjaga kerajaan, dan ancaman kekerasan yang tak pernah berhenti membuat hidup mereka semakin suram.
Sungguh, Irhamovsky tidak pernah tahu alasan di balik kejamnya pemerintahannya. Apa yang jelas adalah bahwa kehidupannya, serta kehidupan keluarga dan seluruh penduduk desa, selalu berada dalam bayang-bayang ketakutan yang nyata.
Setiap bulan, sebuah iring-iringan tentara datang ke desa untuk mengumpulkan pajak dari hasil panen. Mereka tidak pernah peduli dengan berapa banyak yang tersisa untuk makan, atau apakah keluarga-keluarga itu bisa bertahan hidup. Hanya ada satu hal yang mereka pedulikan: kekayaan kerajaan yang terus mengalir ke istana Raja Razog.
Pada suatu pagi yang kelabu, ketika Irhamovsky sedang bekerja di ladang, sebuah suara keras menggemparkan ketenangan desa. Pasukan kerajaan, yang mengenakan pelindung berkilau, datang menunggang kuda dengan wajah dingin dan penuh kekuasaan. Mereka datang untuk mengumpulkan hasil panen tahun ini. Irhamovsky menghentikan pekerjaannya dan melihat ayahnya, yang telah menua dan lemah, berdiri di tepi ladang dengan wajah penuh ketakutan.
"Mereka datang lagi," bisik ayahnya, suaranya serak.
Irhamovsky memandang pasukan yang semakin mendekat. Hatinya dipenuhi dengan amarah yang tak tertahankan. Mengapa mereka harus datang setiap tahun, merampas hasil kerja keras mereka, dan membiarkan mereka kelaparan? Apakah tidak ada sedikitpun rasa belas kasihan bagi orang-orang seperti mereka?
Dengan langkah hati-hati, ia berjalan menuju rumah, dan ayahnya mengikuti di belakangnya. Mereka tahu, tidak ada jalan lain. Jika mereka melawan, desa mereka akan dibakar, atau mungkin mereka akan dibunuh. Sudah terlalu sering mereka mendengar cerita-cerita mengerikan tentang apa yang dilakukan pasukan kerajaan terhadap mereka yang berani menentang.
Saat para tentara datang ke rumah mereka, salah seorang dari mereka, seorang prajurit muda dengan wajah keras dan mata yang tidak menunjukkan belas kasihan, melangkah maju.
"Serahkan hasil panen kalian, atau aku akan mengambilnya dengan paksa," katanya dengan suara datar.
Irhamovsky menatapnya dengan tatapan penuh kebencian, tetapi ia tahu apa yang akan terjadi jika ia melawan. Ia menghela napas berat, lalu menunduk. "Ambillah," katanya dengan suara rendah, penuh kepahitan. Ayahnya berdiri di sampingnya, memandang tanah dengan wajah tertekuk.
Para tentara dengan cepat mulai mengumpulkan jerami dan gandum yang telah mereka tanam dengan susah payah. Setiap tumpukan gandum yang mereka ambil seperti mematahkan semangat Irhamovsky sedikit demi sedikit. Ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mati di dalam dirinya setiap kali ia melihat pasukan kerajaan merampas hasil keringatnya.
Setelah pasukan pergi, meninggalkan desa yang sepi dan hampa, Irhamovsky berdiri terpaku di tengah ladang yang kosong. Pandangannya jauh, kosong. Tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya—hanya kekosongan yang dalam. Tapi di dalam hatinya, sesuatu mulai bergolak. Sesuatu yang sudah lama terpendam, sesuatu yang tak bisa lagi ia tahan.
Irhamovsky kembali ke rumahnya. Ayahnya duduk di kursi kayu yang usang, wajahnya pudar oleh usia dan kelelahan. "Irhamovsky, aku tahu kau marah. Aku tahu kita semua marah. Tapi kita hanya manusia kecil. Raja Razog itu terlalu kuat untuk kita lawan."
Irhamovsky duduk di dekat ayahnya, memegang tangan tua ayahnya dengan lembut. "Aku tahu, ayah. Tapi aku merasa tak bisa lagi hidup seperti ini. Rasanya aku akan hancur kalau aku terus melihat semua ini terjadi tanpa melakukan sesuatu."
Ayahnya terdiam sejenak, matanya menatap ke luar jendela. "Kau ingin melawan, Irhamovsky? Mereka akan menghancurkanmu. Mereka tak peduli siapa kita. Mereka hanya melihat kita sebagai rakyat yang bisa dieksploitasi."
"Tapi kita punya hak, ayah. Hak untuk hidup dengan martabat kita sendiri. Kita tidak bisa hanya menunduk dan menerima begitu saja. Aku tidak ingin hidup seperti ini lagi," kata Irhamovsky dengan penuh tekad.
Sejak hari itu, Irhamovsky memutuskan bahwa ia tidak akan tinggal diam lagi. Ia mulai mendengarkan bisikan-bisikan dari mereka yang marah, yang muak dengan kezaliman kerajaan. Ada sebuah kelompok kecil yang bersembunyi di hutan, yang dikenal sebagai pemberontak. Mereka adalah orang-orang yang sudah cukup melihat penderitaan rakyat, dan mereka berjuang untuk mengubah nasib mereka.
Irhamovsky, yang selama ini hanya tahu tentang kehidupan yang penuh penderitaan, akhirnya menemukan secercah harapan. Ia menyusun rencana untuk bertemu dengan kelompok pemberontak ini. Dengan tekad yang kuat, ia berlatih dan mencari tahu lebih banyak tentang bagaimana mereka dapat melawan pasukan kerajaan yang kejam.
Desa Suwak yang sunyi ini, dengan segala penderitaannya, menjadi titik balik bagi Irhamovsky. Mungkin, hanya mungkin, ada cara untuk mengubah segalanya. Namun, dia tahu bahwa jalan yang akan dia tempuh tidak akan mudah. Perjuangan melawan kerajaan yang kuat dan kejam akan menjadi perjalanan panjang yang penuh dengan penderitaan. Tapi tidak ada lagi jalan mundur.
Dan seperti itulah, perjalanan Irhamovsky dimulai. Tanpa diketahui siapa pun di desanya, ia akan segera menjadi simbol perlawanan yang tak terduga, pemuda desa yang mengguncang dasar-dasar kerajaan Zuva.
Pada bab berikutnya, perjalanan menuju kebangkitan itu akan semakin dekat. Tetapi untuk saat ini, keheningan di Desa Suwak tetap menyelimuti, dengan sebuah harapan yang perlahan mulai tumbuh, meski dengan harga yang sangat tinggi.