Sebuah cerita sampingan yang dibuat oleh penggemar anime yaitu berasal dari LN Alya Sometimes Hides Her Feelings in Russian yang ditulis asli oleh "SunSunSun" anime ini hanya untuk hiburan saja atau hal positif lainnya, tidak bermaksud untuk menggantikan posisi karakter atau hal negatif lainnya,walaupun ceritanya memang berfokus pada karakter versi saya dan juga pastinya beberapa cerita ada yang persis, namun saya akan berusaha mengubah sedikit berbeda. Apapun itu semua hanya karangan cerita yang ditulis oleh versi saya sendiri, atas izin saya sebesar-besarnya meminjamkan nama dan tokoh dari karangan asli pembuat-nya dan juga mempublikasikan cerita ini. Saya mengucapkan terimakasih dan mohon kerja sama nya. Judul Anime: [LN] Hayato Wa Indoneshia-Go o Hanasu Tame,Kōryū Suru No Ga Muzukashikatta Hubungan/Sampingan cerita dari Anime: [LN] Tokidoki Bosotto Roshia-Go De Dereru Tonari No Alya Penulis/Pengarang: Wisnu Saputra Terbit: 6 Juli 2024 - ??? Genre: Comedy,Romance,School Life,Slice of Life,Side Story Pengenalan: Menceritakan tentang siswa laki-laki pindahan berasal dari Indonesia ke Jepang.Siswa laki-laki itu bernama "Hayato Rey'Ku",ia adalah siswa pemalas karena sudah menjadi kepribadian dia,namun dibalik sifatnya yang pemalas ternyata ia adalah siswa sangat berbakat,namun ia menutupi bakatnya karena ia tidak mau mendapatkan perhatian penuh oleh siswa-siswi Jepangnya tersebut. Ada siswi dari Rusia yang bernama "Alisa Mikhailovna Kujou" mengetahui jika Hayato menyembunyikan bakatnya tersebut.Alisa menjadi penasaran dan tertarik untuk mengenal Hayato dengan bahasa Rusia dan bertingkah jahil untuk melihat apakah ekspresi Hayato akan bingung atau memikuk dari pada "Masachika Kuze".Dan disini cerita pengalaman Hayato telah dimulai.
Prolog : Siswa laki-laki yang dipindahkan sekolah ke-jepang demi menemani sang ibu.
SMP NEGERI NUSANTARA
Disekolah yang berada di Indonesia bernama SMP NEGERI NUSANTARA,sekolah ini banyak siswa-siswi berpotensi dan jenius,serta seringkali melakukan pertukaran pelajar pada setiap tahunnya.
Adapun mereka yang memilih pindah bersekolah di luar negeri karena ingin memperluas ilmu pengetahuannya.
Hayato Rey'ku sudah mengenyam pendidikan di sana selama 1 tahun.
Di sekolah,anak lelaki itu sering mendapatkan perhatian dari siswa-siswi di sana.
Maka dari itu,suasana di sekolah yang seharusnya nampak normal menjadi suasana yang berbeda.Hayato memang memiliki penampilan menarik dan juga bakatnya di atas rata-rata,serta beberapa keahlian lain yang masih belum di ketahui teman-temannya.
Yang lebih menarik lagi,menurut beberapa murid yang sedikit mengetahui latar belakang Hayato,adalah bahwa ibunya berasal dari luar negeri-yaitu negara Jepang dan ayahnya yang berasal dari Indonesia.
Dari gestur tubuh serta cara beradab,Hayato memang cenderung lebih mirip dengan kebiasaan masyarakat Jepang.Hal ini mungkin saja sebab,Hayato mempelajari sikap sopan santun dari ibunya.Sedangkan ayahnya,mengajarkan sesuatu yang sangat rahasia.
Para siswa maupun siswi itu tidak bisa berhenti berbisik satu sama lain dan menatap kearahnya,membuat beberapa siswa nampaknya ada yang kagum serta juga ada yang tidak menyukai kehadiran Hayato.
Hayato hanya melirik ke arah pandangan murid dengan ekspresi yang sangat santai,dia terus berjalan sambil mendengarkan musik favorit-nya melalui earphone,melangkah dengan sangat santai membuat siswa-siswi masih berbisik satu sama lain.
"Dia seperti biasa tampan sekali,aku lama-lama ingin mengenalnya lebih dekat"
"Tidak,tidak,tidak.Kau tidak akan berhasil mendekati dia,meski kamu mendekatinya sedikit pun"
"Aku sangat kagum bahkan sampai memujanya dan aku mau menjadi seperti dia"
"Kau pikir bisa menjadi seperti dia? Hahaha... kau begitu berharap sobat"
"Kau tahu,dia sulit untuk di ajak bicara bahkan Hayato sepertinya tidak akan terpengaruh oleh cewek populer di sekolah ini"
"Tapi anehnya setiap dia bertemu dengan Tina,sikap Hayato seperti berbeda"
"Benar juga,aku tidak tahu kenapa dia dingin seperti itu kepada orang lain"
Mereka tetap berbisik-berbisik mengenai Hayato,namun anak lelaki itu hanya menghela nafas karena dia memang seperti itu pada pertama masuk sekolah.
Setelah Hayato melewati mereka dengan santai-masuk di dalam sekolah dan terus berjalan menaiki tangga.Kebetulan ada seorang gadis memakai hijab yang sedang mengangkat tumpukan buku mata pelajaran.
Dia memiliki nama lengkap yaitu Lutfiah Tina,dia adalah teman masa kecil Hayato bahkan sekolah mereka sama dari SD sampai SMP-baiklah cukup dengan penjelasannya dan fokus ke jalan cerita.
Melihat Tina yang mengangkat tumpukan buku,dia mencabut earphone dari telinga-nya dan berlari ke arah anak gadis itu.
Hayato menyapa Tina dengan tatapan lembut dan perhatian,"Selamat pagi Tina"
Tina menoleh ke arah Hayato dengan senyuman,dia menyapa balik dengan nada manisnya.
"Selamat pagi juga Hayato,seperti biasa ya? berangkatnya pagi sekali,beda dari siswa laki-laki yang lain"
Hayato tertawa pelan dan menjawab dengan nada santai,"jelas dong anak rajin ini... omong-omong,aku bantu mengangkat buku-buku itu ya?"
Mendengar tawaran dari Hayato,Tina langsung terkejut dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Eh?! tidak perlu,ini sudah mau sampai kok" ujar Tina dengan nada khawatir.
"Tidak apa-apa lagi pula kamu pasti capek,karena hari ini kamu sibuk seperti biasa.Kamu kan ketua osis"
Tina yang tidak bisa menolak dengan tawaran Hayato yang sampai terkesan memohon untuk membantunya.
Akhirnya Tina mengangguk dan memberikan beberapa buku saja.
"Ini kurang... semuanya dong" ujar Hayato dengan mengangkat satu alis.
"Ya ampun Hayato.Itu sudah kebanyakan loh,masa mau diangkat semuanya?" jawab Tina dengan khawatir.
"Tidak perlu memikirkan itu,ini cuman sehari saja kok"
"Benar sih baiklah kali ini saja ya?"
Hayato menganggukkan kepalanya dengan cepat dan melemparkan senyuman hangat ke arah Tina,"Ok... siap"
Tina mulai tertawa dengan pelan karena bagi dia,Hayato sangat menggemaskan.
"Hahaha... kamu tidak berubah sejak pertama sekolah.Ayo kita cepat masuk ke dalam kelas"
"Baiklah"
Mereka berdua mulai melangkah beriringan dengan santai,sembari berbicara-bincang.Membuat beberapa murid menoleh ke arah kedua anak itu- karena Hayato bersikap judes terhadap mereka namun jika bersama Tina,sikapnya akan menjadi begitu hangat.
Sesampai di kelas,Hayato menaruh beberapa buku di rak lemari yang berada dipojok ruangan.Setelahnya duduk di kursi nya dengan tenang.
Hayato melirik ke arah Tina yang sedang berbicara dengan temannya.Anak lelaki itu menoleh ke arah jendela,rautnya terkejut dan mulai berkeringat-bahwa ada ayahnya yang berjalan masuk ke dalam sekolahan.
Awalnya Hayato ingin keluar,ingin tahu untuk apa ayahnya datang.Namun kalah cepat dengan seorang Guru yang kini masuk kedalam kelas-membuat Hayato mengurungkan niat keluar,dia berpikir,"kenapa ayah datang ke sekolah? apakah aku melakukan kesalahan atau hal ada lain?"
Waktu telah berlalu,kini jam istirahat pertama telah berbunyi.Semua murid berjalan keluar dari kelas dengan senang hati karena pelajaran pertama yang mematikan itu sudah berakhir.
Hayato melihat Tina keluar dari kelas bersama teman-temannya-dia berdiri dari kursi dan ikut berjalan keluar kelasnya.
Awalnya dia ingin mengikuti Tina dari belakang,namun dengan cepat Hayato berubah pikiran dan bergumam,"Untuk apa aku mengikuti dia... rasanya aku akan menjadi pengganggu saja"
Hayato berbalik untuk memutar jalan ke arah lain.Dia berjalan menuju taman sekolah dan menduduki kursi taman,dekat air mancur sambil menenggak minuman es plastikan-rasa teh sisri gula batu.
Hayato menatap langit biru itu sambil berkata "Hm... begitu indah sekali"
Setelah Hayato menatap langit biru itu terlalu lama,Tina menutup mata Hayato dari belakang.
"Ah?! Ahmad itu kamu kan?"
Tina terkejut dengan jawaban Hayato-Tina menghela nafas dan mulai menjawab sambil menahan tawanya.
"Ayo tebak... ini siapa?"
Hayato mulai tersenyum sambil berkata "Oh..." dia mengetahui jika suara itu adalah Tina yang menutupi matanya,dia kembali menjawab dengan nada santai.
"Ah... kamu pasti Tina? aku benarkan?"
Tina langsung membuka mata Hayato dengan lembut sambil berkata,"Benar!" Tina duduk di samping Hayato dengan senyuman.Dia melirik Tina dengan senyuman juga dan mereka berdua saling bertatapan satu sama lain.
Namun ekspresi Tina berubah menjadi sedih dan menundukan kepalanya.Melihat ekspresi itu,membuat Hayato bingung sekaligus khawatir.
Tina mulai bertanya dengan nada yang sedih sekaligus gemetar,"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu Hayato"
Hayato masih menatap Tina dengan perhatian,membalas dengan nada yang lembut."Katakan saja aku akan mendengarkanmu?"
Tina mulai menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali menjawab.
"Kamu... pindah di sekolah jepang yang bernama Akademi Seirei?"
Hayato terkejut dan sedikit berkeringat,namun dia mulai berpikir positif bahwa mengira Tina hanya bercanda-dia mulai tertawa pelan tetapi wajahnya masih sedikit bingung.
"Hahaha... Kamu pasti bercanda kan? aku tidak akan terkena tipuan lagi olehmu"
"Tidak! kali ini beneran,sumpah demi apapun"
Mendengar sumpah dari Tina.Hayato masih tidak percaya,dia berbicara lagi dengan nada yang khawatir,"Kamu tahu soal itu dari mana?"
"Akan aku ceritakan..."
Di perlihatkan sebelumnya,Tina yang sedang berjalan bersama temannya itu,mendadak menghentikan langkah ketika ada salah satu petugas osis,yang mencarinya untuk mengambil beberapa buku didalam kantor Guru.
Tina mengangguk kan kepala,dia tidak lupa meminta maaf pada temannya sebelum beranjak pergi ke ruang kantor Guru,sebab tidak jadi ikut ke kantin.Awalnya Tina merasa tenang namun setelah masuk kedalam ruangan,suasana seketika berubah.
Tina mengambil beberapa buku yang diminta oleh petugas osis,namun dia tidak sengaja melihat ayah Hayato yang sedang berbicara dengan kepala sekolah.Dari balik pintu ruang kepala sekolah,Tiina memutuskan untuk menguping pembicaraan itu agar lebih jelas.
"Saya mohon pak... saya mohon sekali untuk membuatkan formulir pindah sekolah sekarang"
Dari balik pintu ruang kepala sekolah,Tina terkejut dengan permintaan ayah Hayato kepada Kepala sekolah,"Hayato... akan pindah sekolah?"
"Bukannya tidak mau... cuman dia itukan baru 1 tahun di sekolah ini" Kepala sekolah menghela nafas dan berpikir sebelum kembali menjawab,"Baiklah jika anda merasa seperti itu,saya akan membuat formulir pindah sekolah secepatnya dan besok anda bisa kembali ke sini untuk mengambilnya"
"Baiklah pak,terimakasih atas kerja samanya...terima kasih sekali lagi" ayah Hayato kini bernafas lega.
Mendengar langkah kaki ayah Hayato yang akan keluar dari ruangan Kepala sekolah,Tina langsung beranjak pergi.
Hayato membulatkan mata,setelah mendengar cerita Tina.Anak lelaki itu kemudian menundukkan kepalanya,tidak tahu apa yang harus dia katakan.
Tina hanya bisa menatap sambil mengelus punggung Hayato dengan lembut,Hayato berdiri dari duduknya dengan kecewa dan berkata.
"Aku akan berbicara dengan ayahku setelah aku pulang sekolah nanti"
Tina hanya terdiam dan memilih untuk menganggukan kepala,sebelum bell sekolah berbunyi menandakan bahwa waktu istirahat pertama sudah selesai.
Tina juga berdiri dari duduknya sambil menawarkan untuk pergi ke kelas bersama-sama.
"Hayato... ayo kita ke kelas" ujar Tina sambil melemparkan senyuman semanis mungkin untuk menghibur Hayato.
Melihat senyuman Tina,Hayato mulai merasa tenang dan mengangguk dengan pelan.
"Baiklah"
Mereka berdua berjalan bersama menuju kelasnya sambil melangkah,Hayato terus memikirkan,"apa benar jika aku akan pindah sekolah? atau... ini hanya kesalahpahaman saja?"
Sesampainya,mereka berdua langsung duduk.Namun Hayato hanya terdiam,hal ini membuat Tina semakin khawatir.
Setelah beberapa menit,Guru masuk kedalam kelas dan mulai memberikan pelajaran yang ke-dua.Ketika Guru menerangkan mata pelajaran,seperti biasa semua murid ada yang mendengarkan bahkan ada yang tertidur-namun Tina masih melirik ke arah Hayato yang kini masih terdiam muram.
Waktu semakin berlalu dan hari menjelang sore,semua siswa-siswi merapikan buku serta peralatan sekolahnya,mereka satu persatu beranjak pergi dari ruangan.Tina yang berniat ingin menghampiri Hayato-tetapi anak lelaki itu berdiri dari kursinya sambil mengangkat tas.
"Aku pulang dulu Tina" Hayato berlari cepat keluar dari ruang kelas.
"Hati-hati dijalan!" Tina juga berlari keluar dari kelasnya untuk menyampaikan kata-kata terakhir.
Tina hanya bisa melihat Hayato yang sudah semakin menjauh,dia memegang tangannya sendiri dan berharap jika Hayato akan baik-baik saja nanti di sekolah barunya.
Hayato yang masih berlari dan terus berlari melewati keramaian orang,sampai akhirnya dia berada didepan gerbang rumahnya.
Hayato menghela nafas dan berjalan,segera di bukanya pintu itu.
KRIETT...
Hayato melihat bahwa ada ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu.Tanpa banyak berpikir,dia berjalan mendekati ayahnya dengan ekspresi tajam.
"Ayah,aku mau bicara sesuatu yang penting"
"Apakah soal kamu yang akan pindah sekolah? ayah tahu itu.Ayah juga ingin berbicara hal ini padamu"
"Katakan ayah! kenapa aku harus pindah sekolah? dan dimana aku akan pindah?"
"Di Jepang.Ibumu sendirian dirumah karena kakek dan nenekmu..."ayahnya menjeda sebentar,"Sudah meninggal"
Hayato merasa terkejut dengan perkataan ayahnya,dia mulai bertanya lagi dengan nada bercampur aduk.
"Apa?! di jepang apakah ibu sendirian sekarang disana?! kenapa ayah tidak pergi ke jepang saja?"
Sebelum ayahnya kembali menjawab,pria itu menghela nafas dalam-dalam terlebih dahulu.
"Karena kamu tahu sendiri anakku... ayah masih bekerja di sini.Jadi maka dari itu,kamulah yang harus menemani ibu sembari bersekolah di sana"
Hayato yang merasa kesal langsung berjalan meninggalkan ayahnya,menuju kedalam kamar.Lalu dia menutup pintu dengan keras,sehingga ayahnya terdiam karena tahu pasti Hayato akan merasa asing di Jepang.
Indonesia adalah tempat kelahiran Hayato,sudah pasti dia lebih senang tinggal di negara ini,ketimbang hidup dengan lingkungan baru.
Memikirkan itu,ayah Hayato memijat kepalanya yang terasa mulai pening.
Di malam hari,Hayato masih berada di dalam kamar-masih begitu kesal terhadap ayahnya.Merasa khawatir ayahnya memberanikan diri untuk mencoba berbicara lagi dengan putranya itu.
Tok! Tok! Tok!
Ayah Hayato mengetuk pintu dengan lembut,tetapi Hayato tidak merespon apapun.Namun ayahnya masih tetap bersikeras mengetuk pintu serta mulai berkata.
"Hayato... ayah ingin mengatakan sesuatu tentang ibumu"
Tidak ada respon,membuat ayah Hayato merasa bahwa dia tidak bisa lagi berbicara dengan anaknya yang sudah terlanjur marah itu.
Saat hendak melangkahkan kakinya,suara Hayato mulai terdengar dari balik kamarnya.
"Masuk saja... pintunya tidak dikunci"
Mendengar respon itu,ayahnya langsung membuka pintu kamarnya dengan pelan-masih tak mau mengganggu ketenangan Hayato.
KRIETT...
Melihat bahwa Hayato sedang duduk di atas kasurnya,ayahnya langsung berjalan dan duduk disamping Hayato.
"Ayah sebenarnya tidak akan memindahkan kamu sekolah,kecuali kakek dan nenekmu masih hidup"
"Aku tahu..."
Ayah Hayato masih sedikit khawatir,dia menepuk pundak Hayato dan kembali bertanya dengan tatapan yakin.
"Ayah serahkan ibu kepadamu jadi... kamu temani ibu dengan baik ya?"
Hayato mulai menangis kemudian dia dengan cepat mengusap air matanya sebelum menetes dilantai.
Ayah Hayato tersenyum dan merasa yakin jika Hayato pasti bisa menjaga ibunya nanti di Jepang.
Beberapa hari kemudian...
Di bandara pesawat,ayah Hayato memberikan tiket dan uang sakunya untuk perjalanan selama menuju Jepang.Hayato mulai tersenyum dan mengangkat kepalanya sambil berkata.
"Ayah... selamat tinggal"
Ayah Hayato memeluk anaknya dengan erat dia membalas perkataan sambil menangis sedikit.
"Iya... selamat jalan anakku tolong rawat ibumu untuk ayah"
"Baiklah ayah... terimakasih untuk semua yang kau lakukan untukku selama ini"
"Pesawat menuju Jepang akan segera berangkat,mohon para penumpang segera mempersiapkan diri"
Mendengar suara pengumuman dari speaker bandara.Hayato dengan sigap menggendong tas sekaligus menyeret kopernya.Hayato menundukan kepala dan pergi menuju masuk ke pesawat.
Tapi pegangan tangan ayahnya seketika menghentikan langkah Hayato,"Astaga...ayah sangat tidak ingin aku meninggalkan dia ya?" gumam Hayato merasa kasihan kepada ayahnya sekarang.
"Tunggu Hayato! kau masih ingat dengan bahasa Jepang kan?" tanya Ayah Hayato dengan raut muka yang cemas.
Hayato berkeringat,"Hm sepertinya lupa" dia menggaruk kepalanya.
Ayahnya mengeluarkan ekspresi yang tak terbaca melihat jawaban Hayato,"D-dasar putraku memang payah..."
Setelah itu,Ayahnya hanya memandang tubuh Hayato yang pergi menjauh menuju pesawat dan berdoa agar putranya itu bisa menjaga ibunya dengan baik.Ketika pesawat melandas,Ayah Hayato melambaikan tangannya-meski pria itu tau,tidak mungkin Hayato bisa melihatnya.Dengan menitikan air mata ayah Hayato mulai beranjak pergi dari bandara.
Di dalam pesawat,Hayato melirik ke arah jendela.Dia memegang formulir pindahan itu dengan erat.
7 jam kemudian Hayato telah sampai di Jepang.Dia mengambil tas dan kopernya tidak lupa dengan formulir pindahan yang masih ditangan.
Hayato berjalan menuju perkotaan dengan petunjuk map yang sudah di catat oleh sang ayah,awalnya dia tersesat di tengah kota namun berhasil menemukan jalan yang menurut nya sesuai dengan petunjuk map.
Sesampai didepan rumah yang terkesan sangat asing,Hayato langsung mengetuk pintu rumah itu dengan pelan.
Tok! Tok! Tok!
Seorang wanita cantik,segera membuka pintu dan mengeluarkan raut terkejut.Wanita itu langsung memeluk Hayato dengan erat sambil menangis.
"Hayato... putraku"
Hayato yang tau bahwa wanita itu adalah ibunya,langsung membalas pelukan hangat itu sembari mengatakan kata-kata dengan lembut.
"Aku... pulang ibu"
Masih dengan meneteskan air mata,Ibu Hayato melepaskan pelukan anaknya dengan lembut dan memberikan senyuman.
Hayato tertegun melihat senyuman itu,sungguh ibunya adalah wanita tercantik di dunia.
"Selamat datang sayang... ayo masuk ibu sudah menyiapkan makanan untukmu"
Mata Hayato berbinar dan mulai tersenyum,merasa setelah ini dia akan merawat ibunya dengan baik seperti permohonan ayah kepadanya.Mereka berdua masuk kedalam rumah dan menyantap makanan yang sudah siapkan oleh ibunya sambil bercerita.
Pengalaman seorang Hayato Rey'ku di sekolah barunya telah dimulai.