Vano berada di rumahnya sendiri. Badannya sejujurnya masih sangat letih, begitu juga semua orang yang ada di hadapannya kini. Masalahnya Vano butuh untuk meluapka kekesalannya. Hampir 20 orang berdiri berjajar di hadapannya. Mereka semua yang sudah disiapkan untuk menjaga Dior selama dirinya pergi dan mereka semua gagal melaksanakan perintah.
Tentu saja kemarahan itu semakin kuat saat melihat jenazah perawat anaknya sudah bersimbah darah di kamar Dior. Vano semakin marah karena dari sekian banyak orang bahkan tak tahu bahwa rekan mereka sedang kesakitan dan tersiksa karena ditikam. Dia benar-benar tak perduli kini karena yang dia pikirkan hanya bagaimana caranya meluapkan amarah.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com